Latest News

Showing posts with label Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Show all posts
Showing posts with label Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Show all posts

Thursday, January 19, 2012

Katekese: Gereja Katolik, Gereja yang Trinitaris


Seorang admin page Gereja Katolik memberikan link sebuah artikel yang berjudul "Benarkah Yesus Tidak Mendirikan Agama?" yang menegaskan bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh mendirikan dan hanya mendirikan Gereja Katolik di atas Sang Batu Karang, St. Petrus. Artikel ini merupakan tanggapan pula terhadap sebuah video oleh anak muda AS yang berjudul "Why i hate religion, but love Jesus". Topik ini menjadi sangat begitu hangat diperbincangkan di dunia maya terutama di Barat. Banyak Imam Katolik dan blogger-blogger Katolik menanggapi video tersebut dengan menegaskan bahwa Kristus memang mendirikan Gereja Katolik dan berarti kita tidak dapat membenci agama Katolik. Mereka hendak meluruskan pemahaman yang keliru dari anak muda ini.

Salah satu dari banyak blogger Katolik tersebut ternyata melihat bahwa pernyataan anak muda AS ini serupa dengan ajaran sesat abad ke-3 bernama Montanisme yang menolak peran Gereja Katolik dalam pengudusan dan karya keselamatan bagi manusia. Analisa ringannya cukup menjelaskan bahwa memang pernyataan anak muda AS tersebut adalah "Montanisme yang lahir kembali." Montanisme telah ditolak sejak kemunculannya oleh berbagai sinode Para Uskup dan juga oleh Paus St. Zephyrinus.

Kembali ke artikel dari admin Gereja Katolik. Mendadak tautan itu menjadi ramai dengan diskusi antara Katolik Pro-Kristus mendirikan Gereja Katolik dengan Katolik kontra-Kristus mendirikan Gereja Katolik. Yang Pro membawa berbagai pembelaan apologetis dengan berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium. Sementara yang kontra cenderung berpendapat "menurut saya", berpendapat menurut pemahaman mereka sendiri.

Tentu, page Gereja Katolik ini setia dengan iman dan ajaran Katolik. Page Gereja Katolik mengimani bahwa Kristus memang mendirikan dan hanya mendirikan Gereja Katolik di atas St. Petrus. Tidak ada lagi Gereja lain yang didirikan oleh Kristus sendiri.

Mungkin mereka yang kontra-Kristus mendirikan Gereja Katolik adalah mereka yang kurang mendapatkan katekese ajaran iman Katolik yang memadai, bisa juga mungkin karena mereka terpengaruh arus indifferentisme dan relativisme iman, dan bisa juga karena alasan yang lain atau mungkin malah ada juga umat non-Katolik yang hendak membantahnya. Oleh karena itu, page ini akan membagikan katekese tentang "Gereja Katolik Gereja yang Trinitaris.�

1. Pendirian Gereja adalah bagian dari rencana Allah bagi manusia. (Kompendium KGK 1)

Allah, yang sempurna dan penuh bahagia, berencana membagikan kebaikan- Nya dengan menciptakan manusia agar manusia ikut ambil bagian dalam kebahagiaan-Nya. Dalam kepenuhan waktu, ketika saatnya tiba, Allah Bapa mengutus Putra-Nya sebagai Penebus dan Penyelamat manusia, yang sudah jatuh ke dalam dosa, memanggil semuanya ke dalam Gereja-Nya, dan melalui karya Roh Kudus, mengangkat mereka sebagai anak-anak-Nya dan pewaris kebahagiaan abadi.

2. Gereja adalah keputusan yang tercakup dalam hati Bapa. (KGK 760)

"Atas keputusan kebijaksanaan serta kebaikan-Nya yang sama sekali bebas dan rahasia, Bapa yang kekal menciptakan dunia semesta. Ia menetapkan bahwa Ia akan mengangkat manusia untuk ikut serta menghayati hidup ilahi", ke situlah Ia memanggil semua manusia dalam Putera-Nya. "Bapa menetapkan untuk menghimpun mereka yang beriman akan Kristus dalam Gereja Kudus". "Keluarga Allah" ini dibentuk dan direalisasikan sesuai dengan pertimbangan Bapa langkah demi langkah dalam peredaran sejarah umat manusia. Karena "Gereja itu sejak awal dunia telah dipralambangkan, serta disiapkan dalam sejarah bangsa Israel dan dalam Perjanjian Lama. Gereja didirikan pada zaman terakhir, ditampilkan berkat pencurahan Roh, dan akan disempurnakan pada akhir zaman".

3. Dunia diciptakan demi Gereja (KGK 760)

"Dunia diciptakan demi Gereja", demikian ungkapan orang-orang Kristen angkatan pertama (Hermas, vis. 2,4, 1) [Bdk. Aristides, apol. 16,6; Yustinus, apol. 2,7.]. Allah menciptakan dunia supaya mengambil bagian dalam kehidupan ilahi-Nya. Keikut-sertaan ini terjadi karena manusia-manusia dikumpulkan dalam Kristus, dan "kumpulan" ini adalah Gereja. Gereja adalah tujuan segala sesuatu [Bdk. Epifanius, haer. 1,1,5.]. Malahan peristiwa-peristiwa yang menyakitkan hati, seperti jatuhnya para malaikat dan dosa manusia, hanya dibiarkan oleh Allah sebagai sebab dan sarana, untuk mengembangkan seluruh kekuatan tangan-Nya dan menganugerahkan kepada dunia cinta-Nya yang limpah ruah:
"Sebagaimana kehendak Allah adalah satu karya dan bernama dunia, demikian rencana-Nya adalah keselamatan manusia, dan ini namanya Gereja" (Klemens dari Aleksandria, paed. 1,0,/- f).

4. Kristus Sang Putera Allah mendirikan Gereja

Mat 16:18 � Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Kepha dan di atas Kepha ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 

Yesus berkata dalam Bahasa Aram, kamu adalah �Kepha� dan di atas �Kepha� Aku akan mendirikan Gereja-Ku. Dalam bahasa Aramaik, �Kepha� berarti Batu yang besar dan �evna� berarti kerikil yang kecil. Beberapa non-Katolik berargumen bahwa, karena kata Yunani untuk batu karang adalah �Petra�, dan �Petros� berarti �batu yang kecil�, maka Yesus berusaha untuk mengurangi hak Petrus setelah memberkatinya dengan memanggil dia batu yang kecil.

Dalam konteks berkat Yesus kepada Petrus, argumen ini tidak masuk akal. Yesus berkata dalam bahasa Aram dan menggunakan �kepha� bukan �evna�. Penggunaan Petros untuk menerjemahkan Kepha dilakukan untuk merefleksikan kemaskulinan kata tersebut. Ingat dalam bahasa Yunani ada kata yang netral, feminim dan maskulin.

Lebih jauh lagi, jika Matius ingin mengidentifikasikan Petrus sebagai �batu kecil�, Matius akan menggunakan kata �lithos� yang berarti kerikil kecil dalam bahasa Yunani. Juga, Petros dan Petra adalah sinonim pada masa Injil ditulis. Injil Matius ditulis dalam Bahasa yunani Koine yang tidak membedakan makna "Petros� dan �Petra�, sehingga usaha apapun untuk membedakan kedua kata ini adalah tidak logis. Oleh karena itu, Kristus memanggil Petrus batu karang, bukan kerikil kecil, di mana Dia akan mendirikan Gereja (Anda sekalian bahkan tidak perlu Mat 16:18 untuk membuktikan Petrus adalah batu karang karena Kristus mengganti namanya dari Simon menjadi �batu karang� pada Markus 3:16 dan Yohanes 1:42).

5. Gereja Dinyatakan oleh Roh Kudus (KGK 767-768)

"Sesuai tugas, yang diberikan Bapa kepada Putera untuk ditunaikan di dunia, diutuslah Roh Kudus pada hari Pentekosta, agar ia senantiasa menyucikan Gereja" (LG 4). Ketika itu "Gereja ditampilkan secara terbuka di depan khalayak ramai dan dimulailah penyebaran Injil di antara bangsa-bangsa melalui pewartaan" (AG 4). Sebagai "perhimpunan" semua manusia menuju keselamatan, Gereja itu misioner menurut kodratnya, diutus oleh Kristus kepada segala bangsa, untuk menjadikan semua orang murid-murid-Nya.

Untuk melaksanakan perutusan-Nya, Roh "memperlengkapi dan membimbing Gereja dengan aneka karunia hierarkis dan karismatik" (LG 4). Melalui Dia "Gereja, yang diperlengkapi dengan karunia-karunia Pendirinya, dan yang dengan setia mematuhi perintah-perintah-Nya tentang cinta kasih, kerendahan hati, dan ingkar diri, menerima perutusan untuk mewartakan Kerajaan Kristus dan Kerajaan Allah, dan mendirikannya di tengah semua bangsa" (LG 5).

6. Gereja dari Allah Tritunggal ini disebut Katolik

Gereja dari Allah Tritunggal ini pada mulanya tidak bernama. Tetapi seiring waktu mulai hadir kelompok atau komunitas penyesat atau yang bertentangan dengan ajaran Kristus tetapi berani mengaku Kristen. Untuk membedakan Gereja-Nya yang sejati dari kelompok-kelompok ini, maka Para Bapa Gereja menggunakan nama "Katolik".

Bukti pertama datang dari Bapa Gereja St. Ignasius dari Antiokia. Ia adalah murid dan pendengar langsung ajaran St. Yohanes Rasul Sang Penulis Injil. Dia mengajarkan: "Di mana ada Uskup, hendaknya umat hadir di situ. Demikian pula, Di mana ada Yesus Kristus, di situ ada Gereja Katolik. " (Ignatius of Antioch, Surat kepada umat di Smirna). Tulisan ini dibuat sekitar tahun 107 Masehi. Ada banyak lagi bukti Para Bapa Gereja mengenai hal ini. Silahkan klik link ini.

Kesimpulan:

Nah, seturut iman Katolik, Gereja adalah rencana dari Allah Tritunggal. Gereja adalah keputusan di dalam hati Bapa yang kemudian didirikan oleh Yesus Kristus dan dinyatakan oleh Roh Kudus. Gereja kita adalah Gereja yang Trinitaris, Gereja yang berasal dari Allah Tritunggal Mahakudus. Salahkah kita umat Katolik memproklamasikan ke seluruh dunia bahwa Kristus HANYA mendirikan Gereja Katolik? Tentu jawabannya tidak. Kita punya hak dan kewajiban untuk hal ini sejauh kita tidak memaksa setiap orang non-Katolik untuk mengimaninya.

Pax et Bonum


Wednesday, January 18, 2012

Komentar tentang Kompendium Katekismus Gereja Katolik no. 1 - Rencana Allah untuk Manusia


1. Apa rencana Allah untuk manusia?
Allah, yang sempurna dan penuh bahagia, berencana membagikan kebaikan- Nya dengan menciptakan manusia agar manusia ikut ambil bagian dalam kebahagiaan-Nya. Dalam kepenuhan waktu, ketika saatnya tiba, Allah Bapa mengutus Putra-Nya sebagai Penebus dan Penyelamat manusia, yang sudah jatuh ke dalam dosa, memanggil semuanya ke dalam Gereja-Nya, dan melalui karya Roh Kudus, mengangkat mereka sebagai anak-anak-Nya dan pewaris kebahagiaan abadi.

Komentar:
Allah menciptakan manusia karena Ia ingin berbagi kebahagiaan-Nya dengan manusia. �Ia memanggil manusia dan menolongnya untuk mencari-Nya, untuk mengenal-Nya, dan untuk mencintai-Nya dengan segala kekuatannya. Ia memanggil semua manusia yang sudah tercerai-berai satu dari yang lain oleh dosa ke dalam kesatuan keluarga-Nya, Gereja. Ia melakukan seluruh usaha itu dengan perantaraan Putera-Nya, yang telah Ia utus sebagai Penebus dan Juru Selamat, ketika genap waktunya. Dalam Dia dan oleh Dia Allah memanggil manusia supaya menjadi anak-anak-Nya dalam Roh Kudus, dan dengan demikian mewarisi kehidupan-Nya yang bahagia.� (KGK 1).

Dari hal ini, dapat kita lihat bahwa Pengutusan Putera, Pendirian Gereja-Nya, dan Karya Roh Kudus adalah rencana keselamatan Allah bagi kita. Poin kedua, pendirian Gereja, seringkali diabaikan atau bahkan ditolak oleh umat Katolik sendiri. Iman Katolik selalu mengajarkan bahwa Kristus HANYA mendirikan Gereja Katolik di atas St. Petrus sebagai Sarana Keselamatan Universal. Kristus memang mendirikan Gereja dan Gereja menjadi tanda cintakasih-Nya bagi kita. Bapa Gereja perdana, St. Klemens dari Alexandria mengatakan, �Sebagaimana kehendak Allah adalah satu karya dan bernama dunia, demikian rencana-Nya adalah keselamatan manusia, dan ini namanya Gereja."

Selanjutnya, bagaimana kita bisa diselamatkan oleh penebusan Kristus, digabungkan dalam Gereja-Nya, dan diangkat menjadi anak-anak Allah dan pewaris kebahagiaan abadi? Kita dapat memperolehnya oleh karena PEMBAPTISAN yang kita terima. KGK 1257 menyatakan, �Gereja tidak mengenal sarana lain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi.� Allah menghendaki kita mengambil bagian dalam kebahagiaan-Nya melalui Pembaptisan. Kita perlu tahu bahwa karena Pembaptisan, kita bisa mengalami rencana keselamatan dari Allah. Pembaptisan yang kita terima membuahkan:
1. Pengampunan seluruh dosa kita (bdk. Katekismus Gereja Katolik 1263 dan 1279)
2. Pemberikan meterai tak terhapuskan yang menggabungkan kita dengan Kristus (bdk. KGK 1272-1274 dan 1279)
3. Persatuan dengan Gereja-Nya (bdk. KGK 1267 dan 1279)
4. Pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah (bdk. KGK 1265 dan 1279)
5. Kesatuan Sakramental dari Kesatuan Kristen (bdk. KGK 1271)

Tetapi kebahagiaan bersama Allah yang kita terima melalui pembaptisan dapat hilang bila kita tidak melakukan perbuatan cinta kasih dan malah melakukan dosa berat. Seperti kata St. Yakobus, iman tanpa perbuatan adalah mati.

Berbahagialah kita semua karena Pembaptisan yang kita terima tetapi tetaplah kerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar untuk dapat memperoleh kebahagiaan abadi bersama Allah.

Pax et Bonum

Sunday, January 15, 2012

Kompendium Katekismus Gereja Katolik tentan Pewarisan Wahyu Ilahi


Kompendium Katekismus Gereja Katolik tentang PEWARISAN WAHYU ILAHI beserta Komentar singkat dari Indonesian Papist.

11. Mengapa dan dengan cara bagaimana wahyu ilahi itu diwariskan? Allah menghendaki agar manusia diselamatkan dan sampai pada pengetahuan akan kebenaran (1Tim 2:4), yaitu Yesus Kristus. Karena alasan inilah, Kristus harus diwartakan kepada semua menurut perintah-Nya, �Pergilah dan ajarlah segala bangsa� (Mat 28:19). Dan, ini diwariskan oleh Tradisi Apostolik.

Komentar: Allah tidak hanya menghendaki kita diselamatkan tetapi juga sampai pada pengetahuan akan Yesus Kristus dan seluruh ajaran-Nya, bukan hanya sebagian atau setengah saja. Kristus adalah sumber kebenaran. Kita tidak dapat memilih sebagian ajaran Yesus Kristus yang menyenangkan kita dan menolak yang lainnya yang tidak menyenangkan kita.

12. Apa Tradisi Apostolik itu?
Tradisi Apostolik adalah pewarisan pesan Kristus, yang diturunkan sejak awal Kekristenan melalui khotbah, kesaksian, institusi, ibadah, dan tulisan-tulisan yang diilhami. Para Rasul mewariskan apa yang sudah mereka terima dari Kristus dan belajar dari Roh Kudus kemudian terus berlanjut kepada pengganti-pengganti mereka, para Uskup, dan melalui mereka kepada semua generasi sampai akhir dunia.

Komentar: Tradisi Apostolik adalah sumber deposit ajaran iman dari Yesus Kristus. Kristus mengutus Roh Kebenaran yaitu Roh Kudus untuk membantu Para Rasul dan Para Pengganti Rasul menggali deposit ajaran iman ini. Roh Kebenaran menghindarkan mereka dari kesesatan untuk mengajarkan ajaran iman dari Yesus Kristus kepada kita dan juga menjaga agar Tradisi Apostolik itu tetap murni. Disini pula terlihat pentingnya kita melihat dan mempelajari Pengajaran Para Bapa Gereja Perdana karena merekalah yang paling dekat dalam menerima Tradisi Apostolik. Misalnya, St. Ignasius dari Antiokia, St. Polikarpus dari Smirna dan St. Papias yang adalah para murid St. Yohanes Rasul. Mereka adalah pendengar utama pengajaran Rasul Yohanes Sang Penulis Injil keempat. Dari mereka, kita bisa mengetahui bagaimana ajaran Para Rasul dan Gereja Perdana.

13. Bagaimana terjadinya Tradisi Apostolik?
Tradisi Apostolik terjadi dalam dua cara: melalui pewarisan langsung Sabda Allah (yang disebut sebagai Tradisi) dan melalui Kitab Suci yang merupakan pewartaan keselamatan yang sama dalam bentuk tulisan.

Komentar: Di sini jelas bahwa Kekristenan sejati  bukanlah "agama buku", melainkan agama dari Sabda Allah yang hidup. Kekristenan sejati tidak mendasarkan ajaran imannya dari Kitab Suci saja. Scriptura (Kitab) tidak identik dengan Verbum Dei (Sabda Allah). KKGK 13 ini juga sejalan dengan pengajaran St. Paulus
2 Thessalonians 2:15 (KJV)
Therefore, brethren, stand fast, and HOLD THE TRADITIONS which ye have been taught, whether by word, or our epistle.
2 Tesalonika 2:15
Sebab itu, berdirilah teguh dan BERPEGANGLAH PADA TRADISI-TRADISI yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara LISAN, maupun secara TERTULIS.

14. Apa hubungan antara Tradisi dan Kitab Suci?
Tradisi dan Kitab Suci berhubungan erat dan saling melengkapi. Masing-masing menghadirkan misteri Kristus dan berbuah di dalam Gereja. Kedua hal ini mengalir dari satu sumber ilahi yang sama, dan bersama-sama membentuk khazanah iman yang suci dan dari sinilah Gereja mendapatkan kepastian tentang wahyu.

Komentar: Kita tidak dapat menolak Tradisi sebagai sumber ajaran iman kita. Mengabaikan Tradisi sama dengan mengabaikan sebagian Tradisi Apostolik dan sama juga dengan mengabaikan sebagian ajaran Kristus. Harap juga bedakan antara (T)radisi dengan (t)radisi. Yang kapital adalah wahyu ilahi, yang non-kapital adalah hasil kultur manusia.

15. Kepada siapa iman ini dipercayakan?
Para Rasul mempercayakan khazanah iman ini kepada seluruh Gereja. Berkat makna iman yang adikodrati inilah umat Allah secara keseluruhan, dengan bimbingan Roh Kudus dan dituntun oleh Kuasa Mengajar Gereja, tidak pernah berhenti untuk menerima, meresapkan lebih dalam, dan menghayati anugerah wahyu ilahi ini secara lebih penuh.

Komentar: Tentu yang dimaksud dengan Gereja di sini adalah Gereja Katolik, yaitu Persekutuan umat beriman yang didirikan oleh Yesus Kristus dengan Petrus dan Para Rasul sebagai gembala Gereja ini dan tugas penggembalaan atas Gereja Katolik ini diteruskan kepada Para Paus dan Uskup Pengganti Para Rasul.

Di sini kita perlu mengakui dengan rendah hati bahwa DARI GEREJALAH kita menerima iman akan Kristus. Kita tidak bisa berkata "Aku mencintai Kristus, tetapi menolak Gereja." Melihat fakta yang ada, Kitab Suci dan Tradisi yang berisi Tradisi Apostolik kita terima semuanya dari Gereja. Dari Gereja, kita mengetahui pengetahuan akan Sang Kebenaran. Iman Katolik bukanlah semata-mata Iman Individual, tetapi juga Iman Komunal. Kita beriman kepada Kristus BERSAMA Gereja. Tanpa beriman bersama Gereja, Iman kita bukanlah iman yang otentik.

Anda perlu tahu juga bahwa St. Paulus sendiri menyatakan bahwa Gereja adalah Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran.
1Tim 3:15 Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni GEREJA dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran. 
1Tim 3:15 But if I tarry long, that thou mayest know how thou oughtest to behave thyself in the house of God, which is the CHURCH of the living God, the pillar and ground of the truth.

16. Kepada siapa diberikan tugas untuk menafsirkan khazanah iman ini secara autentik?
Tugas untuk memberikan tafsir autentik terhadap khazanah iman ini dipercayakan kepada otoritas Kuasa Mengajar Gereja, yaitu pengganti Petrus, Uskup Roma, dan para Uskup yang ada dalam kesatuan dengannya. Dalam pelayanan Sabda Allah, pengajaran resmi ini mempunyai karisma kebenaran, dan kepadanya juga diberi tugas untuk merumuskan dogma yang merupakan rumusan kebenaran yang terdapat dalam wahyu Ilahi. Otoritas pengajaran resmi ini juga diperluas pada kebenaran-kebenaran lain yang mempunyai hubungan erat dengan wahyu.

Komentar: Di sini kita juga perlu dengan rendah hati mengurangi atau bahkan menghilangkan prinsip "menurut saya" dan mulai mencari tahu bagaimana "menurut Gereja" mengenai ajaran Yesus Kristus. Yesus berjanji menjaga Gereja-nya supaya alam maut tidak menguasai Gereja tersebut dan memberikan kepada Gereja kuasa "mengikat dan melepaskan" atas umat beriman (Mat 16:18-19). Kuasa "mengikat dan melepaskan" ini dalam tradisi rabinikal berarti kuasa untuk menyatakan mana yang boleh dan mana yang tidak, mana yang benar dan mana yang sesat. Ahli Taurat dan Kaum Farisi dulu memiliki kuasa ini atas orang-orang Israel tetapi mereka tidak disertai oleh Roh Kebenaran sehingga ajaran mereka dapat sesat. Kristus menggenapi kuasa ini dalam Gereja dengan mengutus Roh Kebenaran yaitu Roh Kudus untuk menyertai Gereja senantiasa sepanjang masa sehingga Gereja bebas dari kesesatan ajaran iman dan moral.

Coba anda bayangkan bila setiap orang berprinsip "menurut saya" tentang suatu ajaran dari Yesus Kristus. Akan ada 7 miliar pendapat "menurut saya" tentang suatu ajaran dari Yesus. Lalu mana yang benar? Allah kita bukanlah Allah yang senang akan kekacauan dan kebingungan oleh karena prinsip "menurut saya" ini, oleh karena itu Yesus Kristus memberikan kuasa mengajar kepada Gereja supaya kita tahu mana ajaran yang benar dan mana yang tidak.

17. Apa hubungan antara Kitab Suci, Tradisi, dan Kuasa Mengajar?
Kitab Suci, Tradisi, dan Kuasa Mengajar berhubungan erat satu sama lain sedemikian sehingga yang satu tidak dapat ada tanpa yang lain. Dengan bekerja sama, masing-masing dengan caranya sendiri, ketiga hal tersebut memberikan sumbangan secara efektif bagi keselamatan jiwa-jiwa di bawah naungan karya Roh Kudus.

Komentar: Tanpa Kitab Suci tidak ada Tradisi dan Kuasa Mengajar (Magisterium). Tanpa Tradisi tidak ada Kitab Suci dan Magisterium. Tanpa Magisterium, Kitab Suci dan Tradisi Suci juga tidak. Contoh sederhana: "Di mana dalam ayat Kitab Suci yang menyatakan bahwa HANYA ada empat Injil; Matius, Markus, Lukas, Yohanes?" atau bisa juga pertanyaannya seperti ini "Di mana dalam Kitab Suci tercantum daftar-daftar Kitab yang diinspirasi oleh Roh Kudus?". Anda tidak akan bisa menemukannya dalam Kitab Suci, tetapi anda bisa menemukan jawabannya pada Tradisi dan Magisterium. Magisterium dengan bantuan Tradisi mengkanonisasi Kitab Suci. Di sini jelas bahwa Kitab Suci tidak ada tanpa Tradisi dan Magisterium, begitu juga sebaliknya.

Pax et Bonum, semoga bermanfaat.

Gambar dalam KKGK � Yesus Memberikan Komuni Kudus kepada Para Rasul


Joos van Wassenhove, Jesus Gives Communion to the Apostles, National Gallery of the Marches, Urbino.

Gambar dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik � Yesus Memberikan Komuni Kudus kepada Para Rasul

Dalam lukisan ini, digambarkan Yesus mendekati para Rasul-Nya di meja perjamuan dan memberikan Komuni kepada mereka satu persatu. Ini termasuk jenis lukisan yang memberi kejelasan akan penghormatan Gereja yang besar terhadap Ekaristi selama berabad-abad.

�Tanpa hari Tuhan, kita tidak dapat hidup,� kata seorang martir Emeritus pada permulaan abad ke-4 dalam salah satu penganiayaan terhadap orang Kristen yang paling kejam, yaitu pada zaman Kaisar Diocletianus tahun 304. Ketika dituduh ambil bagian dalam Ekaristi dengan komunitasnya, dia mengakuinya tanpa ragu-ragu: �Tanpa Ekaristi, kami tidak dapat hidup.� Dan, salah satu martir menambahkan: �Ya, saya hadir dalam pertemuan, dan saya merayakan Perjamuan Allah dengan saudara saudara saya karena saya seorang Kristen� (Kesaksian para Martir Abitene, bab 11 dan 7:16). Karena kesetiaan mereka pada Ekaristi, empat puluh sembilan martir dari Afrika Utara dihukum mati. Ekaristi Allah adalah kehidupan yang sejati bagi Saturninus dan teman-teman martir dari Abitene di Afrika prokonsuler. Mereka memilih lebih baik mati daripada tidak menyantap Makanan Ekaristi, Roti Kehidupan.

Santo Thomas Aquinas mempunyai kebiasaan setiap tengah hari masuk gereja, dan meletakkan dahinya pada tabernakel dengan sikap percaya dan pasrah untuk berbicara secara pribadi dan intim dengan Tuhan Ekaristis. Teolog besar dari Abad Pertengahan ini juga terkenal karena mengarang doa-doa liturgi untuk pesta Tubuh Tuhan. Dia mengungkapkan semua devosinya yang mendalam terhadap Ekaristi.

Dalam himne Doa Pagi (Verbum Supernum Prodiens), terdapat sintesis spiritualitas Katolik tentang Ekaristi:

�Ketika Yesus akan diserahkan untuk kematian oleh pengkhianat dan sekutu-sekutunya, Yesus menyerahkan Diri-Nya sebagai makanan kehidupan kepada para murid-Nya. Kepada mereka, Yesus memberikan Tubuh dan Darah, dalam dua macam tanda supaya manusia mendapatkan makanan seutuhnya dengan dua macam substansi. Dengan kelahiran-Nya, Yesus menjadi teman kita; dengan duduk bersama di meja perjamuan, Dia menjadi makanan kita, dengan kematian-Nya; Dia menjadi hadiah bagi kita�.

Aquinas, yang menyebut Ekaristi sebagai �puncak dan kesempurnaan seluruh hidup spiritual�, tidak lain mau mengungkapkan kesadaran iman Gereja yang percaya kepada Ekaristi sebagai kehadiran Yesus secara nyata di antara kita dan sebagai makanan yang mutlak perlu untuk hidup spiritual. Ekaristi merupakan benang emas yang menghubungkan Perjamuan Malam Terakhir dengan semua zaman yang dilalui oleh Gereja sampai masa kita sekarang ini.  Kata-kata konsekrasi, �Inilah Tubuh-Ku� dan �Inilah Darah-Ku�, diucapkan di segala waktu dan tempat, bahkan di gulag-gulag, di kamp-kamp konsentrasi, dan di ribuan penjara yang ada sampai sekarang ini. Di atas landasan Ekaristi inilah Gereja mendasarkan hidup, kesatuan, dan perutusannya.
 
Ket: Situs resmi Vatikan (vatican.va) menyediakan buku elektronik (e-book) Kompendium Katekismus Gereja Katolik dalam bahasa Indonesia yang dapat didownload dengan gratis. Kaum awam sangat disarankan untuk membaca Kompendium Katekismus Gereja Katolik ini.

Pax et Bonum