Latest News

Showing posts with label Yesus Kristus. Show all posts
Showing posts with label Yesus Kristus. Show all posts

Tuesday, April 3, 2012

Katekese Tentang Penyaliban dan Kematian Yesus Kristus

Penyaliban Yesus Kristus

Penyaliban Yesus Kristus

Keputusan sudah dijatuhkan. Pelaksanaannya harus segera menyusul. Menurut kebiasaan maka yang dihukum harus memikul salibnya sendiri ke tempat hukuman. Yesus pun berbuat demikian. Sambil memikul salib-Nya, Ia pergi ke luar. Yoh 19:17. Orang mengenakan lagi pakaian-Nya. Ada juga digiring dua orang lain yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan dia. Luk 22:32. Yesus memikul sendiri salib-Nya sampai di pintu gerbang kota. Di luar pintu gerbang, mereka bertemu dengan seorang yang kebetulan berjalan lewat di situ. Ia diminta untuk memikul salib itu. Nama orang itu ialah Simon dari Kirene, ayah Alexander dan Rufus. Mungkin sekali mereka takut bahwa Yesus akan jatuh mati sebelum mencapai tempat hukuman. Nyatanya Yesus masih cukup kuat untuk melihat apa yang terjadi di sekitar-Nya dan juga untuk berbicara. Karena Ia berpaling kepada banyak wanita yang menangisi dan meratapi Dia. Luk 23:27. Yesus menghargai rasa belaskasihan yang dicurahkan oleh wanita-wanita Yerusalem itu.

Tidak lama kemudian mereka mencapai tempat hukuman, suatu tempat yang tidak seberapa tingginya di luar tembok kota. Karena bentuknya maka tempat itu dinamakan tengkorak. Di sana orang menyalibkan Dia. Para penulis Injil mencantumkan bahwa Ia minum dari apa yang disedikan untuk yang dihukum mati, yaitu anggur asam. Minuman ini dimaksudkan untuk menghilangkan rasa sakit. Yesus mencobanya tetapi tidak minum sampai habis, karena Ia mau tetap sadar dan mau tetap merasakan sakit. Dari segala pihak orang datang mengolok Dia. Hati-Nya bertambah sedih tetapi Ia berdiam diri. Ia dianiaya, tetapi Ia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulut-Nya, seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulut-Nya. Yes 52:7

Yesus masih berbicara beberapa kali. Inilah kata-kata yang sangat berharga bagi kita. Inilah kata-kata terakhir yang diucapkan dalam kehidupan ini, diucapkan pada puncak martabat imamat-Nya. Perkataan pertama ialah: �Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.� Luk 23:34. Betapapun hebatnya Ia disiksa dan dianiaya, namun Ia tidak menunjukkan rasa dendam. Ia malahan menunjukkan belaskasihan yang sangat besar terhadap manusia pendosa. Ia berdoa bagi semua mereka yang telah memperlakukan Dia sedemikian rupa. Doa itu mencakup pula kita semua, orang berdosa, karena kita semua telah menyalibkan Dia; tetapi bagi kita berlaku pula pengampunan, karena kita tidak tahu apa yang kita lakukan.

Lukas mencatat perkataan penuh belaskasihan tadi masih mewariskan kita suatu peristiwa lain. Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: �Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami.� Tetapi yang satu menegur dia, katanya: �Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.� Lalu ia berkata: �Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.� Kata Yesus kepadanya: �Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.� Luk 23:39:43

Riwayat yang mengagumkan; demikianlah seorang penjahat berbicara dan berdoa lalu mendapat belaskasihan berlimpah ruah dari Yesus. Kehidupan penuh dosa yang telah ia lewati dan nasib ngeri yang harus ia alami, tidak membuat dia berkeras hati. Ia memperoleh rahmat untuk melihat keadilan di dalam hukumannya. Di sampingnya bergantung Seorang Lain (yaitu Yesus Kristus). Segala sesuatu yang telah ia tahu dan lihat mengenai Yesus, memperkokoh lagi keyakinannya; orang yang bergantung di salib ini benar-benar Raja, Mesias; Kematian-Nya tidak berarti kesudahan-Nya. Ia akan datang lagi dan menampakkan diri. Lalu ia berkata; �Yesus,� ia tidak mengatakan Tuan atau Guru, tetapi ia memanggil nama aslinya. Dan jawabannya ialah: Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. Hidup bersama Kristus, hidup di dalam persahabatan-Nya, itulah kebahagiaan tertinggi. Kita patut merasa kagum terhadap penjahat yang berbahagia ini.

Tidak seberapa jauh dari salib berdirilah pengikut-pengikut Yesus. Di antaranya terdapat rasul Yohanes dan ibu Yesus sendiri, Maria. Rupanya mereka berhasil datang mendekati salib. Walaupun Ia tidak dapat menggerakkan diri di salib, Ia masih dapat mengetahui dengan siapa Ia berbicara. Ketika Ia melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: �Ibu, inilah anakmu.� Kemudian Ia berkata kepada murid-Nya; �Inilah ibumu.� Dan sejak saat itu, murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Luk 19:26-27. Sampai detik-detik terakhir Yesus masih menunjukkan perhatian terhadap ibu-Nya. Ia mau supaya ibu-Nya terjamin. Karena itu, Ia mempercayakan ibu-Nya kepada murid yang dikasihi-Nya. Tidak ada seorang lain mendapat kehormatan ini.

Saat-saat akhir makin mendekat. Gelap gulita meliputi seluruh wilayah. Di dalam gelap gulita itu, Yesus bergantung di salib dalam keadaan sakratul maut. Sejenak sebelum saat akhir itu tiba, Yesus membuka mulut-Nya lagi dan berkata: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?� Mat 27:46. Kata-kata Yesus ini rupanya begitu berkesan, sehingga masih dipertahankan dalam bahasa aslinya.

Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: �Lihat, Ia memanggil Elia.� Mrk 15:35. Tidak lama sesudah itu, Ia berkata: �Aku haus� Mereka yang disalib merasakan haus yang luar biasa sebagai akibat kehilangan darah, demam dan sakit. Yesus menderita semuanya itu sehingga terpenuhilah Kitab Suci: �Kerongkongan-Ku kering seperti beling, lidah-Ku melekat pada langit-langit mulut-Ku.�Mzm 22:16. Pada waktu Aku haus mereka memberi Aku minum anggur asam. Mzm 69:22. Seorang datang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum sambil berkata: �Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.� Sesudah Yesus minum anggur asam itu, berkatalah Ia: �Sudah selesai.� Yoh 19:30. Ia telah sampai pada titik akhir sengsara-Nya sesuai dengan kehendak Bapa-Nya. Sudah selesai. Penebusan sudah terlaksana.

Kematian Yesus

Yesus menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Matius dan Markus masih menambahkan bahwa Yesus berteriak dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Mat 27:50. Sedangkan Lukas mencatat kata-kata terakhir yang Ia serukan: �Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.� Luk 23:46. Demikianlah Putera Allah berpisah dari kehidupan ini. Hari itu hari Jumat, sekitar jam tiga sore.

Kematian Yesus membawa banyak misteri. Kematian-Nya tidak sama dengan kematian orang lain. Ia belum letih sama sekali dan ia wafat secara sukarela. Ia menundukkan kepala-Nya seakan-akan Ia hendak tidur dan menyerahkan jiwa-Nya. Ia berteriak dengan suara nyaring dan karena itu Ia masih mempunyai kekuatan yang cukup. Ia pernah berbicara tentang kehidupan-Nya sebagai berikut: �Tidak seorang pun mengambilnya daripada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri.� Yoh 10:18. Jadi, Ia sendiri menentukan saatnya.

Kerelaan-Nya untuk menerima kematian tidak mengurangi kesalahan manusia; mereka telah melakukan segala sesuatu sehingga kematian harus datang; mereka telah membunuh Dia dalam arti kata yang sebenarnya.

Inilah konsekuensi dari kebenaran kelahiran-Nya sebagai manusia, bahwa kita harus mengakui kematian Yesus sebagai kematian yang sungguh, sebagai kematian surgawi. Apa yang dialami oleh manusia biasa, dialami pula oleh Yesus; kesesakan, kesakitan dan ketakutan.

Tetapi juga di sini kita terbentur pada suatu misteri. Pada manusia biasa, badan yang sudah mengalami kematian itu menjadi busuk. Pada Kristus tidak demikian, disebabkan karena persatuan hipostatis antara [kodrat] kemanusiaan-Nya dan keilahian-Nya. Kematian pun tidak dapat menghilangkan persatuan ini. Kematian tidak lain daripada perpisahan antara jiwa dan badan, dan tidak lebih dari itu. Ia tidak berkuasa sedikitpun terhadap persatuan yang menghubungkan keilahian dan kemanusiaan. Walaupun jiwa dan badan sudah terpisah, namun tiap bagian tinggal bersatu dengan [kodrat] keilahian-Nya.

Badan yang mati ini adalah dengan sesungguhnya badan mati dari Putera Allah, badan yang secara hipostatis bersatu dengan keilahian, badan yang tidak dapat menjadi busuk. Tentang Dia pernah dinubuatkan, bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Kis 2:31

Pater H. Embuiru, SVD. �Aku Percaya� hlm. 94-97


Penjelasan tentang Eli, eli, Lama Sabakhtani dapat dibaca di situs katolisitas.org.

Pax et Bonum. Indonesian Papist

Monday, April 2, 2012

Yudas, Petrus dan Kerahiman Allah

Ikon Pengkhianatan Yudas

Para Penulis Injil mengemukakan dua kejadian. Pengkhianatan Yudas dihadapkan pada penyangkalan Petrus dan penyesalan Petrus dihadapkan pada kematian Yudas yang sangat tragis.

Kita ditempatkan dalam suatu keadaan yang amat prihatin: Yesus dikuasai sepenuhnya oleh musuh-musuh-Nya, dikhianati oleh seorang murid, ditinggalkan teman-teman-Nya dan disangkal secara tegas oleh seorang dari mereka. Dari pihak Petrus sendiri, keadaan ini pun sangat prihatin. Cintakasihnya, kesetiaannya, keyakinannya akan kemampuan pribadi dan keberaniannya ternyata tidak cukup. Ia ternyata tidak mampu menghadapi bahaya. Apa yang terjadi di sini tidak merupakan kejadian yang berdiri sendiri. Sampai akhir zaman, Kristus selalu akan dikhianati dan disangkal. Tidak ada sebab untuk menghina Petrus yang berdosa karena lemah. Kejadian ini harus merupakan peringatan untuk tidak jatuh dalam kesalahan yang sama karena keteledoran, karena keyakinan yang berlebihan akan kekuatan pribadi dan karena kurangnya pengharapan. 


Duccio di Buoninsegna, 13th century: Peter Denying Christ
Injil mengajarkan juga bahwa untuk setiap dosa selalu ada pengampunan. Tuhan berpaling memandang Petrus. Teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: �Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga menyangkal Aku.� Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedih. Luk 22:61-62

Peristiwa ini mungkin terjadi ketika para pengawal membawa Yesus dari ruang sidang ke ruang lain di mana Ia dihina dan didera, atau sebaliknya. Bagaimanapun juga, pandangan Kristus, pandangan mata yang tidak terlupakan itu, bertemu sebentar dengan pandangan Petrus, yang berdiri di dekat situ. Wajah-Nya penuh dengan babak belur. Pandangan Yesus menyatakan cintakasih tetapi juga teguran. Petrus menyadarkan diri lagi. Hatinya remuk redam. Cintanya kepada Yesus mencurahkan air mata penyesalan. Hubungan yang telah putus diperbaiki lagi dan sekali waktu juga Petrus akan mengikuti Yesus di jalan salib-Nya.

Nasib Yudas sangat menyedihkan. Kata-kata Yesus yang disampaikan kepadanya, tidak menghasilkan sesuatu di dalam jiwanya; semua perkataan itu kembali tidak berbekas dalam jiwa Yudas karena terbentur pada sikap Yudas yang keras. Kelegaan terhadap keberhasilan pengkhianatannya berlangsung tidak lama. Demikian juga kegembiraan atas uang yang diterimanya. Sekarang ia melihat sendiri akibat perbuatannya: Yesus dihukum mati karena dia. Ia menyesal dan mengembalikan uang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan kaum tua-tua, dan berkata: �Aku telah berdosa karena menyerahkan orang yang tidak bersalah.� Tetapi mereka menjawab: �Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri.� Lalu ia melemparkan uang itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantungkan diri. Mat 27:3-5

Ia menyesal tetapi penyesalannya tidak membawa hasil. Ia tidak mau lagi memegang kepingan uang; daya tariknya sudah hilang. Pada imam-imam besar ia tidak mendapat bantuan. Jalan ke Tuhan tidak diketemukannya lagi. Ia telah putuskan hubungan dengan Yesus dan menduga bahwa suatu perbaikan sudah tidak mungkin lagi. Ia hanya melihat satu jalan ke luar, ialah mengakhiri kehidupannya. Ia telah mengkhianati darah yang tidak bersalah dan ia tidak mengerti bahwa untuk kesalahannya itu pun masih ada kemungkinan pengampunan. Sukar bagi kita untuk mendalami misteri kejahatan ini. kita tidak boleh memisah-misahkan ketidakpercayaan Yudas dan pengkhianatannya. Pengkhianatan adalah konsekuensi dari ketidakpercayaan.

Pater H. Embuiru SVD dalam karyanya �Aku Percaya� hlm. 89-90

Tambahan dari Indonesian Papist:
Kisah Yudas dan Petrus adalah gambaran dari dua orang pendosa yang memilih dua pilihan yang berbeda. Petrus dan Yudas sama-sama menyesal akan perbuatan dosanya namun demikian keduanya berbeda dalam kepercayaan akan kerahiman Yesus Kristus. Petrus percaya akan kerahiman Kristus dan ia, sembari menyesal, menyadari bahwa hubungan dengan Allah masih bisa diperbaiki. Ia sadar dan percaya bahwa setiap dosa bisa diampuni. Saya yakin Petrus masih ingat akan ajaran Yesus Kristus bahwa hanya dosa menghujat Roh Kudus (yaitu menolak untuk bertobat) yang tidak diampuni. Yesus berkata: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal. (Mrk 3:27-28). Apa yang dialami Petrus di hari-harinya kemudian menunjukkan bahwa ia sungguh bertobat, mengambil jalan salib Kristus hingga menjadi martir di Roma pada tahun 67 setelah menjadi uskup selama 27 tahun di sana.

Berbeda dengan Petrus, Yudas meragukan kerahiman Allah. Ia merasa hubungan yang terputus antara ia dengan Allah sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Keputusannya untuk mengakhiri hidup menunjukkan penyesalannya yang tidak sempurna.

Dalam konteks pertobatan, menjadi Petrus atau Yudas adalah dua pilihan yang harus kita pilih sebagai seorang Katolik. Tentu, dalam kelemahan kita sebagai manusia, kita dapat jatuh kembali ke dalam dosa. Tetapi mereka yang percaya pada kerahiman Allah, tentu juga percaya bahwa Allah akan mengampuninya. Meragukan kerahiman Allah adalah sesuatu yang menyakiti hati Allah.

Namun, pertanyaan selanjutnya, Apakah percaya bahwa Allah maharahim adalah cukup untuk memperbaiki hubungan yang putus antara Allah dan manusia sebagai akibat dosa manusia? Ajaran Katolik selalu menolak doktrin �hanya iman� (sola fide). Iman tanpa perbuatan adalah mati. Tentang hal ini, akan saya kaitkan dengan Sakramen Tobat.

Setelah kebangkitan-Nya, Kristus menganugerahi kuasa mengampuni dosa kepada Para Rasul. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: �Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yoh 20:22-23) Melalui suksesi apostolik dan tahbisan imamat, kuasa ini diteruskan hingga sekarang kepada Para Paus, Uskup dan Imam. Pengampunan dosa oleh Allah melalui para tertahbis inilah yang kita terima dalam Sakramen Tobat atau dikenal juga dengan sebutan Sakramen Pengakuan Dosa atau Sakramen Rekonsiliasi.

Iman tanpa perbuatan adalah mati, sekalipun kita meyakini kerahiman Allah tetapi bila kita tidak datang pada-Nya dalam Sakramen Tobat, maka keyakinan kita adalah mati. Perbuatan datang kepada imam dan meminta sakramen tobat adalah perbuatan yang menghidupkan iman akan kerahiman Allah. Sakramen Tobat, di samping Sakramen Ekaristi, adalah sakramen yang menunjukkan kerahiman Allah yang begitu besar. Dalam Sakramen Tobat, kita bisa melihat bahwa Allah tidak bosan-bosannya mengampuni kita sekalipun kita sering jatuh kembali dalam dosa yang sama. Tentu hal ini tidak membuat kita bisa seenaknya berpikir �Mari kita berdosa lagi, toh Allah akan mengampuni kita dalam Sakramen Tobat.� Pemikiran seperti itu justru melecehkan Sakramen Tobat.

Bila kita meyakini Allah maharahim, mengapa enggan menemui Ia dalam Sakramen Tobat? Saat kita menolak menerima Sakramen Tobat, pada saat itu pula kita telah menolak undangan Kristus untuk bertemu dengan-Nya dan pada saat itu pula kita telah menolak menerima rahmat pengampunan dari-Nya di kamar pengakuan. Bila kita mengabaikan Sakramen Tobat, bukankah kita berarti telah mengabaikan kerahiman Allah? Jangan merasa diri tidak pantas menerima sakramen Tobat karena merasa pesimis atau karena menganggap �buat apa mengaku dosa bila nanti berdosa lagi?�. Seperti yang sudah dikatakan di atas, sikap seperti ini meragukan kerahiman Allah dan hal ini menyakiti hati Allah. Iman akan kerahiman Allah tidak akan pernah hidup tanpa perbuatan menerima Sakramen Tobat.

Pilihan ada di tangan kita. Apakah kita hendak menjadi Petrus yang berdosa lalu bertobat karena iman akan kerahiman Allah? Ataukah kita hendak menjadi Yudas yang pesimis, yang meragukan kerahiman Allah, yang menolak bertobat?

Ditulis oleh Indonesian Papist untuk menekan pentingnya Sakramen Tobat. Pax et bonum

Wednesday, January 25, 2012

Segala Nubuat Terpenuhi di dalam Yesus Kristus


Ikon "Life Of Christ"
Yesus Kristus telah diutus Allah untuk menebus kita dan untuk menyampaikan kepada kita warta gembira-Nya. � ... Yang disebut oleh Musa dalam Kitab Taurat dan oleh para nabi, telah kami ketemukan ialah Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.� (Yoh 1:45). Salah satu argumen yang paling kuat untuk menonjolkan perutusan Yesus ialah bahwa segala nubuat telah dipenuhi di dalam Dia.

I. Asal-usul. Sesuai dengan nubuat yang ada maka Mesias terjanji adalah putera Abraham dari garis Yehuda dan Daud. Matius menjabarkan silsilah yang mulai dengan Abraham dan berakhir dengan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. (Mat 1:16). Menurut tafsiran Yahudi, Yesus dengan sesungguhnya putera Daud, karena Yusuf, kepala keluarga di mana Ia dilahirkan, berasal dari Daud. Generasi Kristen pertama pun pada umumnya mengetahui bahwa Ia berasal dari suku Yehuda. (Ibr 7:14)

Yesaya bernubuat bahwa Mesias akan dilahirkan dari seorang perawan. �Sesungguhnya anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki.� (Mat 1:23). Juga tempat kelahiran Mesias diketahui dengan pasti. Kitab Suci mengatakan bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal. (Yoh 7:42). Ke sanalah juga Herodes mengirim orang majus dari wilayah timur dan itu pun berdasarkan nubuat Nabi Mikha. �Dan, Engkau  Betlehem, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil... karena dari padamu akan bangkit seorang pemimpin.� (Mat 2:6)

Ada lagi satu nubuat yang mengatakan bahwa Mesias akan datang dari Nazaret: �Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh para nabi, bahwa Ia akan disebut orang Nazaret.� (Mat 2:23)

II. Tahun-tahun Pertama. Kejadian yang sangat penting selama pemukiman singkat di Betlehem ialah kedatangan orang majus. Mereka datang menyembah Kanak-kanak Yesus dan menyerahkan persembahannya. Dengan demikian terpenuhi lagi satu nubuat. (Yes 72:10). Sedangkan kejadian yang menyedihkan, ialah pembunuhan anak-anak Betlehem, merupakan terpenuhinya nubuat nabi Yeremia. (Yer 31:15)

III. Perintis. Nabi Maleakhi bernubuat bahwa seorang perintis akan mendahului kedatangan Mesias. (Mal 3:1). Tentang perintis ini, Yesaya berkata; �Ada suara yang berseru-seru: Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya.� (Yes 40:3-5)

Hal ini sudah dipenuhi dalam diri Yohanes Pembaptis. Ia mempergunakan kata-kata itu dengan jelas. Ia tidak minta penghormatan Mesias bagi dirinya. �Aku bukan Mesias� (Yoh 1:20), tetapi suara orang yang berseru-seru di padang gurun seperti yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya.

Yesus sendiri memberi kesaksian, bahwa apa yang dinubuatkan oleh nabi Maleakhi telah terpenuhi dalam Yohanes. � ... tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.� (Mat 11:10)

IV. Raja. Ada nubuat yang mengatakan bahwa Mesias adalah raja, imam dan nabi. Kristus telah menampilkan diri sebagai raja. Di depan hakim ia mengaku bahwa Ia raja. �Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja.� (Yoh 18:36). Masyarakat memandang Dia sebagai raja: �Engkaulah raja orang Israel.� (Yoh 1:49), dan musuh-musuh-Nya mempergunakan kata yang sama untuk mengolok-olok Dia, ketika Ia bergantung lemah tidak berdaya di kayu salib. "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.� (Mat 27:42)

V. Imam. Kristus tampil sebagai imam. Pada saat Kristus menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Kita mempunyai Imam Besar Agung yaitu Yesus. (Ibr 4:14). Ia adalah pengantara dari suatu perjanjian yang baru. (Ibr 9:15). Ia telah ditetapkan dengan sumpah oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Tuhan telah bersumpah dan Ia tidak akan menyesal: Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya." (Ibr 7:21)

Pikiran biasa tidak mampu melihat nubuat itu terpenuhi di dalam Kristus. Hanya kepercayaan dapat melihat kematian Kristus di kayu salib sebagai pengorbanan seorang Imam Agung. Ia sendiri telah mengatakan sebelumnya, bahwa Ia datang untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. (Mat 20:28). Dan karena pengorbanan yang Ia persembahkan untuk menghapus dosa. (Ibr 9:26). Ia adalah Imam Agung, Imam Mahasempurna, oleh karena Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tidak bercacat. (Ibr 9:14). Dan karena oleh satu korban saja, Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.( Ibr 10:14)

VI. Nabi. Mesias ditampilkan sebagai nabi. Ia nabi bukan hanya karena nubuat yang Ia lakukan, tetapi terutama karena Ia datang atas nama Tuhan untuk menyampaikan suatu berita kepada manusia. Aku datang dalam nama Bapa-Ku (Yoh 5:43) dan apa yang Kudengar dari pada-Nya itulah yang Kukatakan kepada dunia (Yoh 8:26). Karena itu Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa dan tidak seperti ahli taurat. (Mrk 1:22). Melalui karya-Nya, ialah mujizat-Nya, Ia mengundang para pendengar agar percaya kepada pewartaan-Nya.

VII. Hamba Allah. Mesias digambarkan sebagai raja dengan kekuasaan rohani dan agama. Ia ditampilkan sebagai imam yang dengan sukarela dan tabah mengorbankan diri dan menyerahkan diri kepada keganasan musuh-musuh-Nya demi kebahagiaan umat-Nya. Ia juga ditampilkan sebagai nabi ideal, sebagai seorang Musa yang lain, yang dengan setia dan tanpa ragu-ragu, tetapi juga dengan rendah hati dan lemah lembut menjalankan perutusan-Nya dan dengan sekuat tenaga membela orang-orang-Nya. Ia adalah pewarta kebahagiaan ilahi. �Roh Tuhan Allah ada pada-Ku, oleh karena Tuhan telah mengurapi Aku; Ia telah mengutus Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang yang remuk hati, untuk memberitakan kebebasan kepada orang tawanan dan kepada orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan.� (Yes 61:1-2). Itulah gambaran mengenai Yesus. Dan sebagai kelanjutannya dikatakan di dalam Injil; �Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia mulai mengajar mereka dengan berkata: �Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.� Dan semua orang membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya.� (Luk 4:20-22)

VIII. Penghinaan. Gambaran mengenai Mesias tidak hanya menunjukkan segi-segi cerah. Ada juga nubuat yang membicarakan tentang perlawanan, pertentangan, penolakan, yang berakhir dengan kesengsaraan dan kematian Kristus. Meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?" Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: "Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka." Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang Dia. (Yoh 12:37-41)

Perjanjian Baru melihat Kristus sebagai batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, tetapi yang telah menjadi batu penjuru (Mat 21:42) dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk (Mat 21:44).

IX. Hari-hari terakhir. Beberapa peristiwa penting menjelang akhir kehidupan-Nya menunjukkan lagi bahwa nubuat-nubuat telah terpenuhi semuanya. Yesus mengendarai seekor keledai dielu-elukan di Yerusalem (Mat 21:5). Pengkhianatan dan tigapuluh keping perak, serta kematian diterima dengan tanpa keluhan: Sebagai seekor domba Ia dibawa ke pembantaian (Kis 8:32). Penyesahan harus diderita-Nya; Ia adalah ulat dan bukan manusia (Mzm 22:7). Ia diperlakukan sebagai penjahat. Ia dihina, pakaian-Nya dibagi dan jubah-Nya diundi, kehausan-Nya dipuaskan dengan cuka, lambung-Nya ditikam, dan pengkhianat-Nya mati.

X. Kemuliaan. Kebangkitan Kristus telah dinubuatkan juga. Pada hari Pentakosta, Santo Petrus mengenakan Mazmur 16 kepada Kristus: � ... tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.� (Kis 2:26-27). Juga kenaikan Kristus telah dinubuatkan dalam Kitab Mazmur: �Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.� (Kis 2:34-35)

Sesudah itu tersebarlah Kerajaan Kristus ke seluruh dunia. Juga ini telah tercantum di dalam nubuat-nubuat, di mana sering dibicarakan tentang kerajaan universil dari Orang yang diurapi Allah. Kerajaan-Nya adalah kerajaan rahmat. Kerajaan itu tidak terbatas pada Israel. �Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.� (Yes 49:6). Semuanya itu telah dipenuhi di dalam Kristus dan di dalam semua orang yang terhimpun di dalam Gereja. Santo Paulus melihat permulaan dari pemenuhan nubuat yang mengatakan: �Pujilah Allah, hai orang-orang yang bukan Yahudi, pujilah dia, hai semua bangsa.� (Rom 15:11)

XI. Kesimpulan. Yesus Kristus adalah Penebus yang terjanji. Karena di dalam Dia telah terpenuhi segala sesuatu yang telah dinubuatkan. Tidak ada seorang lain, baik sebelum maupun sesudah Dia dapat mengatakan ini tentang dirinya. Kristus sendiri berkata: �Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.� (Yoh 5:46)

Sumber: Aku Percaya hlm. 31-35 karya Pater Herman Embruiru, SVD.
pax et bonum

Sunday, January 15, 2012

Gambar dalam KKGK � Yesus Memberikan Komuni Kudus kepada Para Rasul


Joos van Wassenhove, Jesus Gives Communion to the Apostles, National Gallery of the Marches, Urbino.

Gambar dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik � Yesus Memberikan Komuni Kudus kepada Para Rasul

Dalam lukisan ini, digambarkan Yesus mendekati para Rasul-Nya di meja perjamuan dan memberikan Komuni kepada mereka satu persatu. Ini termasuk jenis lukisan yang memberi kejelasan akan penghormatan Gereja yang besar terhadap Ekaristi selama berabad-abad.

�Tanpa hari Tuhan, kita tidak dapat hidup,� kata seorang martir Emeritus pada permulaan abad ke-4 dalam salah satu penganiayaan terhadap orang Kristen yang paling kejam, yaitu pada zaman Kaisar Diocletianus tahun 304. Ketika dituduh ambil bagian dalam Ekaristi dengan komunitasnya, dia mengakuinya tanpa ragu-ragu: �Tanpa Ekaristi, kami tidak dapat hidup.� Dan, salah satu martir menambahkan: �Ya, saya hadir dalam pertemuan, dan saya merayakan Perjamuan Allah dengan saudara saudara saya karena saya seorang Kristen� (Kesaksian para Martir Abitene, bab 11 dan 7:16). Karena kesetiaan mereka pada Ekaristi, empat puluh sembilan martir dari Afrika Utara dihukum mati. Ekaristi Allah adalah kehidupan yang sejati bagi Saturninus dan teman-teman martir dari Abitene di Afrika prokonsuler. Mereka memilih lebih baik mati daripada tidak menyantap Makanan Ekaristi, Roti Kehidupan.

Santo Thomas Aquinas mempunyai kebiasaan setiap tengah hari masuk gereja, dan meletakkan dahinya pada tabernakel dengan sikap percaya dan pasrah untuk berbicara secara pribadi dan intim dengan Tuhan Ekaristis. Teolog besar dari Abad Pertengahan ini juga terkenal karena mengarang doa-doa liturgi untuk pesta Tubuh Tuhan. Dia mengungkapkan semua devosinya yang mendalam terhadap Ekaristi.

Dalam himne Doa Pagi (Verbum Supernum Prodiens), terdapat sintesis spiritualitas Katolik tentang Ekaristi:

�Ketika Yesus akan diserahkan untuk kematian oleh pengkhianat dan sekutu-sekutunya, Yesus menyerahkan Diri-Nya sebagai makanan kehidupan kepada para murid-Nya. Kepada mereka, Yesus memberikan Tubuh dan Darah, dalam dua macam tanda supaya manusia mendapatkan makanan seutuhnya dengan dua macam substansi. Dengan kelahiran-Nya, Yesus menjadi teman kita; dengan duduk bersama di meja perjamuan, Dia menjadi makanan kita, dengan kematian-Nya; Dia menjadi hadiah bagi kita�.

Aquinas, yang menyebut Ekaristi sebagai �puncak dan kesempurnaan seluruh hidup spiritual�, tidak lain mau mengungkapkan kesadaran iman Gereja yang percaya kepada Ekaristi sebagai kehadiran Yesus secara nyata di antara kita dan sebagai makanan yang mutlak perlu untuk hidup spiritual. Ekaristi merupakan benang emas yang menghubungkan Perjamuan Malam Terakhir dengan semua zaman yang dilalui oleh Gereja sampai masa kita sekarang ini.  Kata-kata konsekrasi, �Inilah Tubuh-Ku� dan �Inilah Darah-Ku�, diucapkan di segala waktu dan tempat, bahkan di gulag-gulag, di kamp-kamp konsentrasi, dan di ribuan penjara yang ada sampai sekarang ini. Di atas landasan Ekaristi inilah Gereja mendasarkan hidup, kesatuan, dan perutusannya.
 
Ket: Situs resmi Vatikan (vatican.va) menyediakan buku elektronik (e-book) Kompendium Katekismus Gereja Katolik dalam bahasa Indonesia yang dapat didownload dengan gratis. Kaum awam sangat disarankan untuk membaca Kompendium Katekismus Gereja Katolik ini.

Pax et Bonum

Friday, January 13, 2012

Gambar dalam KKGK � Mosaik di Basilika St. Klemens



Basilica of Saint Clement, Mosaic in the Apse, Rome.
Gambar dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik - Mosaic in the Apse

Mosaik kuno yang terdapat di Basilika Santo Klemens, Roma, menggambarkan kemenangan Salib, pusat misteri iman Kristen. Kita bisa memperhatikan hiasan megah rumbairumbai dari daun Akantus, dan dari sini muncul banyak sekali lingkaran yang keluar menuju segala arah dengan bunga-bunga dan buah-buahnya. Tanaman ini mendapatkan kekuatan dari salib Yesus, yang berkat kurban-Nya, manusia dan semesta alam diciptakan kembali. Yesus adalah Adam baru. Misteri penderitaan, wafat, dan kebangkitan-Nya membawa kelahiran kembali umat manusia dan rekonsiliasi dengan Bapa.

Di sekeliling Kristus yang menderita, terdapat dua belas merpati putih yang melambangkan kedua belas Rasul. Di kaki salib, berdiri Maria dan Yohanes, murid yang dikasihi-Nya.

�Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya:  �Ibu, inilah anakmu!� Kemudian, Ia berkata kepada murid-Nya:  �Inilah ibumu!� Dan sejak saat itu, murid itu menerima Maria di dalam rumahnya� (Yoh 19:26- 27).

Di atas salib, tangan Bapa terulur, memberikan mahkota kemuliaan kepada Putra-Nya yang melalui misteri Paskah menjadi pemenang atas kematian. Di bawah tanaman itu, terdapat seekor rusa kecil yang bertempur melawan ular jahat.

Dari tanaman ini, yang menggambarkan pohon penebusan, muncullah sebuah mata air yang memancar memberikan kehidupan bagi empat anak sungai, yang melambangkan keempat Injil, tempat orang-orang beriman melepaskan dahaga mereka seperti rusa yang datang ke sumber air kehidupan. Di sini, Gereja digambarkan sebagai sebuah taman surgawi yang memperoleh kehidupannya dari Kristus, pohon kehidupan sejati.

Ket: Situs resmi Vatikan (vatican.va) menyediakan buku elektronik (e-book) Kompendium Katekismus Gereja Katolik dalam bahasa Indonesia yang dapat didownload dengan gratis. Kaum awam sangat disarankan untuk membaca Kompendium Katekismus Gereja Katolik ini.

Pax et Bonum