Latest News

Showing posts with label EENS. Show all posts
Showing posts with label EENS. Show all posts

Wednesday, February 22, 2012

Respon Terhadap Kekeliruan Seorang Non-Katolik Mengenai EENS

Artikel ini ditulis oleh Indonesian Papist untuk merespon penyesatan yang terjadi.

Seorang non-Katolik bernama Sa Sha menyebarkan sebuah pemahaman yang keliru mengenai Dogma Katolik Extra Ecclesiam Nulla Salus (Di Luar Gereja Katolik tidak ada Keselamatan). Dia mengklaim pemahamannya mengenai Extra Ecclesiam Nulla Salus adalah pemahaman Gereja Katolik. Berikut ini artikel yang ia sebarkan ke berbagai orang Katolik di facebook. 
Dogma EXTRA ECCLESIAM NULLA SALUS (EENS)
TIDAK ADA Keselamatan diluar PAUS ROMA Katolik (EENS) adalah DOGMA Gereja Katolik.
Dogma adalah ajaran Roma Katolik yang MUTLAK dan INFALLIBLE (tidak salah) sifatnya.

EENS adalah ajaran/Dogma Gereja Katolik yang HARUS DIIMANI oleh seluruh Umat Gereja Katolik, penyangkalan ajaran ini (EENS dan Dogma lainnya) otomatis menjadikan seseorang TIDAK lagi memperoleh bagian keselamatan dari Gereja Roma Katolik.

"Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang TIDAK hidup dalam Gereja Roma Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat (protestan) dan SKISMATIK (ORTHODOX) TIDAK BISA menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi ke dalam API YANG KEKAL (NERAKA) yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya"
PAUS Eugene IV dan Konsili Florence (A.D. 1438 - 1445)
"Adalah SANGAT PERLU bagi semua orang untuk KESELAMATAN mereka, TUNDUK kepada kekuasaan Paus Roma." (Unam Sanctam)
Demikianlah artikel dari Sa Sha tersebut. Pertama-tama, bila kita melihat sumbernya si Sa Sha (forumkristen.com di atas), dia mengambil artikel yang justru dibuat oleh Protestan anti-Katolik untuk menyebarkan pemahaman Extra Ecclesiam Nulla Salus yang salah dan keliru. Protestan anti-Katolik ini sengaja mengutip keluar konteks semua dokumen Gereja untuk menjatuhkan atau mendiskreditkan Gereja Katolik.

Saya, Indonesian Papist, akan memisah-misahkan dulu poin-poin di atas untuk menunjukkan mana saja pernyataan yang sesuai dengan posisi Gereja dan mana yang tidak.
1. TIDAK ADA Keselamatan diluar PAUS ROMA Katolik (EENS) adalah DOGMA Gereja Katolik.
Tanggapan: Ini pernyataan yang memiliki kekeliruan yang fatal yang menunjukkan bahwa pemahaman Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik itu sama sekali tidak sesuai apa yang dipahami oleh Gereja Katolik mengenai Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus. Sa Sha dan Si Protestan tersebut menyamakan Extra Ecclesiam Nulla Salus (Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan) dengan Extra Papam Nulla Salus (Di Luar Paus Tidak Ada Keselamatan), sebuah kalimat yang asing sekali bagi Gereja Katolik. Anda bisa googling dengan keyword �Outside roman pope there is no salvation� dan saya yakin tidak ada satu pun artikel dari situs Katolik yang menyatakan kalimat seperti ini adalah kalimat Gereja, dogma Gereja. Saya sudah melakukannya dan tidak menemukan apa-apa. Dengan mengatakan demikian, baik Si Sa Sha maupun Si Protestan mengidentikkan atau menyamakan Gereja dengan Paus. �Paus adalah Gereja, dan Gereja adalah Paus.� Demikianlah anggapan mereka.
2. Dogma adalah ajaran Roma Katolik yang MUTLAK dan INFALLIBLE (tidak salah) sifatnya.
Tanggapan: Dogma itu memang mutlak dan infallible (tidak dapat salah). Sebagian kalimat ini benar kecuali pada �Roma Katolik�. Sa Sha dan Si Protestan seperti layaknya umat Protestan lain pada umumnya, masih mengidentikkan bahwa Gereja Katolik adalah Katolik Roma SAJA. Padahal sebagaimana yang Gereja Katolik ajarkan, Gereja Katolik bukanlah hanya Gereja Katolik Roma SAJA. Katolik Roma adalah salah satu dari 23 Puteri Gereja Katolik. Di samping Katolik Roma, masih ada 22 Katolik Timur. [1] Gereja Katolik adalah Bunda sementara Katolik Roma dan 22 Katolik Timur lainnya adalah Puteri-puteri Gereja Katolik. [2]

Tentang dogma itu sendiri saya berikan penjelasan dari Pater Stravinskas dan Katekismus Gereja Katolik.
"Dogma adalah pengajaran Gereja yang diwahyukan secara implisit atau eksplisit oleh Kitab Suci atau Tradisi Suci, untuk diyakini oleh umat beriman berdasarkan definisi khidmat atau kuasa mengajar biasa Gereja. ... Sebagai tambahan, dogma harus diajukan sebagai [pengajaran] yang mengikat umat beriman. Oleh karena itu,  penerimaan terhadap dogma adalah perlu untuk keselamatan [umat beriman].(Reverend Peter M.J. Stravinskas, Ph.D., S.T.L. Our Sunday Visitor�s Catholic Encyclopedia. Copyright � 1994, Our Sunday Visitor.)
"Kehidupan rohani kita dan dogma-dogma itu mempunyai hubungan organis. Dogma-dogma adalah cahaya di jalan kepercayaan kita, mereka menerangi dan mengamankannya. Sebaliknya melalui cara hidup yang tepat, pikiran dan hati kita dibuka, untuk menerima cahaya dogma iman itu."  (KGK 89)
3. EENS adalah ajaran/Dogma Gereja Katolik yang HARUS DIIMANI oleh seluruh Umat Gereja Katolik, penyangkalan ajaran ini (EENS dan Dogma lainnya) otomatis menjadikan seseorang TIDAK lagi memperoleh bagian keselamatan dari Gereja Roma Katolik.
Tanggapan: Benar, kecuali pada bagian penggunaan istilah �Gereja Roma Katolik�. Alasannya sama seperti tanggapan nomor 2.
4. "Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang TIDAK hidup dalam Gereja Roma Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat (protestan) dan SKISMATIK (ORTHODOX) TIDAK BISA menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi ke dalam API YANG KEKAL (NERAKA) yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya" PAUS Eugene IV dan Konsili Florence (A.D. 1438 - 1445)
Tanggapan: Tambahan dalam kurung di atas adalah dari Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik tersebut. Istilah �Bidat� di dokumen ini tidak merujuk kepada Protestan karena Protestan baru muncul abad ke-16, sedangkan dokumen ini jauh lebih tua dari usia Protestantisme. Bagaimanapun juga, Protestantisme tetaplah merupakan bidaah yang dikutuk  pada Konsili Ekumenis berikutnya, Konsili Trente. Istilah �Skismatik� juga tidak secara khusus merujuk kepada Ortodoks tetapi kepada siapapun yang dulunya Katolik tetapi kemudian meninggalkan persatuan dengan Gereja Katolik. Yang paling fatal, tidak ada istilah �Gereja Roma Katolik� pada dokumen tersebut. Terminologi �Roma Katolik� di dalam dokumen ini adalah hasil penambahan dari Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik tersebut. Berikut ini kutipan yang lebih lengkap.
"Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang tidak hidup dalam Gereja Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat dan skismatik tidak bisa menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi 'ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya' (Mat 25:41), kecuali sebelum akhir hidupnya mereka ditambahkan ke kumpulan domba; dan kesatuan dari tubuh Gereja begitu kuatnya sehingga hanya kepada mereka yang berada didalam kesatuan tersebut sakramen Gereja berdaya untuk keselamatan. Dan [hanya didalam Gerejalah] puasa, kemurahan dan fungsi kebaikan kristen lain bisa memberikan hadiah, dan bahwa tidak seorangpun, apapun kemurahan yang dia lakukan, bahkan bila dia telah menumpahkan darah untuk nama Kristus, bisa diselamatkan, kecuali dia berada didalam pelukan dan kesatuan dari Gereja Katolik."  (Paus Eugenius IV pada Konsili Florence, 1438-1445)
Dari sini kita ketahui bahwa mereka tidak memahami dokumen tersebut tetapi berani menambahkan pemahaman mereka sendiri kepada dokumen ini bahkan mengkorup sebagian isi dokumen tersebut.
5. "Adalah SANGAT PERLU bagi semua orang untuk KESELAMATAN mereka, TUNDUK kepada kekuasaan Paus Roma." (Unam Sanctam)
Tanggapan: Bila kita melihat sepenggal seperti ini, maka kita bisa dengan mudah menganggap kalau benarlah kesimpulan Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik bahwa di luar Paus tidak ada keselamatan (EPNS) adalah dogma Katolik. Tetapi, Bulla Unam Sanctam harus dibaca keseluruhan. Bulla Unam Sanctam ini pertama-tama menegaskan dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus tanpa mendefinisikan "Di Luar Paus Roma Katolik Tidak Ada Keselamatan".

Berdasarkan iman kami berkewajiban untuk percaya dan menegaskan bahwa Gereja adalah satu kudus, katolik, dan apostolik. Kami percaya akan Gereja dengan teguh dan kami mengakui dengan segala kesederhanaan bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan atau pengampunan dosa, seperti pengantin pria dalam Kidung Agung menyatakan: " Tetapi dialah satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, satu-satunya anak ibunya, anak kesayangan bagi yang melahirkannya (Kid 6:9)". Dan dia menghadirkan satu Tubuh Mistik Kristus yang tunggal, dimana Kristus adalah kepalanya dan Kristus sang kepala adalah Allah (1 Kor 11:3). Dalam dia selanjutnya hanya ada satu Tuhan, satu iman, dan satu Baptisan (Ef 4:5). Karena pada saat air bah hanya ada satu bahtera Nuh, yang melambangkan satu Gereja, dimana bahtera itu, setelah selesai menjadi satu kapal, hanya memiliki satu nahkoda dan pemandu, yaitu Nuh, dan kita membaca bahwa, diluar bahtera ini, seluruh isi bumi telah dihancurkan. (Paus Bonifasius VIII, Bulla Unam Sanctam) [3]
Unam Sanctam berbicara mengenai EENS tetapi Unam Sanctam tidak bisa dijadikan dasar untuk Di Luar Paus tidak ada keselamatan. Apa yang tidak tepat dari kesimpulan Si Sa Sha dan Si Protestan anti-Katolik dengan mengeluarkan pernyataan �Di Luar Paus Roma Katolik tidak ada keselamatan adalah Dogma Katolik�?

Dogma Gereja Katolik mengenai Keselamatan adalah Extra Ecclesiam Nulla Salus (Di Luar Gereja tidak ada keselamatan), bukan �Di luar Paus Roma Katolik tidak ada keselamatan�. Tidak ada satupun dokumen resmi Gereja Katolik yang menyebutkan kalimat �Di Luar Paus Roma Katolik tidak ada keselamatan�. Unam Sanctam dan sejumlah dokumen lain memang menegaskan perlunya ketaatan terhadap Paus Roma untuk keselamatan, tetapi hal ini tidak bisa menjadi dasar untuk menyimpulkan ajaran �Di Luar Paus Roma tidak ada keselamatan.� Penegasan perlunya ketaatan terhadap Paus Roma untuk keselamatan ini sebanding atau setipe dengan penegasan perlunya ketaatan umat beriman terhadap Konsili-konsili Ekumenis untuk keselamatan umat beriman. Apakah perlunya ketaatan pada Konsili-konsili Ekumenis lalu membuat kita mendefinisikan �Di Luar Konsili-konsili Ekumenis tidak ada keselamatan�?

Lalu, Gereja juga menegaskan bahwa tujuh sakramen Gereja perlu untuk keselamatan umat beriman. �I profess also that there are seven sacraments of the new law, truly and properly so called, instituted by our lord Jesus Christ and necessary for salvation, though each person need not receive them all. (Beato Pius IX, Sesi II Konsili Vatikan I)� 
Nah, apakah dengan ini terus keluar definisi �Di Luar Sakramen-sakramen tidak ada keselamatan�?

Mendefinisikan atau mengajarkan ajaran �Di Luar Paus Roma tidak ada keselamatan�, �Di Luar Konsili Ekumenis tidak ada keselamatan�, �Di Luar Sakramen-sakramen tidak ada keselamatan� dll hanya akan mengaburkan hakikat Gereja itu sendiri. Kalimat-kalimat asing ini mengajarkan Gereja adalah Paus, Gereja adalah Konsili Ekumenis dan Gereja adalah Sakramen Gereja dll yang mana jelas keliru. Perlunya ketaatan terhadap Paus Roma untuk keselamatan, perlunya ketaatan terhadap Konsili Ekumenis dan perlunya tujuh sakramen Gereja untuk keselamatan sungguh-sungguh merupakan ajaran Gereja Katolik tetapi tidak bisa kita jadikan dasar untuk mere-definisikan dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus menjadi kalimat-kalimat asing di atas.

Dengan taat pada Paus Roma, pada Konsili Ekumenis, menerima sakramen-sakramen akan membuat kita berada di dalam Gereja sehingga dapat diselamatkan. Menolak Paus Roma, Konsili Ekumenis, dan Sakramen-sakramen akan membuat kita berada di luar Gereja sehingga tidak dapat diselamatkan. Tetapi fakta ajaran ini tidak dapat membuat kita mendefinisikan dogma EENS dengan kalimat-kalimat asing di atas.

Bagaimana Posisi Indonesian Papist mengenai Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus? Indonesian Papist selalu mengimani dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus tetapi dogma ini hendaknya diimani dan dipahami sebagaimana Gereja Katolik memahami Extra Ecclesiam Nulla Salus ini. Berikut ini berbagai artikel dalam Indonesian Papist mengenai Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus:

Btw, apakah Sa Sha itu Katolik?
Saya ragu ia seorang Katolik. Ia justru berusaha mendiskreditkan Katolik sambil mengutip bahkan mengkorup dokumen-dokumen Gereja Katolik. Sebagai contoh, perhatikan gambar ini:

Bisa dilihat kalau Sa Sha menambah kata �Roma Katolik� pada pernyataan St. Agustinus di atas, padahal artikel yang benar itu seperti berikut:
"No man can find salvation except in the Catholic Church. Outside the Catholic Church one can have everything except salvation. One can have honor, one can have the sacraments, one can sing alleluia, one can answer amen, one can have faith in the name of the Father and of the Son and of the Holy Ghost, and preach it too, but never can one find salvation except in the Catholic Church." (Sermo ad Caesariensis Ecclesia plebem)
Kemudian, ia malah menyatakan kalimat yang aneh dan sangat Protestan sekali (klik gambar untuk memperbesar): 
�Kalau sudah TAHU namun TIDAK mau tunduk dan takluk pada Paus dan organisasinya (Roma Katolik), maka ia TIDAK dapat diselamatkan.� Perhatikan kata-kata �Paus dan organisasinya (Roma Katolik)�. Seorang Katolik yang sejati tidak akan menyatakan bahwa Gereja Katolik itu semata-mata organisasi apalagi sampai mengatakan bahwa Gereja Katolik adalah organisasi milik Paus. Kalimat yang dinyatakan oleh Sa Sha ini membuat saya semakin meragukan bahwa ia bukan Katolik.

Bukti lain lagi yaitu kalimat Sa Sha (lihat pada gambar pertama) yang berbunyi demikian: �Baptisan maupun sakramen ekaristi diluar dari yang dilakukan Paus dan imam tahbisan Paus adalah TIDAK SAH, karenanya TIDAK menyelamatkan manusia.� Kalimat ini menunjukkan betapa kacaunya pemahaman dia mengenai Katolik. Saya tidak dibaptis oleh imam yang ditahbiskan Paus tetapi ditahbiskan oleh uskup dari Belanda. Semua Ekaristi yang saya hadiri dipimpin dan dirayakan oleh imam-imam yang tidak ditahbiskan Paus melainkan oleh imam-imam yang ditahbiskan oleh uskup setempat. Lalu, karena imam-imam ini tidak ditahbiskan Paus, berarti Baptisan dan Ekaristi yang saya terima itu TIDAK SAH sehingga tidak menyelamatkan? Sekali lagi, di sini terlihat bahwa ia memiliki pemahaman yang kacau mengenai Gereja Katolik.

Melihat penyesatan yang dilakukannya, maka setiap umat Katolik hendaknya berhati-hati dengan pendapat dan argumen atau pengajaran yang ia berikan atau sampaikan. Anda sekalian dapat menggunakan artikel yang Indonesian Papist tulis ini untuk menunjukkan bahwa ia tidak kredibel sama sekali dalam berbicara mengenai ajaran Katolik. Pax et Bonum

Link Kaki:

Wednesday, August 24, 2011

Di Luar Yesus Kristus Dan Gereja Katolik Tidak Ada Keselamatan


1. Di luar Yesus Kristus tidak ada keselamatan
�Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.� (Kis 4:12)

Kata Yesus kepadanya: �Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.� (Yoh 14:6)

2. Di luar Gereja Katolik tidak ada keselamatan
Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan. (Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium 14)
"Ini adalah ajaran terakhir kami bagi kamu; terimalah, torehkanlah di pikiran kamu, kamu semuanya; Berdasarkan perintah Allah, keselamatan tidak bisa ditemukan dimanapun kecuali didalam Gereja." (Paus Leo XIII dalam Ensiklik Annum Ingressi Sumus) 


"Perahu Gereja dituntun oleh Kristus dan wakilNya... Hanya inilah yang membawa para murid dan menerima Kristus. Betul bahwa perahu ini dilemparkan ke laut, tapi diluarnya seseorang akan lenyap dengan seketika. Keselamatan hanya ada di Gereja; diluarnya siapapun lenyap."  (Paus Yohanes Paulus I, First Allocution, August 27, 1978, L'Osservatore Romano, August 28,29, 1978.) 


Tidak ada keselamatan diluar Gereja. Hanya dari dia-lah (Gereja) kuasa hidup menuju Kristus dan RohNya mengalir secara pasti dan secara penuh, untuk memperbaharui seluruh kemanusiaan, dan karenanya mengarahkan setiap manusia untuk menjadi bagian dari Tubuh Mistik Kristus." (Pope John Paul II, Radio Message for Franciscan Vigil in St. Peter's and Assisi, October 3, 1981, L'Osservatore Romano, October 12, 1981.)

3. Yesus Kristus dan Gereja Katolik adalah satu, tidak terpisahkan. Dengan demikian, di luar Yesus Kristus dan Gereja Katolik, tidak ada keselamatan.
"Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." (Bapa Gereja dan murid St. Yohanes Penulis Injil, St. Ignatius of Antioch dalam Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 107]).

"Bacalah surat Santo Paulus: �Corpus Christi quod est Ecclesia (Kol:18)�. Kristus dan Gereja adalah hal yang satu. Kristus lah kepala, Gereja lah Tubuh-Nya. Tidak lah mungkin memiliki iman dan berkata, �Aku percaya pada Yesus tetapi aku tidak menerima Gereja.� (Pope John Paul I, General Audience on September 13, 1978)"

"Seluruh Kristus, Kepala dan Tubuh, satu dari yang banyak... Apakah Kepala yang berbicara atau Tubuh yang berbicara, selalu Kristuslah yang berbicara: Ia berbicara baik dalam peranan-Nya sebagai Kepala [ex persona capitis], maupun dalam peranan Tubuh (ex persona corporis). Apa yang tertulis? 'Keduanya menjadi satu daging. Itu adalah rahasia yang sangat dalam; saya mengenakannya kepada Kristus dan Gereja' (Ef 5:31- 32). Dan Tuhan sendiri berkata dalam Injil: 'Jadi mereka bukan lagi dua melainkan satu daging' (Mat 19:6). Seperti kamu tahu, ada dua pribadi tetapi di pihak lain hanya satu oleh hubungan perkawinan... Sebagai kepala Ia menamakan diri mempelai pria, sebagai tubuh mempelai wanita" (Bapa Gereja St. Agustinus, Psal. 74,4 � sebagaimana yang dikutip dalam KGK 796).

4. Berada di dalam Gereja Katolik mutlak perlu untuk keselamatan.
�Berada dalam Gereja, Tubuh Mistik Kristus, meskipun secara implisit dan sungguh secara misterius, adalah syarat esensial untuk keselamatan.� (Beato Yohanes Paulus II, Audiensi Umum 31 Mei 1995)

"Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang tidak hidup dalam Gereja Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat dan skismatik tidak bisa menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi 'ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya' (Mat 25:41), kecuali sebelum akhir hidupnya mereka ditambahkan ke kumpulan domba; dan kesatuan dari tubuh Gereja begitu kuatnya sehingga hanya kepada mereka yang berada didalam kesatuan tersebut sakramen Gereja berdaya untuk keselamatan. Dan [hanya didalam Gerejalah] puasa, kemurahan dan fungsi kebaikan kristen lain bisa memberikan hadiah, dan bahwa tidak seorangpun, apapun kemurahan yang dia lakukan, bahkan bila dia telah menumpahkan darah untuk nama Kristus, bisa diselamatkan, kecuali dia berada didalam pelukan dan kesatuan dari Gereja Katolik."  (Paus Eugenius IV dan Konsili Florence, 1438-1445)

5. Perlunya pembaptisan untuk keselamatan.
Pembaptisan adalah Sakramen iman. Iman membutuhkan persekutuan umat beriman. Setiap orang beriman hanya dapat beriman dalam iman Gereja. � KGK 1253

Tuhan sendiri mengatakan bahwa Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan. Karena itu, Ia memberi perintah kepada para murid-Nya, untuk mewartakan Injil dan membaptis semua bangsa. Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan orang-orang, kepada siapa Injil telah diwartakan dan yang mempunyai kemungkinan untuk memohon Sakramen ini. Gereja tidak mengenal sarana lain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi. � KGK 1257

6. Mengapa Pembaptisan perlu untuk keselamatan? Karena Pembaptisan menggabungkan seseorang ke dalam Tubuh Mistik Kristus, Gereja Katolik. Lihat poin 4 yang menyatakan bahwa berada dalam Gereja Katolik adalah syarat esensial untuk keselamatan.

Pembaptisan menjadikan kita anggota-anggota Tubuh Kristus. "Kita adalah sesama anggota" (Ef 4:25). Pembaptisan menggabungkan kita ke dalam Gereja. Dari dalam bejana pembaptisan dilahirkanlah umat Allah Perjanjian Baru yang unik, yang mengatasi semua batas alami dan manusiawi menyangkut negara, kebudayaan, bangsa, dan keturunan. "Dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka telah dibaptis menjadi satu tubuh" (1 Kor 12:13). � KGK 1267

Buah Pembaptisan atau rahmat Pembaptisan itu bermacam-macam: pengampunan dosa asal dan semua dosa pribadi; kelahiran untuk hidup baru, yang olehnya manusia menjadi anak angkat Allah, anggota Kristus dan kenisah Roh Kudus. Orang yang dibaptis digabungkan dengan Gereja, Tubuh Kristus, dan mengambil bagian dalam imamat Kristus. � KGK 1279

7. Lalu, apakah menjadi Katolik pasti selamat? Jawabnya tidak.
Dimasukkan sepenuhnya kedalam sertifikat Gereja mereka, yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata-susunan Gereja serta semua upaya keselamatan yang diadakan didalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabunggkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan para uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni: pengakuan iman, sakramen-sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih;  jadi yang �dengan badan� memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak �dengan hatinya�. Pun hendaklah semua Putera Gereja menyadari, bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan, malahan akan diadili lebih keras. (Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium 14)

8. Lalu, bagaimana dengan mereka yang belum pernah mendengar atau mengenal Yesus Kristus dan Gereja-Nya sehingga secara eksplisit berada di luar Gereja Katolik tetapi hidup kudus, secara tulus mencari Allah dan melakukan hal-hal positif menurut ajaran Kristus dan GerejaNya? Apakah mereka bisa selamat?
Jawabnya mereka bisa selamat.

Bagaimanapun, bagi mereka-mereka yang belum menerima proklamasi Injil, seperti yang saya tulis di Ensiklik Redemptoris Missio, keselamatan dapat diakses dengan cara yang misterius, sejauh rahmat ilahi diberikan kepada mereka berdasarkan pengorbanan penebusan Kristus, tanpa keanggotaan yang tampak di dalam Gereja, tetapi selalu dalam kaitannya dengan dirinya (cf. RM 10). Ini merupakan hubungan misterius. Ini adalah misteri bagi mereka yang menerima rahmat, karena mereka tidak tahu Gereja dan kadang-kadang bahkan secara lahiriah menolaknya. Hal ini juga misterius dalam dirinya sendiri, karena terkait dengan misteri rahmat penyelamatan, yang mencakup referensi hakiki pada Gereja yang didirikan Juruselamat. Supaya berlaku, anugerah keselamatan membutuhkan penerimaan, kerjasama, sebuah ya untuk karunia ilahi. Penerimaan ini, setidaknya secara implisit, berorientasi kepada Kristus dan Gereja. (Beato Yohanes Paulus II, Audiensi Umum 31 Mei 1995)
Gereja mengenal pembaptisan lain selain Sakramen Pembaptisan (Baptisan air) yaitu, baptis darah dan baptis rindu yang memberikan buah-buah pembaptisan yang sama dengan Sakramen Pembaptisan. Mengenai buah-buah pembaptisan, lihat pada no.6 artikel ini yang mengutip KGK 1279.
Gereja sudah sejak dahulu yakin bahwa orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh kematiannya. Pembaptisan darah ini demikian pula kerinduan akan Pembaptisan menghasilkan buah-buah Pembaptisan walaupun tidak merupakan Sakramen.  � KGK 1258

Bagi para katekumen yang mati sebelum Pembaptisan, kerinduan yang jelas untuk menerima Pembaptisan, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih sudah menjamin keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui Sakramen itu. � KGK 1259

9. Apakah kenyataan bahwa orang-orang dengan kondisi pada no.8 dapat diselamatkan menunjukkan bahwa dogma �Di luar Gereja tidak ada keselamatan� dianulir atau digantikan dengan ajaran �Di luar Gereja ada keselamatan� ?
Jawabnya tidak

Mengulang pernyataan Beato Yohanes Paulus II di atas,
Berada dalam Gereja, Tubuh Mistik Kristus, meskipun secara implisit dan sungguh secara misterius, adalah syarat esensial untuk keselamatan.�
Mereka yang berada pada kondisi no.8 diselamatkan karena mereka berada dalam Gereja Katolik. Mereka digabungkan ke dalam Gereja melalui pembaptisan yang mereka terima.

sumber-sumber:
Pax et Bonum

Thursday, July 14, 2011

Apakah Konsili Vatikan II menganulir Dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus?


Apa itu dogma?

"Dogma adalah pengajaran Gereja yang diwahyukan secara implisit atau eksplisit oleh Kitab Suci atau Tradisi Suci, untuk diyakini oleh umat beriman berdasarkan definisi khidmat atau kuasa mengajar biasa Gereja. ... Sebagai tambahan, dogma harus diajukan sebagai [pengajaran] yang mengikat umat beriman. Oleh karena itu,  penerimaan terhadap dogma adalah perlu untuk keselamatan [umat beriman].(Reverend Peter M.J. Stravinskas, Ph.D., S.T.L. Our Sunday Visitor�s Catholic Encyclopedia. Copyright � 1994, Our Sunday Visitor.)


Ensiklopedia Katolik memberi kita informasi bahwa Dogma itu tetap atau tidak berubah. Katekismus Gereja Katolik 88 dan 89 memberikan pernyataan sebagai berikut: 

"Wewenang Mengajar Gereja menggunakan secara penuh otoritas yang diterimanya dari Kristus, apabila ia mendefinisikan dogma-dogma, artinya apabila dalam satu bentuk yang mewajibkan umat Kristen dalam iman dan yang tidak dapat ditarik kembali, ia mengajukan kebenaran-kebenaran yang tercantum di dalam wahyu ilahi atau secara mutlak berhubungan dengan kebenaran-kebenaran demikian. Kehidupan rohani kita dan dogma-dogma itu mempunyai hubungan organis. Dogma-dogma adalah cahaya di jalan kepercayaan kita, mereka menerangi dan mengamankannya. Sebaliknya melalui cara hidup yang tepat, pikiran dan hati kita dibuka, untuk menerima cahaya dogma iman itu."

Extra Ecclesiam Nulla Salus adalah Dogma

Pada tanggal 8 Agustus 1949, Kongregasi Holy Office yang sekarang bernama Kongregasi Doktrin Iman mengeluarkan sebuah dokumen berjudul Suprema Haec Sacra (silahkan klik) untuk menanggapi pernyataan  Pater Leonard Feeney (alm) * mengenai dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus. Extra Ecclesiam Nulla Salus itu berarti Tidak ada keselamatan di luar Gereja. Dalam tulisan ini, Gereja melalui Kongregasi Holy Office menegaskan bahwa Extra Ecclesiam Nulla Salus adalah Dogma dengan memberi pernyataan demikian:
Kita terikat oleh iman yang ilahi dan Katolik untuk mempercayai semua hal yang terkandung dalam sabda Allah, apakah itu di Kitab Suci atau Tradisi, dan [semua hal] yang diajukan oleh Gereja untuk dipercayai sebagai sesuatu yang diwahyukan secara ilahi, bukan hanya melalui keputusan meriah tapi juga melalui kuasa [ie. "office"] mengajar biasa dan universal (Denzinger, n. 1792). Sekarang, diantara perkara-perkara yang selalu dikhotbahkan Gereja dan tidak akan pernah berhenti untuk dikhotbahkan, terkandung juga pernyataan tak bisa salah (dogma) yang mana kita diajarkan bahwa tidak ada keselamatan diluar Gereja. Namun dogma ini harus dimengerti dalam artian yang dimengerti Gereja sendiri. Karena, bukanlah kepada keputusan pribadi, Penebus Kita memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang terkandung dalam deposito iman, tapi kepada otoritas mengajar Gereja.
Monsinyur Joseph Clifford Fenton memberi tanggapan sekaligus penjelasan mengenai dokumen ini:
Porsi doktrinal yang spesifik dari surat Kantor Kudus dimulai dengan sebuah paragraf yang mengulangi apa yang diajarkan oleh Konsili Vatikan [Pertama] mengenai kebenaran yang mana kita terikat untuk mempercayai dengan kepatuhan iman yang Katolik dan ilahi. Surat tersebut mengatakan kepada kita bahwa "Kami terikat oleh iman yang ilahi dan Katolik untuk mempercayai semua hal yang terkandung dalam sabda Allah, apakah itu di Kitab Suci atau Tradisi (quae in verbo Dei scripto vel tradito continentur), dan [semua hal] yang diajukan oleh Gereja untuk dipercayai sebagai sesuatu yang diwahyukan secara ilahi."[2]

Nah, ajaran-ajaran yang kita wajib percayai dengan kepatuhan iman yang Katolik dan ilahi adalah kebenaran-kebenaran yang kita kenal sebagai dogma-dogma Gereja Katolik. Dogma-dogma ini adalah kebenaran-kebenaran yang dikhotbahkan rasul-rasul Yesus Kristus kepada GerejaNya sebagai pernyataan-pernyataan yang telah dikomunikasikan secara adikodrati [supernatural] atau diwahyukan oleh Allah sendiri. [Dogma-dogma tersebut] mendasari obyek terpusatan atau terutama dari aktivitas mengajar takdapatsalah Gereja. 

Adalah penting untuk dicatat bahwa surat Kantor Kudus kita itu mendeskripsikan doktrin "bahwa tidak ada keselamatan diluar Gereja," tidak hanya sebagai suatu ajaran yang takdapatsalah, tapi juga sebagai suatu dogma. Surat itu bersikeras, dengan kata lain, bahwa ajaran ini tidak hanya sesuatu yang [sekedar] berhubungan dengan pesan Allah yang umum dan adikorati [supernatural], tapi [doktrin tersebut] termasuk dalam pesan yang diwahyukan itu sendiri.  Doktrin tersebut dihadirkan sebagai sebuah kebenaran yang diberikan para rasul sendiri kepada Gereja sebagai sebuah pernyataan yang diwahyukan Allah secara adikodrati [supernatural] kepada manusia melalui Tuhan Kita [ie. Yesus Kristus]. [Doktrin tersebut] adalah salah satu dari kebenaran-kebenaran yang mana Gereja berkepentingan secara utama dan esensial. 
....
Nah ada kecenderungan lama diantara beberapa penulis Katolik untuk membayangkan bahwa beberapa dogma Gereja cenderung menjadi kadaluarsa, dan bahwa, atas kepentingan kemajuannya sendiri, Gereja tidak bersikeras dengan ketat atas ajaran-ajaran yang dianggap tidak selaras dengan kondisi-kondisi modern. Paus Leo XIII mengkritik dengan keras salah satu aspek dari kecenderungan ini dalam suratnya Testem benovolentiae.[5] Sudahlah sangat jelas bahwa salah satu dogma Gereja yang oleh musuh-musuhnya [ie. musuh-musuh Gereja] paling tidak sejalan dengan pemikiran modern saat ini adalah ajaran bahwa tidak ada keselamatan diluar Gereja sejati. Secara bersamaan sebuah mentalitas seperti yang dimiliki kelompok Pusat St. Benediktus cenderung berkeyakinan bahwa, paling tidak dijaman kita, Gereja universal sedang tidak mengajarkan dogma mengenai perlunya Gereja bagi keselamatan manusia secara efektif.

Dengan demikian, kita telah mengetahui bahwa Extra Ecclesiam Nulla Salus adalah Dogma. Dogma itu adalah pernyataan iman yang tidak dapat salah sehingga tentu tidak dapat dianulir/diganti/diubah oleh Konsili Ekumenis atau Infallibilitas Paus sekalipun.
"Oleh karena itu, saya sepenuhnya menolak penggambaran keliru yang sesat bahwa dogma berkembang dan berubah dari suatu pengertian ke [pengertian] lain yang berbeda dari sesuatu yang Gereja pegang sebelumnya." Paus Santo Pius X, The Oath Against Modernism, 1 September 1910.
"Oleh karena itu, juga, bahwa pemahaman mengenai dogma-dogma kudus yang Bunda Gereja Kudus pernah nyatakan harus terus-menerus dipertahankan ... " Paus Beato Pius IX, Konsili Vatikan I Sesi 3 Chapter 2 mengenai Pewahyuan, 1870.

Konsili Vatikan II tidak menganulir/mengubah/mengganti dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus

Kecenderungan yang Gereja temui saat ini adalah banyak anggota Gereja  baik Uskup, Imam dan awam (religius atau non-religius) menyatakan bahwa dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus telah dihapus oleh Konsili Vatikan II. Terutama di Indonesia, Kecenderungan ini diperparah dengan adanya materi pelajaran agama Katolik yang menyatakan bahwa dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus telah diganti. Mereka menganggap bahwa Extra Ecclesiam Nulla Salus adalah  ajaran Gereja pra-Vatikan II, sedangkan dalam Gereja paska-Vatikan II dogma ini telah digantikan dengan ajaran "di luar Gereja ada keselamatan". Pertama-tama perlu kita pahami bahwa pembagian menjadi Gereja pra-Vatikan II dan Gereja paska-Vatikan II adalah sebuah dikotomi palsu yang sungguh parah sekali. Pembagian ini akan memberi efek bahwa Gereja itu mengubah ajarannya seturut perkembangan zaman, padahal tidak sama sekali. Gereja memang dinamis tetapi Gereja tidak pernah mengkompromikan ajaran iman dan moralnya sendiri. Kardinal Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) menolak dengan tegas pandangan bahwa Konsili Vatikan II mengganti dogma-dogma Gereja lainnya. Beliau menyampaikan pernyataan berikut di hadapan Para Uskup Chile: (dokumen asli) dan (sebagian terjemahan):

" ... Memang ada mentalitas pandangan sempit yang mengisolasi Vatican II dan yang telah mem-provokasi pertentangan ini. Ada banyak hal darinya yang memberikan kesan bahwa, sejak Vatikan II dan sesudahnya, semuanya telah berubah, dan apa yang mendahuluinya (Vatikan II) tidak mempunyai nilai atau, paling tidak, hanya mempunyai nilai dalam terang Vatikan II.

"Konsili Vatikan II tidak diperlakukan sebagai bagian dari seluruh Tradisi yang hidup dari Gereja., tapi sebagai akhir dari tradisi, sebuah awal dari nol. Padahal sebenarnya adalah konsili ini tidak mendefinisikan dogma apapun, dan secara sengaja memilih untuk tetap berada pada level yang sederhana, hanya sebagai konsili pastoral; namun banyak yang memperlakukannya (Vatikan II) seakan-akan [Vatikan II] sendiri membuat dirinya (Vatikan II) menjadi suatu superdogma yang menghilangkan pentingnya semua [Tradisi hidup Gereja] yang lain.

"Gagasan ini diperkuat oleh hal-hal yang terjadi sekarang ini. Apa yang sebelumnya dipandang paling kudus � [misalnya] bentuk dari liturgi yang telah diturunkan � tiba-tiba tampak sebagai sesuatu yang paling terlarang dari segalanya, satu-satunya yang bisa dengan aman dilarang.Sangatlah tidak ditoleransi untuk mengkritik keputusan-keputusan yang telah diambil sejak Konsili [Vatikan II]; di sisi lain, jika orang-orang membuat pertanyaan mengenai aturan-aturan kuno, atau bahkan kebenaran-kebenaran agung Imani � contohnya, keperawanan korporal Maria, kebangkitan tubuh Yesus, keabadian jiwa, dll. � tidak ada yang mengeluh atau hanya [menyampaikan keluhan] dengan sangat moderat. Aku sendiri, ketika aku adalah seorang profesor, telah melihat bagaimana uskup yang sama yang, sebelum konsili, telah memecat seorang guru yang benar-benar tidak dapat diperingatkan lagi, karena perkataan-perkataan kasar tertentu, ternyata [sang uskup tersebut] tidak siap, setelah Konsili Vatikan II, untuk melepas seorang profesor yang secara terbuka menyangkal kebenaran Iman fundamental tertentu.

"Semua ini mengarah kepada sejumlah besar orang untuk bertanya pada diri sendiri apakah Gereja sekarang ini benar-benar sama dengan Gereja yang kemarin, atau kalau-kalau mereka [ie. pihak tertentu] telah mengubahnya (Gereja) menjadi sesuatu yang lain tanpa memberitahukan orang-orang. Satu-satunya cara yang mana untuk membuat Vatikan II masuk akal adalah untuk menyajikannya (Vatikan II) sebagai apa adanya; [yaitu sebagai] satu bagian dari ketidakterputusan, keunikan Tradisi dari Gereja dan dari imannya (Gereja).

"Dalam gerakan-geraka spiritual dari era post-konsilar [ie. setelah Konsili Vatikan II], tidak ada keraguan sedikitpun bahwa telah ada ketidaktahuan, atau bahkan pengekangan, dari issu kebenaran: mungkin disini kita berhadapan dengan masalah krusial bagi teologi dan bagi karya pastoral saat ini.

"'Kebenaran' dipandang sebagai suatu klaim yang terlalu mengagung-agungkan, sebuah 'triumphalisme' yang tidak dapat diijinkan lagi. Anda lihat sikap ini secara gamblang dalam krisis yang menyulitkan idealisme misionaris dan praktek misionaris. Jika kita tidak menunjuk kepada kebenaran dalam mengumumkan iman kita, dan bila kebenaran ini tidak lagi esensial bagi keselamatan Manusia, maka misi-misi kehilangan maknanya. Bahkan sebuah kesimpulan telah ditarik, dan telah ditarik hari ini, bahwa di masa depan kita hanya perlu untuk [berusaha] agar umat-umat Kristen menjadi umat-umat Kristen yang baik, umat-umat Moslem menjadi umat-umat Moslem yang baik, umat-umat Hindu menjadi umat-umat Hindu yang baik, dan seterusnya. Kalau sudah seperti itu, bagaimana kita bisa tahu kalau seseorang adalah umat Kristen yang 'baik', atau seorang umat Moslem yang 'baik'?

"Gagasan bahwa semua agama � jika engkau berbicara secara serius � hanya simbol-simbol dari apa yang pada akhirnya tidak bisa dimengerti [adalah gagasan yang] secara cepat mendapat tempat dalam teologi, dan telah menembus kedalam praktek liturgi. Ketika sudah sampai ketitik tersebut, iman menjadi tertinggal
, karena iman [pada titik tersebut] sebenarnya terdiri dari fakta bahwa aku mengikat diriku kepada kebenaran sejauh kebenaran itu diketahui. Jadi dalam masalah ini juga ada banyak motivasi untuk kembali ke jalan yang benar.

Dari sebagian pernyataan Cardinal Ratzinger di atas, kita ketahui bahwa Konsili Vatikan II bukan superdogma yang menganulir/mengubah/mengganti dogma-dogma yang ada termasuk dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus.


PERTANYAAN PERTAMA
Apakah Konsili Vatikan II mengubah doktrin Katolik mengenai Gereja?

TANGGAPAN

Konsili Vatikan II tidak mengubah atau bahkan bermaksud untuk mengubah doktrin ini, melainkan mengembangkan, memperdalam dan menjelaskan secara lebih mendalam mengenainya.
Hal ini secara persis dikatakan oleh Yohanes XXIII pada saat pembukaan Konsili. (1) Paulus VI menetapkannya (2) dan memberikan komentar dalam penetapan promulgasi Konstitusi Lumen Gentium: �Tidak ada komentar yang lebih baik daripada menyatakan bahwa promulgasi ini sama sekali tidak merubah doktrin tradisi. Apa yang Kristus kehendaki, kami juga kehendaki. Apa yang ada, tetaplah seperti itu. Apa yang Gereja ajarkan selama berabad-abad, itu pula yang kami ajarkan. Dalam istilah yang lebih sederhana yaitu apa yang dahulu diasumsikan, kini menjadi eksplisit; bahwa yang dahulu tidak jelas, kini telah menjadi jelas; apa yang dahulu direnungkan, didiskusikan dan terkadang diperdebatkan, kini telah diletakkan bersama dalam satu rumusan yang jelas�.(3) Para Uskup telah berulangkali menyatakan dan memenuhi tujuan ini. (4)

Dari dua teks ini (Pernyataan Cardinal Ratzinger dan Dokumen dari Kongregasi Doktrin Iman), dapat kita simpulkan bahwa Konsili Vatikan II tidak menganulir/mengganti/mengubah dogma-dogma apapun mengenai Gereja termasuk dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus.

Sekarang bagaimana tanggapan umat Katolik terhadap dogma ini? 

Setelah mengetahui bahwa Extra Ecclesiam Nulla Salus adalah ajaran iman yang wajib diiimani, maka sudah sepantasnya dan sewajibnya dogma ini umat Katolik yakini dan pertahankan. Janganlah terlampau berpikir negatif terlebih dahulu mengenai dogma ini tetapi kenalilah dulu dogma ini. Sebagai seorang Katolik saya mengimani seluruh ajaran iman dan moral Gereja Katolik. Kata St. Agustinus dari Hippo "Saya percaya supaya saya mengerti dan saya mengerti supaya percaya lebih baik." Dengan demikian janganlah kita umat Katolik langsung segera menolak dogma ini. Jangan pula bermental "atau" sehingga kita menjebak diri kita sendiri dalam dikotomi palsu. Bentuk mentalitas "atau" itu tercermin dari pertanyaan "Apakah Kristus ATAU Gereja yang menyelamatkan?" . Padahal Gereja dan Para Bapa Gereja mengimani bahwa Kristus DAN Gereja adalah satu dan tak terpisahkan. Dokumen Suprema Haec Sacra di atas menyatakan bahwa "... dogma ini harus dimengerti dalam artian yang dimengerti Gereja sendiri."

Untuk mengerti dogma ini dalam artian yang dimengerti oleh Gereja sendiri, saya berikan link penjelasan Beato Yohanes Paulus II mengenai dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus ini. Dan untuk menambah penjelasan, saya juga berikan juga link penjelasan mengenai dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus ini dari seorang awam yang mana tulisan ini sendiri sudah diperiksa oleh seorang Imam Katolik. Kemudian, silahkan baca juga tanya jawab mengenai EENS ini dalam situs katolisitas dot org. Akhir kata, semoga tidak ada lagi anggota Gereja baik kaum tertahbis maupun non-tertahbis yang menyatakan bahwa "Di luar Gereja ada keselamatan". Melainkan, semoga semakin banyak anggota Gereja menyatakan bahwa "Di luar Gereja tidak ada keselamatan dan dogma ini harus dimengerti dalam artian yang dimengerti oleh Gereja". Pernyataan terakhir ini sekaligus menolak dua posisi ekstrim yang keliru. Ekstrim pertama yaitu yang menyatakan bahwa dogma ini telah dihapus. Ekstrim kedua yaitu yang memegang teguh dogma ini tetapi memahaminya tidak dalam artian Gereja memahaminya seperti yang dilakukan oleh Pater Leonard Feeney.

* Pater Leonard Feeney sungguh benar ketika menyatakan bahwa Extra Ecclesiam Nulla Salus adalah dogma resmi Gereja. Sayangnya beliau memahaminya terlalu ekstrim dan keliru serta gagal memahaminya seturut Gereja memahaminya. Beliau mengajarkan bahwa semua orang yang tidak secara resmi dan eksplisit masuk ke dalam Gereja Katolik akan masuk neraka. Dia juga berkata bahwa bayi-bayi yang tidak dibabtis akan langsung masuk neraka. Juga, orang dewasa yang tidak memasuki Gereja Katolik sekalipun orang-orang tersebut tidak pernah mendengar pewartaan akan Kristus dan Gereja, akan masuk neraka (hal ini bertentangan dengan KGK 847). Fr. Feeney menyatakan bahwa hanya baptisan air yang memberi rahmat keselamatan. Beliau menolak ajaran Gereja bahwa baptisan rindu dan baptisan darah memberi rahmat yang menyelamatkan dan membawa orang masuk ke dalam Gereja Katolik (secara implisit). Silahkan baca penjelasan mengenai Pater Leonard Feeney yang ditulis oleh Pater William Most di situs ewtn.com. Silahkan baca artikel ini dan artikel ini.

Perlu dipertegas bahwa Gereja yang dimaksud di sini adalah Gereja Katolik, bukan yang lain.
Pax et Bonum, Extra Ecclesiam Nulla Salus