Latest News

Showing posts with label Kesaksian. Show all posts
Showing posts with label Kesaksian. Show all posts

Saturday, March 24, 2012

Sharing Mengenai Kebiasaan Berdoa di dalam Keluarga

Berdoa Bersama (sumber: worcesterdiocese.org)
11 Februari 2012 lalu, di page Gereja Katolik, saya membuat sebuah status yang mengajak para fans page tersebut untuk berbagi kisah atau sharing mengenai kebiasaan doa di dalam keluarga mereka masing-masing. Ada beragam sharing dan kesaksian yang menarik dalam kotak komentar status tersebut.  Sharing-sharing ini sendiri, berdasarkan opini saya, adalah tips-tips yang sudah terbukti dan dapat diterapkan di keluarga-keluarga Katolik yang hendak memulai kebiasaan berdoa bersama di dalam keluarga. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mendokumentasikan dan membagikannya di dalam blog pribadi ini. Berikut ini isi statusnya dan komentar-komentar yang saya dokumentasikan.

ISI STATUS:

It's time for sharing...
Saudara-saudari seiman semua, mari kita berbagi kisah tentang kehidupan doa di dalam keluarga anda masing-masing. Entah itu kebiasaan doa Rosario sekeluarga, doa malam bersama dan lain-lain. Kisah dan cerita anda sedikit banyak tentu akan mendorong dan membantu keluarga-keluarga Katolik lainnya untuk memulai kehidupan doa keluarga yang baik.

Mungkin juga anda sekalian bisa berbagi kesulitan yang dihadapi selama menjalankan kebiasaan yang saleh ini dan bagaimana cara yang anda lakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

Bagi keluarga Katolik yang lain yang mengalami kesulitan dalam kehidupan doa di keluarga, semoga status sharing ini bisa bermanfaat bagi keluarga anda.
admin Pax et Bonum

Sharing dari Eyang Ds:
Sahabatku menikah dengan pria non-Katolik, dia mendidik anak-anaknya sebagai katolik, tiap malam mereka (ibu & anak-anak) selalu berdoa malam bersama, kadang sang suami meledek, kok doanya itu-itu aja sih (Bapa kami, salam Maria), tapi kemudian yang terjadi adalah sang suami sekarang minta ikut pelajaran agama Katolik, alias ikut katekumen. Tuhan Maha Besar.

Sharing dari Septina Fransisca:
Sejak kecil saya dibiasakan orangtua saya (terutama ibu) untuk berdoa malam bersama dalam keluarga. Waktu itu sempat juga timbul rasa bosan, ngantuk, dsb. Tapi sungguh kebiasaan itu makin lama saya terima sebagai hal positif. Sekarang setelah saya berkeluarga, kebiasaan itu juga kami lanjutkan. Kebiasaan kami dalam berdoa yang memimpin selalu bergantian setiap hari, juga anak-anak yang masih kecil pun kami libatkan. Saya merasa bahwa doa-doa spontan yang disampaikan anggota keluarga kita adalah bentuk komunikasi. Dari doa-doa mereka saya mencoba memahami pula harapan-harapan mereka yang mungkin selama ini tersimpan.  Ya, doa keluarga adalah sarana komunikasi dan pendidikan. Semoga semakin banyak keluarga memberi perhatian untuk kebiasaan ini. Sedikit kendala ketika malam hari kami masing-masing mempunyai jadwal kegiatan di jam doa malam. Namun kami berusaha mengaturnya untuk tetap bisa berdoa bersama.

Sharing dari Irmi Dion Diogo:
Dalam keluargaku setiap malam doa bersama sebelum tidur biasanya jam 21, semua dapat giliran pimpin doa dan kalau di lingkungan, pas bulan Mei dan Oktober setiap keluarga yang ketempatan bertanggung jawab memimpin doa rosario yang biasanya diadakan ibadat dengan membaca injil dan renungan, semuanya itu tanggung jawab keluarga yang bersangkutan, sekarang hampir setiap umat dapat memimpin ibadat terlebih membuat renungan dengan baik.

Sharing dari Dian Aprillina:
Kalau di keluarga kecil kami, saya dan suami membiasakan untuk doa malam bersama sebelum tidur sejak Nathan masih dalam kandungan. Dan kebiasaan ini berlanjut sampai saat ini Nathan berumur hampir  4 tahun dan sudah sekolah playgrup. Awalnya Nathan memang tidak bisa berpartisipasi karena keterbatasannya sebagai bayi. Setidaknya doa-doa kami seperti Bapa Kami, Salam Maria nyantol di otaknya, sehingga saat ini Nathan setiap ke gereja sudah bisa ikut berdoa Bapa Kami dan tidak asing dengan doa-doa. Karena di sekolahnya pun sudah diajarkan untuk bergantian memimpin doa di kelas, kebiasaan inipun terbawa sampai di rumah. Kalau doa malam, dia mau memimpin juga. Dan dengan "celoteh" anak kecilnya benar-benar membawa kami sebagai anak kecil kembali di hadapan-NYA dengan doa yang polos dan tidak "ribet".

Sharing dari Monica Sumilia Halim
Setiap malam mau tidur, anak saya yang kecil selalu mengajak doa, dan papanya bila tidak mau doa, pasti dipanggil terus, kebetulan papanya non-Katolik. Doanya pun spontan (setiap berdoa bergantian doanya) dilanjutkan Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan, Terpujilah. Setelah selesai berdoa putri kami yang terkecil (2 tahun 8 bulan) kemudian memberi berkat, kepada papanya, bahkan sebelum dan sesudah berdoa, dia membawa tangan papanya membuat tanda salib. Anak saya yang umur 5,5 tahun pun sudah hafal doa Malaikat Tuhan dan saya juga membiasakan setiap pulang sekolah, anak dari yang terbesar 11 tahun, dan kedua 5,5 tahun harus berdoa ke Kapela untuk menyapa Yesus, kebetulan sekolahnya ada Kapelanya.

Sharing dari Diah Swasono
Saya dan keluarga membiasakan doa bersama menjelang tidur, yang pimpin pun bergiliran, anak-anak paling cuma doa Bapa Kami dan Salam Maria, tapi saya dan suami pastinya lebih panjang, sampai-sampai anak kami selalu berebut minta dia pimpin (karena kalau bapak ibunya udah pasti lama doanya) hehehe... Tapi akhirnya menjadi kebiasaan baik, sekarang yang TK selalu mengajak untuk doa bareng sebelum tidur, walau dia sudah kelihatan ngantuk sekali.  Sebelum anak-anak lahir pun saya dan suami sudah doa bersama, dulu kami rindu mau punya rumah (maklum masih nebeng nebeng orang tua) akhirnya indah pada waktunya, Tuhan kabulkan doa kami, kami dapatkan rumah sesuai dengan tempat dan harga yang kami inginkan, walaupun dulu itu mustahil sekali rasanya punya rumah di komplek tersebut, karena terkenal mahal, suami sempet nyerah dan pesimis, tapi saya yakin pasti bisa, akhirnya dapat juga di internet rumah dijual cepat dengan harga miring, lokasi di tempat yang saya impikan!! Sungguh ajaib. Bahkan para tetangga sekitarnya pun tak tau kalau rumah itu dijual, mereka bilang kami beruntung mendapatkan rumah tersebut dengan harga yang benar-benar murah dan lokasi bagus. Puji Tuhan. God is so Good!

Sharing dari Tia Rahardhini
Kami sengaja memasang alarm untuk 3x malaikat Tuhan (Angelus) dan 1x Koronka. Tiap alarm berbunyi kami sengaja berseru , 'Angelus!' atau 'Koronka!', dan mengucapkan doa dengan bersuara hingga anak-anak lama-kelamaan hafal. Angelus pagi selalu diikuti dengan doa pagi yang dipimpin oleh ayah, dan diakhiri dengan Bapa Kami dan kemuliaan. Doa makan sesederhana mungkin, yang penting anak-anak tahu bagaimana untuk berterimakasih dan mengucap syukur pada Tuhan atas berkat hari ini. Mungkin pada awal mereka seperti menghafal saja, tapi bila kita terus mendampingi & memberi pemahaman tentang doa-doa itu, mereka akan paham. Yang penting mereka terbiasa untuk berdoa, menjalin relasi dengan Tuhan.

Sharing dari  Lucia Woro Kristiyani
Menjelang tidur malam. Kami berdoa bersama. Kalaupun kadang anggota keluarga tidak lengkap (ada yang tidak hadir). Kami tetap berusaha melakukannya. Yang sangat mengharukan. Beberapa minggu yang lalu saya mengajak anak-anak Rosario bersama. Meski menahan kantuk, saya dan anak-anak berusaha menyelesaikannya. Terima kasih Tuhan. Engkau telah berkenan hadir dalam keluarga kecil kami. Berkati dan pimpinlah selalu keluarga kami. Semoga.

Sharing dari Eveline Ariefian
Kalau anak saya sebelum tidur (23 bulan) saya bimbing tangannya untuk membuat tanda salib dan saya genggam tangannya dengan posisi berdoa. Kemudian saya doakan doa singkat untuk memohon perlindungan Tuhan. Setelah berdoa biasanya saya nyanyikan lagu Bapa Kami sebelum ia tertidur karena bagi saya lagu Bapa Kami adalah kidung yang sangat indah sekaligus doa yang luar biasa karena diajarkan oleh Yesus sendiri. Terkadang kalau malam ia terbangun biasanya saya peluk dan saya nyanyikan Bapa Kami, tak lama ia akan terlelap kembali. Bahkan sering terkadang ia menangis tanpa sebab, saya nyanyikan lagu Bapa Kami ia kembali tenang.

Sharing dari Joan de Agness
Saya semenjak sakit jadi rajin berdoa bersama suami, mulai dari doa Angelus sampai Doa Malam dari peristiwa itu kami baru tersadar kami jarang meluangkan waktu untuk berdoa.

Sharing dari Andajanie Srie Redjekie
Doa adalah kekuatan iman dalam keluarga kami. Dalam suka dan duka, suasana tenang dan badai kami pasrahkan kepada kehendak Tuhan untuk memimpin. Kami tanamkan dalam kekuatan doa, TUHAN berkarya dalam diri kami masing-masing. Dengan IMAN pula kami dapat merasakan kehadiran Tuhan dengan segala rencanaNYA. Kami sangat bersyukur karena Tuhan slalu mendampingi kami dengan Roh KudusNYA.

Sharing dari Fransiskus Gunawan
Lima tahun lalu, tempat tinggal kami terendam 120 cm, & kami sangat khawatir, saya hanya berdoa �Yesus yang meneduhkan badai, kasihanilah kami. Bapa Kami ... Salam Maria ... Kemuliaan ... setiap hujan turun, dan Tuhan Yesus betul-betul baik. Tahun ini di tempat kami tidak banjir lagi. Syukur kepada Allah.





Pax et Bonum

Monday, February 20, 2012

Dari Islam ke Katolik - Mewartakan Kristus Yang Tersalib

Pengantar: Artikel berikut ini adalah terjemahan bebas dari kesaksian seorang Katolik eks-Islam dan eks-Protestan bernama Daniel Ali dari pamflet Pope John Paul II Society of Evangelist nomorI352. Daniel Ali bersama dengan seorang Katolik lainnya bernama Robert Spencer menulis sebuah buku berjudul Inside Islam: A Guide for Catholics yang diterbitkan di Amerika Serikat. Buku ini diberi kata pengantar oleh Pater Mitch Pacwa, SJ, seorang imam terkenal di Amerika Serikat. Selamat membaca kisah dan kesaksian hidup Daniel Ali!

Mewartakan Kristus Yang Tersalib

Oleh Daniel Ali

Pada tahunN1959, saya lahir di dalam sebuah keluarga Islam, di Kurdistan, Irak Utara. Saya adalah anak kelima dari sebuah keluarga besar. Kebudayaan Arab dan Agama Islam adalah pengaruh-pengaruh yang dominan di dalam bangsa Kurdi. Saya memulai pelajaran resmi mengenai Arabia pada usiaD12 tahun. Seiring waktu pada saat saya berusiaO16 tahun, saya menulis puisi dalam Bahasa Arab, beberapa di antaranya diterbitkan di awalN1976.

Buku Inside Islam oleh Daniel Ali dan Robert Spencer
Aktivitas politik saya dalam Oposisi Kurdi melawan Saddam Hussein mengisi sebagian besar kehidupan dewasa saya di Irak. Saddam Hussein, dalam salah satu dari banyak serangannya kepada Bangsa Kurdi, memindahkan dengan paksa populasi besar Kurdi dari kampung halaman mereka, menyingkirkan mereka ke bagian lain dari negeri [Irak], untuk mengambil alih dan mengamankan kontrolnya atas lapangan-lapangan minyak orang Kurdi. Hal ini mulai pada tahunE1975, usaha aktif saya untuk membebaskan bangsa Kurdi dan untuk menyatukan mereka secara politik. Karena hal ini, saya dipenjara dan disiksa beberapa kali di tangan Saddam Hussein. Penyiksaan ini saya pandang sebagai �keberuntungan� ketika tentara Saddam menginvasi Kurdistan dan menghilangkan banyak nyawa pejuang Kurdi.  Beberapa kali Allah menyelamatkan saya dari kematian; oleh keputusan hakim, oleh hujan bom kimia di atas kaum Kurdi, oleh hampir tenggelam, dan oleh luka penyiksaan serius. Bagaimanapun juga, saya kala itu tidak mengakui bahwa itu semua adalah campur tangan Allah. Saya melanjutkan perjuangan pembebasan saya, seringkali menghabiskan beberapa waktu di pegunungan, menderita kedinginan dan kelaparan, ketakutan dan kaum saya diabaikan oleh negara-negara di dunia. Pada tahunS1988, saya melihat banyak teman-teman saya tercinta meninggal dalam horornya serangan kimia di atas kota Halabja. Saya mulai memahami kelemahan manusia dalam dosanya dan keputusasaan dalam hidup tanpa campur tangan dan perlindungan Allah.

Sejak tahap awal kehidupan saya, saya tertarik dengan cara hidup orang Kristen terutama karena kenangan pertama saya akan tetangga Kristen kami. Banyak dari mereka adalah contoh yang indah akan adanya kasih Kristus. Mengingat mereka membuat saya menyadari bahwa Allah memanggil saya kepada-Nya, bahkan sejak masa kecil saya. Suatu hari, seorang Kristen Armenia berkesempatan untuk memberikan saya sebuah buku mengenai martir-martir Gereja Perdana. Saya membacanya dan terinspirasi untuk hidup dan meninggal bagi kebebasan kaum saya, Kurdi. Saya punya keinginan besar untuk membaca selama masa mudaku, dan saya banyak membaca buku teologi, filsafat dan sejarah. Saya menjadi fasih berbahasa Inggris, membaca karya Voltaire, Hegel, Dickens, dan beberapa nama lainnya. Akhirnya saya melanjutkan mempelajari orang-orang besar dari iman Kristen dengan rajin, St Thomas Aquinas di antaranya. Dengan penyelidikan yang konsisten dan perbandingan teologi Islam dan Kristen, saya mengakui kebenaran agama Kristen pada awalI1982. Tapi hal ini masih merupakan sebuah pengakuan intelektual saja. Saya mengakui Yesus adalah Mesias, tetapi saya tidak mengenal Dia secara pribadi.

Setelah Perang Teluk Pertama, saya menikahi Sara, seorang Kristen Amerika. Saya memberitahu dia bahwa saya percaya Yesus adalah Mesias, tetapi mengingatkan dia supaya dia tidak mencoba untuk mengonversi (mempertobatkan) saya ke dalam agamanya. Saya melakukan hal ini meskipun kenyataan bahwa saya mengakui percaya bahwa Yesus adalah Allah. Muslim memahami istilah-istilah ini sungguh berbeda dari Kristen. Dia (Sara, red) tahu bahwa hal ini adalah sebuah kesepakatan besar, dan selama dua tahun berikutnya, kami menahan semua badai dari pernikahan antar-agama dan antar-budaya. Meskipun ada banyak perdebatan dan ketidaksepakatan pahit, saya perlahan-lahan melihat bahwa Sara terus-menerus mengampuni saya, mencintai saya dan menghendaki saya lebih dari dirinya sendiri. Tanpa sepengetahuan dirinya, ia menjadi kesaksian hidup nyata dari pribadi Kristus dalam perjuangan pernikahan kami. Akhirnya, saya mulai bangun di malam hari untuk diam-diam membaca Perjanjian Baru. Saya datang semakin dekat kepada Tuhan. Saya diam-diam bertemu dengan-Nya dalam firman-Nya yang kudus, Kitab Suci.

Kami tiba di Amerika Serikat, awal tahunA1993, dan melanjutkan sebuah bisnis kecil Sara yang beroperasi ppada waktu itu. Saya telah mempelajari teologi Kristen dan Islam selama sebagian besar dari hidup sayaa. Hal ini membawa saya dalam sebuah perjalanan yang membimbing saya akhirnya kepada Yesus Kristus, yang saya akui sebagai Mesias secara intelektual. Tetapi, bahkan ppada titik inii dalam hidup ssaya, saya ttidak membuat komitmen final akan pembaptisan. Suatu hari, saya didekati oleh dokter gigi saya, Dokter Blevins, yang berdoa bersama saya, dan akhirnya membawa saya kepada iman akan Kristus, selama musim panasN1995. Saya dibaptis ke dalam Tubuh Kristus pada tanggalP17 SeptemberA1995. Semuanya berubah. Saya mulai secara langsung memberitahu teman-teman Muslim saya mengapa saya berpindah, dan saya membuat efforts besar untuk menginjili mereka. Saya mempelajari Kitab Suci sampai saya dapat mengutip bab dan ayat, dan mulai bersaksi kepada setiap orang yang dapat mendengarkan. Banyak yang mendengarkan dan pindah dengan penuh antusiasme akan Yesus dan Kitab Suci. Saya tahu bahwa saya sekarang telah melakukan apa yang dibutuhkan oleh seluruh bangsa saya, dan tentu untuk semua kaum Muslim dan dunia yang belum terjangkau. saya memiliki Kitab Suci dan tidak ada yang dapat menahan saya dari membagikannya.

Selama tahun-tahun berikutnya, saya membaca selama berjam-jam setiap hari, bersaksi kepada ratusan pelanggan saat bekerja dan menemukan bahwa saya memiliki karunia untuk membawa orang-orang kepada iman akan Kristus, atau untuk membawa mereka sekali lagi aktif dalam iman mereka. Dalam bisnis kecil saya, di lingkungan kami, di antara para pendatang dan sahabat-sahabat, saya tidak menemukan apapun yang layak untuk dibicarakan lagi selain Yesus Kristus. Sekarang hal ini sudah 8 tahun; selama masa itu, Tuhan telah menggunakan kesaksian saya untuk memenangkan banyak orang kepada Diri-Nya sendiri, beberapa dari mereka adalah Muslim, beberapa dari mereka adalah murtadin, dan beberapa dari mereka adalah atheis. �Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." (Mrk 8:38)

Segera sesudah pembaptisan saya, Sara dan saya memulai sebuah studi Kitab Suci rumahan bagi siapapun, dari berbagai denominasi yang ingin datang. Kepada Studi Kitab Suci ini, datanglah seorang anak tetangga berusiaP9 tahun, Joe Sobran, yang membaca pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban dari Katekismus Baltimore (salah satu Katekismus Gereja Katolik lokal tertua yang dikeluarkan Konferensi Para Uskup AS) miliknya. Sara dan saya terkejut akan pertanyaan-pertanyaan unik dan hal itu dijawab dengan jawaban sederhana dan mendalam di belakang setiap bab. Si Joe kecil tidak menyerah, dan bertanya mengapa kami tidak menjadi Katolik. Dia menanam benih setiap kali ia berbicara kepada kami mengenai iman.

Suatu malam, Sara dan saya menonton televisi dan terjadilah di EWTN tepat pada momen Konsekrasi di mana imam mengangkat Hosti. Kami terkagum-kagum oleh penghormatan yang sederhana dan indah ini bagi Yesus. Lalu imam mengangkat Piala dalam keindahan hiasannya. Vestmentum (jubah) imam memiliki sebuah keindahan yang menunjukkan bahwa hanya hal terbaik yang kita tawarkan yang layak untuk Allah. Sara dan saya mulai memahami keindahan dalam Gereja Katolik hadir di sana karena Gereja Katolik-lah Rumah Allah yang sejati.

Dalam tahun I1996, Sara dan saya diperkenalkan kepada teolog Katolik, Pater (Romo, red) William G. Most, yang mengajarkan kami teologi Katolik. Dia dengan murah hati memberikan setiap hari Minggu selama satu setengah tahun untuk membawa kedua fundamentalis ini bergabung dengan Gereja Katolik. Kami diterima dalam Gereja Katolik, tanggalS13 JuliT1998 pada sebuah Misa khusus.

Sebelum Pater Most meninggal, pada Januari 1999, dia dan saya berdiskusi mengenai pembentukan sebuah forum di mana Kristen dan Muslim dapat berdialog. Pater Most adalah dorongan besar dalam pendirian Forum Kristen-Islam, juga dalam setiap cara hidupnya selama bulan-bulan terakhirnya. Adalah suatu berkat kekal yang dimiliki saat berada di pangkuannya untuk belajar iman Katolik.

Setelah kematian Pater Most, saya membawa misi untuk menjangkau kaum Muslim dalam hidup saya. Awal tahun 2001, setelah pulang dari perziarahan ke Roma, bersama dengan beberapa teman, saya memulai berkarya dalam kerangka hukum untuk berdirinya Forum Kristen-Islam non-profit. Pada tanggal 13 Agustus 2001, Forum Kristen-Islam secara resmi berdiri.

Pertemuan Pengenalan paling pertama dari organisasi baru kami akan diselenggarakan pada Gereja Katolik Roh Kudus di Annandale, Virginia (AS), pada tanggal 11 September 2001. Pertemuan ini dibatalkan karena serangan teroris (Penyerangan terhadap WTC dan Pentagon) melawan negara kami. Kesimpulan yang Sara dan saya ambil dari peristiwa mengerikan ini adalah Allah sedang memberitahu semua orang inilah saatnya untuk memberi perhatian kepada Muslim. Baik mereka sedang secara agresif �menginjili� Barat melalui berbagai bentuk jihad mereka atau kita sedang menginjili mereka dengan Kabar Baik dari Yesus Kristus. Saya telah dipanggil untuk berbicara beberapa kali selama beberapa bulan terakhir sejak tragedi tersebut. Pembicaraan-pembicaraan ini membahas mengenai realita-realita Islam, strategi-strategi mereka mengonversi kita ke Islam, dan apa yang dapat  kita lakukan untuk didengar dan diterima oleh mereka dengan sukses. Umat Kristen Protestan tergantung pada Kitab Suci untuk menginjili Muslim. Strategi ini secara luas tidaklah berhasil karena Muslim menganggap Kitab Suci sudah dikorup dan dipalsukan oleh Kristen dan Yahudi. Kami sedang mengembangkan sebuah metode untuk mendekati Muslim dengan hanya menggunakan sumber-sumber mereka, Al-Quran, Tradisi-tradisi Muhammad, dll. Semua dari kita di Barat, harus belajar sekarang, dan mempelajari untuk terlibat dalam sebuah agama dan dalam sebuah kebudayaan yang sepenuhnya asing terhadap kebudayaan Yudeo-Kristen. Semoga Allah membimbing dan menguatkan kita unutk tugas ini melalui daya Roh Kudus dan rahmat dari Putera-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus.

Menghasilkan satu orang yang pindah ke Katolik (one member gets one member)� tentunya ini bukanlah cara untuk membuat Gereja tumbuh. Kita perlu menyusun program-program paroki di mana umat-umat kita  dibantu untuk melaksanakan peran mereka masing-masing. Dalam hal ini, Imam harus mengambil inisiatif. Kita perlu secara khusus membantu umat kita mengatasi sifat ragu-ragu dan keengganan mereka dalam berbicara mengenai Katolisisme. Kelas-kelas apologetika akan menanamkan kepercayaan diri sehingga ketika seorang non-Katolik memunculkan sebuah keberatan terhadap Gereja, setiap orang Katolik memiliki pengetahuan-pengetahuan penting untuk mengatasi kesalahpahaman-kesalahpahaman yang ada.

Lebih jauh, ada informasi yang cukup untuk dipublikasikan kepada mereka yang tertarik dalam evangelisasi di level paroki, komunitas, atau keuskupan. Imam sebagai wakil hierarki dapat menyediakan pelatihan terutama dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang berbicara mengenai masalah, menetapkan tujuan dan sasaran, dan menetapkan tugas-tugas. Mereka tidak harus memiliki kemampuan spesial. Forum-forum kelompok harus diatur sedemikian rupa dilengkapi dengan pengajar-pengajar berkualitas yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta forum. Program RCIA (Roman Catholic Initiation for Adult atau lebih dikenal di Indonesia sebagai Program Katekumen Dewasa) terutama harus berfokus pada pengajaran Gereja dan dasar-dasar dari keyakinan tersebut.

Meskipun program pelatihan awam terlihat sulit untuk disesuaikan dengan jadwal imam yang padat, imam akan merasa hal ini merupakan suatu pengorbanan yang sungguh layak . Imam akan menemukan partner yang ia butuhkan untuk melakukan karya dan pada saat yang sama menolong umat paroki untuk tumbuh. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa dimana umat Katolik terlibat dalam usaha membawa orang lain kepada Kristus, mereka sendiri ditarik lebih dekat kepada Kristus. Misa, doa, dan sakramen-sakramen � semua ini memiliki lebih banyak makna bagi mereka ketika mereka sadar menjadi rekan kerja Kristus.

Kaum awam memiliki peran spesial yang tidak dapat dilakukan oleh kaum tertahbis. Adalah tugas para orang tua, sebagai contoh, untuk mengajarkan anak-anak mereka mengenai Allah dan melatih mereka dalam moralitas Kristen; hal ini tidak dapat diserahkan kepada sekolah atau entitas lainnya. Adalah tugas awam Katolik untuk mewujudkan Kristus kepada keluarga mereka, teman-teman, tetangga, rekan kerja dan singkatnya, kepada setiap orang yang mereka kenal. Mereka (orang yang kita kenal tersebut) memiliki kewajiban dan hak untuk sebuah partisipasi yang bertanggungjawab dengan tujuan untuk berkembang sepenuhnya sebagai seorang Kristen. Pelajaran Agama saja tidak akan mewujudkannya. Hanya partisipasi bertanggungjawab membuat orang Katolik menjadi dewasa dalam iman dan spiritual dan kurangnya partisipasi yang bertanggungjawab ini membuat banyak umat Katolik sekarang ini belum dewasa secara iman dan spiritual. Hal ini menjelaskan ketidakmampuan dari begitu banyak umat Katolik untuk bertahan menghadapi pengaruh-pengaruh iblis di sekitar mereka.
Panggilan khusus kaum tertahbis adalah karya pastoral; kaum awam sederhananya penolong imam dalam area ini. Panggilan khusus kaum awam dalam karya Gereja adalah karya apostolik; hal ini mereka miliki dari Allah karena mereka adalah awam, masing-masing seturut kemampuan mereka. Mereka juga adalah (k)ristus, diutus untuk mengenalkan Kristus di seluruh dunia. Mereka harus membawa Kristus ke mana pun mereka pergi dan siap untuk mengenalkan Kristus kepada semua yang mereka temui.
KitaPseharusnyaAtidakXmengharapkanEseseorangTuntuk melakukan karya sebagai imam tanpaB pembinaan-pembinaan penting.ODemikian juga,Nkita tidakUdapat mengharapkan seseorang untuk melakukan karya-karya seorang penginjil (evangelis) tanpa adanya pembinaan yang layak.

Diterjemahkan oleh Indonesian Papist dari Pamflet Serikat Pewarta Injil Paus Yohanes Paulus II nomor 352.
Pax et Bonum 

Sunday, November 13, 2011

Newt Gingrich: Mengapa Saya Menjadi Seorang Katolik (Kesaksian Iman)

Newt Gingrich
Newton Leroy "NewtGingrich adalah seorang kandidat Presiden Amerika Serikat untuk Pemilu 2012 dari Partai Republik. Dia adalah eks-Protestan denominasi Lutheran dan Southern Baptist yang secara resmi memutuskan menjadi Katolik ketika Paus Benediktus XVI mengunjungi AS tahun 2008. Dia melihat AS sekarang ini terlalu sekuler dan memerlukan sentuhan iman. Berbeda dengan Obama yang anti-life, Newt Gingrich adalah seorang pro-life. Berikut ini adalah kesaksian imannya yang diterjemahkan dari National Catholic Register.

======================

Saya sering ditanya ketika saya memilih untuk menjadi Katolik. Bagaimanapun juga, adalah lebih penuh kebenaran untuk mengatakan bahwa selama perjalanan beberapa tahun, saya setahap demi setahap menjadi Katolik dan kemudian suatu hari memutuskan untuk menerima Iman yang baru saja telah saya anut.

Istri saya, Callista, seorang Katolik seumur hidupnya dan telah menjadi anggota dari Paduan Suara Basilika Peziarahan Nasional Immaculate Conception di Washington DC selama 15 tahun. Meskipun saya dulu seorang Southern Baptist (salah satu denominasi Protestan), saya telah menghadiri Misa bersama Callista setiap Minggu di Basilika untuk menyaksikan dia bernyanyi bersama paduan suara.


Saya menemani Callista ke Roma pada tahun 2005, ketika Paduan Suara-nya diundang untuk bernyanyi di Basilika St. Petrus. Selama di sana, saya memiliki kesempatan untuk berbicara panjang lebar dengan Monsinyur Walter Rossi, Rektor Basilika di Washington DC, mengenai iman, sejarah dan banyak tantangan budaya termasuk sekularisme yang menghadapi negara kita (maksudnya Amerika Serikat). Percakapan kami begitu mencerahkan dan menggugah rasa ingin tahu.

Selama perjalanan tersebut, saya mengalami perjalanan pertama saya ke Basilika St. Petrus dan saya mengenang kekaguman saya saat saya berada pada kehadiran dari kebenaran historis Gereja pada hari itu. Pada waktu yang sama, saya sedang dipengaruhi oleh beberapa buku yang sedang saya baca, termasuk buku The Cube and The Cathedral  karya George Weigel mengenai krisis sekularisme di Eropa dan bukunya yang lain yang berjudul The Final Revolution mengenai peran 
Kekristenan dalam membebaskan Eropa Timur dari kediktatoran atheis. Saya juga tergerak oleh refleksi Paus Benediktus XVI dalam bukunya Jesus of Nazareth bahwa, �Allah adalah pokok isunya; apakah Ia nyata, realitas itu sendiri atau Ia tidak [nyata]? Apakah Ia baik atau apakah kita harus menemukan kebaikan diri kita sendiri?�

Selama perjalanan kami, entah Callista dan saya berada di Kosta Rika atau Afrika, ia (Callista)tidak menyerah untuk menemukan Misa setempat pada hari Minggu. Mendengarkan �Amazing Grace� yang dinyanyikan dalam bahasa Chinese pada Misa di Beijing adalah sebuah pengalaman yang indah dan menyembah bersama umat beriman di seluruh dunia membuka mata saya pada keberagaman dan kekayaan Gereja Katolik.

Selama perjalanan satu dekade, dalamnya iman dan dan sejarah yang terkandung dalam kehidupan Gereja Katolik semakin bertambah nyata kepada saya dan keterpusatan akan Ekaristi dalam Misa Katolik semakin dan semakin jelas.

Kunjungan Paus Benediktus XVI ke Amerika Serikat pada tahun 2008 adalah titik balik bagi saya. Bapa Suci memimpin Vesper/Liturgi Senja meriah bersama Uskup-uskup Amerika Serikat di gereja bawah tanah di Basilika Washington. Paduan Suara Callista diminta bernyanyi bagi Paus Benediktus pada vesper dan sebagai suaminya, saya memiliki kesempatan unik untuk menghadiri kunjungan kepausan dan saya begitu dalam tergerak oleh peristiwa tersebut.

Menangkap pandangan sekilas Paus Benediktus pada hari itu, saya terpana akan kebahagiaan dan kedamaian yang ia pancarkan. Sukacita dan kehadiran yang memancar dari Bapa Suci adalah sebuah momen peneguhan mengenai banyak hal yang telah sedang saya pikirkan dan alami selama beberapa tahun.

Sore itu saya memberitahu Monsinyur Walter Rossi bahwa saya ingin diterima masuk ke dalam Gereja Katolik dan ia setuju untuk mengikutkan Callista sebagai pendukung saya. Di bawah pengawasan Mgr. Rossi, saya belajar Katekismus Gereja Katolik selama setahun berikutnya dan diterima dalam Gereja pada Maret 2009 dalam sebuah Misa yang indah di St. Yosef di Capitol Hill.

Setelah sepanjang satu dekade � mungkin sepanjang hidup � perjalanan iman saya, saya akhirnya berada di rumah.

Pax et Bonum

Saturday, July 30, 2011

Seorang Biarawan Fransiskan Membangun Kembali Gereja Biara Sendirian Selama 50 Tahun

Seorang  biarawan Fransiskan, meniru St. Fransiskus Assisi, membangun kembali Gereja Biara selama 50 tahun sendirian. Allah menghendakinya.
Lihat Videonya (dalam bahasa Italia) di sini atau di youtube berikut ini:

Mari Bercocok Tanan

Kretek Rempah Indonesia

Kretek Rempah Indonesia
Tanya Jawab Soal Alkitab Lengkap

Artikel Terbaik Untuk Mahasiswa

Artikel Terbaik Untuk Mahasiswa
Bahan Renungan Pribadi atau Kelompok

Wikipedia

Search results

Popular Posts

PENERBIT BUKU ILMIAH

PENERBIT BUKU ILMIAH
Untuk Yang Baru Lusus Perguruan Tinggi

USAHA TERNAK BEBEK

USAHA TERNAK BEBEK
Ingni Menambah Penghasilan Anda

CREDO - AKU PERCAYA

CREDO - AKU PERCAYA
Pengakuan Iman Kristiani

Subscribe

Ads

Repair Ship And Spares

Artikel Bagus Semua

Powered by Blogger.

Artikel Terbaik Untuk Karya Tulis

KK LIFORCE JAKARTA

KK LIFORCE JAKARTA
Kalung Menambah Stamina

Search This Blog