Latest News

Showing posts with label Komuni di Lidah. Show all posts
Showing posts with label Komuni di Lidah. Show all posts

Wednesday, February 8, 2012

Gambar Minggu Ini � Kristus Memberikan Komuni Kudus di Lidah Para Rasul yang sedang Berlutut


Jesus Gives Communion to the Apostle by Joost van Wassenhove (Justus of Ghent)


Gambar ini (klik gambar untuk memperbesar) merupakan lukisan yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus sedang memberikan Komuni Kudus di lidah Para Rasul yang sedang berlutut pada Malam Perjamuan Terakhir. Lukisan ini dapat anda sekalian temukan dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik berbahasa Indonesia halaman 79. Lukisan ini dilukis oleh seniman Katolik bernama Joost van Wassenhove sekitar tahun 1473 hingga 1475. Lukisan ini sendiri sekarang berada di National Gallery of the Marches, di Kota Urbino (Italia).

Lukisan ini mendorong saya untuk mencari tahu apakah memang benar bahwa Yesus Kristus pada Malam Perjamuan Terakhir memberikan Komuni Kudus di lidah Para Rasul yang berlutut. Akhirnya saya menemukan artikel yang menarik berjudul �Rethinking Communion in the hand� yang ditulis oleh Jude Andrew Huntz, Kepala Staf Keuskupan Kansas City � St. Joseph. Jude Huntz juga adalah seorang Kepala Penasihat bagi Uskupnya. Anda bisa mengakses langsung akun facebooknya di link ini. Dalam artikel tersebut, Jude Huntz memaparkan bahwa bayangan/prefigur akan Komuni di Lidah sudah ada sejak Perjanjian Lama. Dia mengutip Kitab Yehezkiel:
Yeh 2:8 Dan engkau, anak manusia, dengarlah apa yang Kufirmankan kepadamu; janganlah memberontak seperti kaum pemberontak ini. Ngangakanlah mulutmu dan makanlah apa yang Kuberikan kepadamu."
Yeh 2:9 Aku melihat, sesungguhnya ada tangan yang terulur kepadaku, dan sungguh, dipegang-Nya sebuah gulungan kitab,
Yeh 2:10 lalu dibentangkan-Nya di hadapanku. Gulungan kitab itu ditulisi timbal balik dan di sana tertulis nyanyian-nyanyian ratapan, keluh kesah dan rintihan.
Yeh 3:1. Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, makanlah apa yang engkau lihat di sini; makanlah gulungan kitab ini dan pergilah, berbicaralah kepada kaum Israel."
Yeh 3:2 Maka kubukalah mulutku dan diberikan-Nya gulungan kitab itu kumakan.
Yeh 3:3 Lalu firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, makanlah gulungan kitab yang Kuberikan ini kepadamu dan isilah perutmu dengan itu." Lalu aku memakannya dan rasanya manis seperti madu dalam mulutku.
Yesus Kristus adalah Firman Allah yang telah menjadi manusia (Yoh 1:14). Ketika menerima Komuni Kudus, berarti kita menerima Dia, Sang Firman Allah. Bila melihat perikop di atas, Yehezkiel diperintahkan Allah untuk menerima gulungan kitab yang berisi firman Allah dengan menggunakan mulut dan kemudian memakannya. Tidak disebutkan di sini bahwa Yehezkiel menerima dengan menggunakan tangan. Gambaran Perjanjian Lama ini digenapi dalam Perjanjian Baru di mana Para Rasul menerima Komuni Kudus langsung dengan menggunakan lidah (lidah adalah bagian dari mulut) sambil berlutut dari tangan Yesus Kristus.

Tentu Gereja tidak asal memasukkan lukisan van Wassenhove di atas ke dalam Kompendium KGK tanpa maksud tertentu. Saya yakin bahwa ini adalah penegasan bahwa Yesus Kristus sendiri pun sungguh memberikan Komuni di lidah kepada Para Rasul yang sedang berlutut. Saya juga yakin bahwa Gereja Katolik menyadari hal ini sehingga selalu menegaskan bahwa Komuni di lidah sambil berlutut adalah norma resmi Gereja Katolik dalam penerimaan Komuni Kudus.

Di samping lukisan oleh Joost van Wassenhove di atas, ada juga setidaknya tiga buah lukisan lagi yang menggambarkan bahwa Yesus Kristus memberikan Komuni di lidah Para Rasul yang sedang berlutut dengan gaya yang khas.

Pertama, lukisan karya Luca Signorelli (salah seorang pelukis utama dari Paus Sikstus IV) pada sekitar tahun 1512 yang melukiskan hal yang sama dengan yang dilukiskan oleh Joost van Wassenhove. Lukisan ini berada di Museum Diosesan Cortona (Italia). Klik gambar untuk memperbesar.
Komuni Para Rasul oleh Luca Signorelli
Kedua, lukisan karya Beato Fra Angelico, seorang biarawan ordo Dominikan yang dibeatifikasi oleh Beato Yohanes Paulus II tanggal 3 Oktober 1982. Beliau diangkat sebagai Orang Kudus Pelindung Para Seniman. Dalam lukisannya yang berjudul �Komuni Para Rasul" tahun 1452, Beato Fra Angelico melukiskan peristiwa penerimaan Komuni Kudus di mana Yesus Kristus berjalan memberikan Komuni Kudus di lidah Para Rasul yang sedang berlutut. Lukisan Beato Fra Angelico ini sekarang berada di Museum San Marco di Florence, Italia. Klik gambar untuk memperbesar.

Komuni Para Rasul oleh Beato Fra Angelico, OP (backtoclassics.com)
Ketiga, lukisan "Komuni Para Rasul" tahun 1651 karya Jusepe de Ribera, pelukis Spanyol. De Ribera adalah seorang pelukis dari begitu banyak lukisan mengenai Gereja Katolik, Santa Perawan Maria, Para Kudus, Kisah-kisah Kitab Suci dan sebagainya. Klik gambar untuk memperbesar.

Komuni Para Rasul oleh Jusepe de Ribera (art-wallpaper.com)
Di samping itu, Romo Larry dalam blognya �Roman Catholic Homilies� juga mempublikasikan sebuah gambar kaca patri (stained glass) yang menggambarkan hal yang sama dengan yang dilukiskan oleh Joost van Wassenhove, Luca Signorelli, Beato Fra Angelico dan Jusepe de Ribera. Klik gambar untuk memperbesar.

Yesus memberikan Komuni Kudus di Lidah - by Roman Catholic Homilies
Sebagai penutup, Komuni di lidah sambil berlutut telah menjadi norma resmi Gereja Universal sejak lama. Praktik penerimaan Komuni seperti inilah yang selalu dipertahankan Gereja. Komuni di lidah menunjukkan penghayatan akan Ekaristi yang sangat dalam. Bila kita sanggup berlutut lebih lama selama Adorasi Sakramen Mahakudus, bukankah kita juga sanggup berlutut sejenak untuk menerima Komuni Kudus di lidah kita? Bila kita sanggup demikian, marilah kita melakukannya.  Untuk membantu anda menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut, saya menuliskan tips-tipsnya di artikel berjudul �Tips Menerima Komuni di Lidah dengan Berlutut�. Semoga artikel ini bermanfaat. Pax et Bonum

Saturday, January 7, 2012

Tips Menerima Komuni Kudus di Lidah dengan Berlutut


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimk1aV7qffDx3YJ2e-EDO0Ye5f3ANaaGeY_VFHwdEy-qIrxN94AAz9IPHP2ZarUWYm4XIzOkGdcURU-avoGo9hOM6TQzUw45ShlzpPEQtajasDyB4FAtninaVH3_ppAN60FYN2hqGlm2A/s1600/Eucharist+Joseph+Cardinal+Ratzinger+Pope+John+Paul+II+Communion.jpg

1. Pertama-tama periksa dulu diri anda apakah anda masih terhalang dosa berat ataukah layak untuk menerima Komuni Kudus. Selain itu, berhati-hatilah dengan sikap kesombongan rohani yang mungkin muncul karena anda menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut.

2. Ambillah antrian paling belakang dalam menerima Komuni Kudus. Hal ini supaya anda bisa lebih bebas untuk bersiap-siap dan berlutut saat menerima Komuni di lidah. Jangan lupa tangan tetap terkatup di dada.

3. Seandainya anda terlanjur berada di tengah antrian, supaya mendapatkan ruang untuk berlutut anda sebaiknya memberi jarak agak jauh dari orang di depan anda. Kemudian anda berlutut ke arah depan sambil perhatikan jarak dengan orang di belakang anda supaya tidak tersandung dan sebagainya.

4. Ketika sampai pada giliran anda, berlututlah dengan kedua kaki anda . Kemudian kepala anda sedikit ditengadahkan ke atas. Ketika Imam berkata, �Tubuh Kristus�, anda lebih dulu menjawab �Amin�. Lalu, anda membuka lebar mulut anda sambil menjulurkan lidah secukupnya supaya Imam dapat menempatkan Hosti lebih tepat dan menghindari Hosti jatuh.

5. Bila anda tidak bisa berlutut saat menerima Komuni di lidah, maka anda dapat membungkuk dalam terlebih dahulu atau berlutut satu kali lalu berdiri lagi dan kemudian menerima Komuni di lidah.

6. Kadangkala Imam mungkin tidak mengetahui anda akan menerima Komuni di lidah. Oleh karena itu anda bisa memberi sinyal atau penanda dengan membuka mulut terlebih dahulu segera sesudah berlutut di hadapan Imam atau memberi sinyal dengan menunjuk ke arah mulut kita.

7. Imam memberi anda Hosti di lidah, perlahan-lahan anda tutup mulut anda. Jangan mengunyah Hosti tetapi biarkan Hosti menjadi lembut atau larut di dalam mulut anda lalu anda telan. Hal ini supaya tidak ada remah-remah Hosti tertinggal di sela-sela gigi. Tidak disarankan menggunakan gigi untuk menjepit Hosti. Jangan langsung berdiri bila posisi Hosti masih belum tepat atau masih memungkinkan untuk jatuh.

8. Kembalilah dengan tenang ke tempat duduk anda dan berdoalah. Bersyukurlah atas kehadiran Kristus dalam diri anda.

9. Bila anda merasa takut atau kurang percaya diri bila sendirian menerima Komuni di lidah, ajaklah beberapa teman anda untuk bersama-sama menerima Komuni di lidah.

pax et bonum

Friday, January 6, 2012

Kardinal Canizares, Uskup Schneider, Monsinyur Marini, Kardinal Ranjith tentang Komuni Kudus di Lidah


Padre Pio Menerima Komuni Kudus di lidah sekalipun ia seorang imam yang dapat menyentuh Komuni Kudus
Kardinal Canizares: �Terimalah Komuni di Lidah Sambil Berlutut"
Uskup Agung (sekarang Kardinal Ranjith): �Praktik menerima Komuni di tangan tidak dimandatkan oleh [Konsili] Vatikan II.�
Monsinyur Guido Marini: �Paus [Benediktus XVI] lebih memilih Komuni di lidah.�
Uskup Athanasius Schneider: �Ini bukanlah persoalan mengenai ritualisme, tetapi persoalan mengenai iman dan cinta akan Tuhan kita, Yesus Kristus.�

http://www.ncregister.com/images/nowBlog/cardinal_canizares2.jpg
Kardinal Canizares
 Kardinal Canizares Mengenai Komuni di Lidah sambil Berlutut

Menanggapi isu yang berkembang belakangan ini tentang tata cara menyambut Komuni, Para Kardinal dan Uskup pun angkat bicara. Belum lama berselang, Kardinal Antonio Canizares Llovera dari Spanyol, menyatakan bahwa seharusnya umat Katolik menerima Komuni di lidah sambil berlutut. Kardinal Canizares yang menjabat sebagai Kepala Kongregasi Penyembahan Ilahi dan Disiplin Sakramen menyampaikan hal itu dalam merespon pertanyaan tentang apakah seorang Katolik harus menerima Komuni di tangan atau di lidah saat berkunjung ke Lima, Peru baru-baru ini.

�Hal ini agar kita benar-benar tahu bahwa kita berada di depan Allah sendiri dan bahwa Ia datang kepada kita dan bahwa kita tidak pantas.� Demikian pernyataan Kardinal dari Spanyol itu seperti yang dilansir CNA saat mewawancarainya.

Lebih lanjut Kardinal Canizares mengatakan, menerima Komuni di lidah sambil berlutut merupakan tanda adorasi yang perlu untuk dipulihkan kembali. �Saya pikir seluruh Gereja perlu untuk menerima Komuni di lidah sambil berlutut.� Ujarnya sesuai kutipan CNA.  �Jika seseorang harus menyambut Komuni sambil berdiri, maka sebelumnya ia harus berlutut dengan satu kaki, atau membungkuk yang dalam. Dan hal ini tidak terjadi lagi sekarang ini.� lanjutnya.

Menurut Kepala Kongregasi untuk Penyembahan Ilahi dan Disiplin Sakramen itu, jika kita meremehkan Komuni, kita meremehkan semuanya, dan kita tidak bisa kehilangan momen yang sangat penting sekali di saat menerima Komuni dalam mengakui kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi. Kehadiran nyata Kristus itu adalah kasih dari Allah, kasih di atas segala kasih.

Sementara itu, dalam merespon sebuah pertanyaan tentang pelecehan liturgi yang sering terjadi, Kardinal Canizares memberikan jawaban bahwa pelecehan liturgi harus diperbaiki. Caranya melalui pembentukan yang tepat untuk para seminari, para imam, para katekis, bahkan untuk semua umat Katolik yang setia.

Pembentukan seperti itu, lanjut Kardinal Canizares harus memastikan bahwa perayaan liturgi mengambil tempat dalam keselarasan dengan tuntutan dan kehormatan dari perayaan, dalam keselarasan dengan norma dari Gereja, yang mana hanya ada satu jalan agar kita bisa dengan sungguh-sungguh merayakan Ekaristi.

�Uskup memiliki tanggungjawab yang unik dalam tugas pembentukan liturgi dan perbaikan dari pelecehan liturgi. Kita harus tidak boleh gagal untuk memenuhinya karena semua yang kita lakukan untuk memastikan bahwa Ekaristi dirayakan dengan sepantasnya akan memastikan partisipasi yang pantas di dalam Ekaristi.� pungkasnya.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqxhgXIteIZxfkR0rZaQAiE5E_HfpG-AaATsqoPQwsCpD6JlAimzvy-1z2oBfrsEN3s_9pf4UXrQ4_zB-g7iXJNPpbI8kfjiaxHgJbkya-0sIB2C1CX1jogkdmmXqSsMyyMKQACeS-K1A/s1600/Schneider.jpg
Uskup Schneider
Uskup Athanasius Schneider dari Karaganda mengenai Komuni di Lidah Sambil Berlutut

Senada dengan Kardinal Canizares yang menyatakan bahwa umat Katolik seharusnya menyambut Komuni di lidah sambil berlutut, Uskup Athanasius Schneider, Uskup Auksilier dari Keuskupan Karaganda (Kazakhstan), memberikan pandangan yang sama.

Dalam suatu wawancara dengan CNS (Catholic News Service), Uskup Schneider menyatakan; Rasa hormat dan kagum dari umat Katolik yang benar-benar percaya bahwa mereka sedang menerima Yesus dalam Ekaristi harus memimpin mereka untuk berlutut dan menerima Komuni di lidah mereka.�

Dikatakan bahwa selama ini informasi yang tidak tepat tentang tata cara menyambut dan atau menerimakan Komuni telah tersebar dengan bebasnya. Informasi tersebut bahkan disampaikan oleh Para Uskup dan Para Imam, entah dengan sengaja ataupun tidak.

Uskup Athanasius Schneider juga menyatakan bahwa praktik Komuni di lidah sambil berlutut merupakan tradisi universal dan telah ada pada sejak Gereja Perdana. Lebih lanjut dikatakan Beliau bahwa hanya pelayan tertahbis saja yang berhak menyentuh Roti dan Anggur yang sudah dikonsekrasi dengan tangan mereka. 

http://www.archdioceseofcolombo.com/images/Archdiocese/Archbishop%20Malcolm/Cardinal%20Malcolm/Cardinal%20Malcolm%20Single/CardinalMalcolm_011.jpg
Kardinal Ranjith
Uskup Agung (sekarang Kardinal) Malcolm Ranjith dari Srilanka tentang Komuni di Tangan

Uskup Athanasius Schneider menulis sebuah buku dalam bahasa Italia untuk memberikan pembelaan dan penjelasan mengenai praktik menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut. Buku tersebut adalah Dominus Est yang hingga sekarang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata pengantar buku Dominus Est ini diberikan oleh Uskup Agung Ranjith. Dalam Kata Pengantar tersebut, Uskup Agung Ranjith menyarankan untuk mempertimbangkan kembali Komuni Kudus di tangan. Praktik Komuni di tangan menurut Sang Uskup telah menyebabkan kekurangpedulian terhadap Ekaristi serta beberapa pelecehan yang mencolok.

Beliau juga menulis dalam Kata Pengantar buku Dominus Est bahwa praktik Komuni Kudus di tangan tidak dimandatkan oleh Konsili Vatikan II juga bukan diperkenalkan untuk menanggapi permintaan para awam. Ia berpendapat, praktik kesalehan � menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut- diubah secara tidak layak dan terburu-buru menjadi praktik menerima Komuni Kudus di tangan dan praktik menerima Komuni Kudus di tangan ini tersebar luas bahkan sebelum disetujui secara resmi oleh Vatikan. Oleh karena itu, Uskup Agung Ranjith, tanpa menghukum praktik Komuni Kudus di tangan, menyarankan untuk mempertimbangkan kembali praktik ini. Sang Uskup pun memuji usaha Uskup Schneider untuk membela dan menjelaskan mengenai Komuni Kudus di lidah sambil berlutut.


http://www.catholicnews.com/papalvisit/images/marini_web.jpg
Monsinyur Marini
Monsinyur Guido Marini (Ahli Liturgi Kepausan): �Paus [Benediktus XVI] lebih memilih Komuni di lidah.�

Pada 25 Juni 2008, Monsinyur Guido Marini, Ahli Liturgi Kepausan, mengatakan bahwa Paus Benediktus lebih memilih Komuni di lidah. Beliau menyatakan bahwa tindakan Paus menetapkan praktik Komuni Kudus di lidah sambil berlutut pada Liturgi Kepausan bertujuan untuk menunjukkan bahwa praktik ini adalah norma yang valid dan resmi dari Gereja Katolik.

Monsinyur Marini juga menyatakan, �... penting untuk diingat fakta bahwa penerimaan Komuni Kudus di tangan, tetap hingga sekarang dari sudut pandang yuridis, merupakan indult (pengecualian) dari hukum universal [Gereja], yang disetujui oleh Tahta Suci kepada Konferensi Para Uskup yang memintanya.

Monsinyur Marini juga menegaskan bahwa praktik Komuni Kudus di lidah sambil berlutut ini lebih baik untuk menegaskan kebenaran akan ajaran kehadiran nyata Yesus Kristus dalam Ekaristi, menolong devosi umat beriman, dan menunjukkan sense misteri iman dengan lebih mudah.


 �Yang Penting Hatinya� ???

Banyak umat Katolik yang skeptis terhadap atau tidak menghendaki Komuni di lidah sambil berlutut kerap memberikan pendapat, �terserah mau di lidah atau di tangan, yang penting hatinya.� dan beberapa pendapat setipe lainnya yang intinya adalah �yang penting hatinya.�

Tetapi pendapat-pendapat seperti ini pada dasarnya mereduksi hakikat manusia hanya sekadar �hatinya�. Uskup Athanasius Schneider mengatakan:
�Kita terdiri dari tubuh dan jiwa. Kita harus menyembah dan memuja Kristus pada momen ini (Komuni Kudus) juga dengan tubuh kita. Ada pengaruh timbal balik antara tanda eksterior (tindakan tubuh) dan disposisi interior (kondisi jiwa). Oleh karena itu, di sini bukanlah persoalan mengenai �hak� tetapi mengenai bahwa kita sedang berhadapan dengan Tuhan sendiri. Dan oleh karena itu kita tidak bisa diam, terutama saya sebagai seorang Uskup, dan berkata, �Ok, it�s all OK.� It�s not all OK. Ketika kita mencintai Tuhan kita, kita harus meneguhkan momen ini supaya momen ini menjadi lebih sakral dalam rangka untuk mendidik tanda eksterior adorasi, yang juga merupakan sebuah pendidikan iman.�
Uskup Athanasius menambahkan, �Ini bukanlah persoalan mengenai ritualisme, tetapi persoalan mengenai iman dan cinta akan Tuhan kita, Yesus Kristus.�

Kesimpulan

Praktik menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut merupakan norma valid dan resmi Gereja Katolik sedangkan praktik menerima Komuni Kudus di tangan merupakan pengecualian terhadap hukum universal Gereja Katolik yang diperbolehkan hanya apabila mendapatkan izin dari Tahta Suci. Praktik menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut hendaknya dipopulerkan lagi sehingga menjadi norma yang umum di Indonesia. Artikel ini tidak menghakimi praktek Komuni di tangan seperti yang dinyatakan Kardinal Ranjith tetapi sebagai wawasan bagi kita bahwa Gereja Katolik punya praktik penerimaan Komuni yang valid dan resmi.


Sumber:
1. Tabloid Sabda Edisi 123 / Thn. XIV/2011

Tentang Para Tertahbis di atas:
1. Kardinal Antonio Canizares Llovera (66) dari Spanyol adalah Kepala Kongregasi Penyembahan Ilahi dan Disiplin Sakramen, sebuah kongregasi dalam Kuria Roma yang mengurusi berbagai hal mengenai Liturgi dan Sakramen. Sebelumnya Beliau menjadi Uskup Avila, Uskup Agung Granada dan terakhir Uskup Agung Toledo. Ketiganya di Spanyol.
2. Uskup Athanasius Schneider, ORC (50) dari Kirgistan adalah Uskup Auksilier Keuskupan Karaganda, salah satu keuskupan di negara Kazakhstan. Beliau menulis sebuah buku mengenai Komuni Kudus di lidah yang berjudul Dominus Est dalam bahasa Italia. Sebelum menjadi Uskup Auksilier Karaganda, Beliau menjadi Uskup Auksilier di Keuskupan Agung Mary Most Holy in Astana (Kazakhstan).
3. Kardinal Albert Malcolm Ranjith (64) dari Srilanka saat ini adalah Uskup Agung Colombo (Srilanka). Beliau pernah menjadi Sekretaris Kongregasi Penyembahan Ilahi dan Disiplin Sakramen dari 10 Desember 2005 hingga 16 Juni 2009. Beliau juga pernah bertugas sebagai Nuncio / Duta Besar Vatikan untuk Indonesia dan Timor Leste sejak 29 April 2004 hingga 10 Desember 2005.
4. Monsinyur Guido Marini (46) adalah Kepala Office for the Liturgical Celebrations of the Supreme Pontiff, sebuah institusi dalam Kuria Roma.

Pax et Bonum

Monday, September 5, 2011

Arsip link mengenai Komuni di Lidah dan di Tangan

Penjelasan status page Gereja Katolik mengenai Komuni di lidah


Kardinal Canizares, Uskup Schneider, Monsinyur Marini, Kardinal Ranjith mengenai Komuni di lidah

Tips menerima Komuni di lidah dengan berlutut

Gambar Minggu Ini: Kristus Memberikan Komuni Kudus di Lidah Para Rasul

Paus Benediktus XVI lebih memilih Komuni di lidah

Argumen historis mengenai Komuni di lidah oleh Uskup Athanasius Schneider dari Kazakstan

Uskup Athanasius Schneider mengenai Komuni di lidah

Uskup Athanasius Schneider menyatakan bahwa menyambut Komuni di lidah lebih menghormati

Uskup Agung (sekarang Kardinal) Malcolm Ranjith menyarankan untuk mempertimbangkan kembali Komuni di tangan

Kardinal Cipriani Thorne (Uskup Agung Lima, Peru) melarang Komuni di tangan di Keuskupannya

Kardinal Cipriani Thorne: Komuni di lidah, berlutut dan dengan patena

Mgr. Guido Marini: Menerima Ekaristi dengan berlutut menjadi norma umum pada liturgi Kepausan