Latest News

Showing posts with label Katekese. Show all posts
Showing posts with label Katekese. Show all posts

Wednesday, August 24, 2011

Di Luar Yesus Kristus Dan Gereja Katolik Tidak Ada Keselamatan


1. Di luar Yesus Kristus tidak ada keselamatan
�Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.� (Kis 4:12)

Kata Yesus kepadanya: �Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.� (Yoh 14:6)

2. Di luar Gereja Katolik tidak ada keselamatan
Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan. (Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium 14)
"Ini adalah ajaran terakhir kami bagi kamu; terimalah, torehkanlah di pikiran kamu, kamu semuanya; Berdasarkan perintah Allah, keselamatan tidak bisa ditemukan dimanapun kecuali didalam Gereja." (Paus Leo XIII dalam Ensiklik Annum Ingressi Sumus) 


"Perahu Gereja dituntun oleh Kristus dan wakilNya... Hanya inilah yang membawa para murid dan menerima Kristus. Betul bahwa perahu ini dilemparkan ke laut, tapi diluarnya seseorang akan lenyap dengan seketika. Keselamatan hanya ada di Gereja; diluarnya siapapun lenyap."  (Paus Yohanes Paulus I, First Allocution, August 27, 1978, L'Osservatore Romano, August 28,29, 1978.) 


Tidak ada keselamatan diluar Gereja. Hanya dari dia-lah (Gereja) kuasa hidup menuju Kristus dan RohNya mengalir secara pasti dan secara penuh, untuk memperbaharui seluruh kemanusiaan, dan karenanya mengarahkan setiap manusia untuk menjadi bagian dari Tubuh Mistik Kristus." (Pope John Paul II, Radio Message for Franciscan Vigil in St. Peter's and Assisi, October 3, 1981, L'Osservatore Romano, October 12, 1981.)

3. Yesus Kristus dan Gereja Katolik adalah satu, tidak terpisahkan. Dengan demikian, di luar Yesus Kristus dan Gereja Katolik, tidak ada keselamatan.
"Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." (Bapa Gereja dan murid St. Yohanes Penulis Injil, St. Ignatius of Antioch dalam Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 107]).

"Bacalah surat Santo Paulus: �Corpus Christi quod est Ecclesia (Kol:18)�. Kristus dan Gereja adalah hal yang satu. Kristus lah kepala, Gereja lah Tubuh-Nya. Tidak lah mungkin memiliki iman dan berkata, �Aku percaya pada Yesus tetapi aku tidak menerima Gereja.� (Pope John Paul I, General Audience on September 13, 1978)"

"Seluruh Kristus, Kepala dan Tubuh, satu dari yang banyak... Apakah Kepala yang berbicara atau Tubuh yang berbicara, selalu Kristuslah yang berbicara: Ia berbicara baik dalam peranan-Nya sebagai Kepala [ex persona capitis], maupun dalam peranan Tubuh (ex persona corporis). Apa yang tertulis? 'Keduanya menjadi satu daging. Itu adalah rahasia yang sangat dalam; saya mengenakannya kepada Kristus dan Gereja' (Ef 5:31- 32). Dan Tuhan sendiri berkata dalam Injil: 'Jadi mereka bukan lagi dua melainkan satu daging' (Mat 19:6). Seperti kamu tahu, ada dua pribadi tetapi di pihak lain hanya satu oleh hubungan perkawinan... Sebagai kepala Ia menamakan diri mempelai pria, sebagai tubuh mempelai wanita" (Bapa Gereja St. Agustinus, Psal. 74,4 � sebagaimana yang dikutip dalam KGK 796).

4. Berada di dalam Gereja Katolik mutlak perlu untuk keselamatan.
�Berada dalam Gereja, Tubuh Mistik Kristus, meskipun secara implisit dan sungguh secara misterius, adalah syarat esensial untuk keselamatan.� (Beato Yohanes Paulus II, Audiensi Umum 31 Mei 1995)

"Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang tidak hidup dalam Gereja Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat dan skismatik tidak bisa menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi 'ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya' (Mat 25:41), kecuali sebelum akhir hidupnya mereka ditambahkan ke kumpulan domba; dan kesatuan dari tubuh Gereja begitu kuatnya sehingga hanya kepada mereka yang berada didalam kesatuan tersebut sakramen Gereja berdaya untuk keselamatan. Dan [hanya didalam Gerejalah] puasa, kemurahan dan fungsi kebaikan kristen lain bisa memberikan hadiah, dan bahwa tidak seorangpun, apapun kemurahan yang dia lakukan, bahkan bila dia telah menumpahkan darah untuk nama Kristus, bisa diselamatkan, kecuali dia berada didalam pelukan dan kesatuan dari Gereja Katolik."  (Paus Eugenius IV dan Konsili Florence, 1438-1445)

5. Perlunya pembaptisan untuk keselamatan.
Pembaptisan adalah Sakramen iman. Iman membutuhkan persekutuan umat beriman. Setiap orang beriman hanya dapat beriman dalam iman Gereja. � KGK 1253

Tuhan sendiri mengatakan bahwa Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan. Karena itu, Ia memberi perintah kepada para murid-Nya, untuk mewartakan Injil dan membaptis semua bangsa. Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan orang-orang, kepada siapa Injil telah diwartakan dan yang mempunyai kemungkinan untuk memohon Sakramen ini. Gereja tidak mengenal sarana lain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi. � KGK 1257

6. Mengapa Pembaptisan perlu untuk keselamatan? Karena Pembaptisan menggabungkan seseorang ke dalam Tubuh Mistik Kristus, Gereja Katolik. Lihat poin 4 yang menyatakan bahwa berada dalam Gereja Katolik adalah syarat esensial untuk keselamatan.

Pembaptisan menjadikan kita anggota-anggota Tubuh Kristus. "Kita adalah sesama anggota" (Ef 4:25). Pembaptisan menggabungkan kita ke dalam Gereja. Dari dalam bejana pembaptisan dilahirkanlah umat Allah Perjanjian Baru yang unik, yang mengatasi semua batas alami dan manusiawi menyangkut negara, kebudayaan, bangsa, dan keturunan. "Dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka telah dibaptis menjadi satu tubuh" (1 Kor 12:13). � KGK 1267

Buah Pembaptisan atau rahmat Pembaptisan itu bermacam-macam: pengampunan dosa asal dan semua dosa pribadi; kelahiran untuk hidup baru, yang olehnya manusia menjadi anak angkat Allah, anggota Kristus dan kenisah Roh Kudus. Orang yang dibaptis digabungkan dengan Gereja, Tubuh Kristus, dan mengambil bagian dalam imamat Kristus. � KGK 1279

7. Lalu, apakah menjadi Katolik pasti selamat? Jawabnya tidak.
Dimasukkan sepenuhnya kedalam sertifikat Gereja mereka, yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata-susunan Gereja serta semua upaya keselamatan yang diadakan didalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabunggkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan para uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni: pengakuan iman, sakramen-sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih;  jadi yang �dengan badan� memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak �dengan hatinya�. Pun hendaklah semua Putera Gereja menyadari, bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan, malahan akan diadili lebih keras. (Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium 14)

8. Lalu, bagaimana dengan mereka yang belum pernah mendengar atau mengenal Yesus Kristus dan Gereja-Nya sehingga secara eksplisit berada di luar Gereja Katolik tetapi hidup kudus, secara tulus mencari Allah dan melakukan hal-hal positif menurut ajaran Kristus dan GerejaNya? Apakah mereka bisa selamat?
Jawabnya mereka bisa selamat.

Bagaimanapun, bagi mereka-mereka yang belum menerima proklamasi Injil, seperti yang saya tulis di Ensiklik Redemptoris Missio, keselamatan dapat diakses dengan cara yang misterius, sejauh rahmat ilahi diberikan kepada mereka berdasarkan pengorbanan penebusan Kristus, tanpa keanggotaan yang tampak di dalam Gereja, tetapi selalu dalam kaitannya dengan dirinya (cf. RM 10). Ini merupakan hubungan misterius. Ini adalah misteri bagi mereka yang menerima rahmat, karena mereka tidak tahu Gereja dan kadang-kadang bahkan secara lahiriah menolaknya. Hal ini juga misterius dalam dirinya sendiri, karena terkait dengan misteri rahmat penyelamatan, yang mencakup referensi hakiki pada Gereja yang didirikan Juruselamat. Supaya berlaku, anugerah keselamatan membutuhkan penerimaan, kerjasama, sebuah ya untuk karunia ilahi. Penerimaan ini, setidaknya secara implisit, berorientasi kepada Kristus dan Gereja. (Beato Yohanes Paulus II, Audiensi Umum 31 Mei 1995)
Gereja mengenal pembaptisan lain selain Sakramen Pembaptisan (Baptisan air) yaitu, baptis darah dan baptis rindu yang memberikan buah-buah pembaptisan yang sama dengan Sakramen Pembaptisan. Mengenai buah-buah pembaptisan, lihat pada no.6 artikel ini yang mengutip KGK 1279.
Gereja sudah sejak dahulu yakin bahwa orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh kematiannya. Pembaptisan darah ini demikian pula kerinduan akan Pembaptisan menghasilkan buah-buah Pembaptisan walaupun tidak merupakan Sakramen.  � KGK 1258

Bagi para katekumen yang mati sebelum Pembaptisan, kerinduan yang jelas untuk menerima Pembaptisan, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih sudah menjamin keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui Sakramen itu. � KGK 1259

9. Apakah kenyataan bahwa orang-orang dengan kondisi pada no.8 dapat diselamatkan menunjukkan bahwa dogma �Di luar Gereja tidak ada keselamatan� dianulir atau digantikan dengan ajaran �Di luar Gereja ada keselamatan� ?
Jawabnya tidak

Mengulang pernyataan Beato Yohanes Paulus II di atas,
Berada dalam Gereja, Tubuh Mistik Kristus, meskipun secara implisit dan sungguh secara misterius, adalah syarat esensial untuk keselamatan.�
Mereka yang berada pada kondisi no.8 diselamatkan karena mereka berada dalam Gereja Katolik. Mereka digabungkan ke dalam Gereja melalui pembaptisan yang mereka terima.

sumber-sumber:
Pax et Bonum

Monday, August 15, 2011

St. Josemaria Escriva: "...Satu-satunya Kebebasan-yang dapat menyelamatkan manusia adalah kebebasan Kristen"


Tidaklah benar bahwa menjadi seorang Katolik yang baik berarti bertentangan dengan melayani masyarakat dengan tulus. Dengan cara yang sama tidak ada alasan mengapa Gereja dan Negara harus berbenturan ketika mereka melaksanakan otoritas masing-masing, dalam pemenuhan misi Allah yang telah dipercayakan kepada mereka. 
Mereka yang menegaskan sebaliknya (bahwa menjadi Katolik yang baik berarti tidak bisa melayani masyarakat dgn tulus, atau Gereja dan Negara pasti berbenturan, terj) adalah pembohong, ya, pembohong! 
Mereka adalah orang-orang yang sama yang menghormati kebebasan palsu, dan meminta kita umat Katolik untuk melakukan kemauan mereka, kembali ke katakombe. (Furrow, 301) 


Kita [tetap] akan menjadi 'budak' bagaimanapun. Karena kita harus melayani, terlepas apakah kita suka atau tidak, ini kodrat kita sebagai manusia; maka tidak ada hal yang lebih baik daripada menyadari bahwa Cinta telah membuat kita menjadi budak Allah. 
Saat kita menyadari hal ini, kita berhenti menjadi budak dan menjadi teman, anak-anak [Allah]. 
Kemudian kita akan melihat perbedaannya: kita menemukan diri kita menangani pekerjaan jujur dari dunia dengan penuh semangat dan antusias, sama seperti orang lain, tetapi dengan rasa damai di kedalaman hati kita. 
Kita senang dan tenang, bahkan di tengah kesulitan, karena kita tidak meletakkan kepercayaan kita pada hal yang akan berakhir, tetapi pada apa yang kekal. Kami bukan anak-anak budak, tetapi (anak-anak) dari wanita merdeka. [Gal 4:31]. 



Dari mana kebebasan kita berasal? Itu berasal dari Kristus Tuhan kita. 
Ini adalah kebebasan yang Ia tebus bagi kita [Gal 4:31]. 
Itulah mengapa ia mengajarkan, "Apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu akan benar-benar merdeka" [Yoh 8:36]. 
Kita, orang Kristen, tidak perlu meminta orang lain untuk memberitahu kita arti sesungguhnya dari anugerah ini, karena satu-satunya kebebasan yang dapat menyelamatkan manusia adalah kebebasan Kristen. 


Saya ingin berbicara tentang petualangan kebebasan, karena itu menunjukkan bagaimana kehidupan Anda dan saya terungkap. Saya bersikeras bahwa adalah bebas -sebagai anak-anak dan bukan sebagai budak- bahwa kita mengikuti jalan yang telah Tuhan kita tandai untuk masing-masing dari kita. Kita menjalani kebebasan tindakan kita sebagai karunia dari Allah ... 


Kita bertanggung jawab kepada Allah atas semua tindakan yang kita lakukan dengan bebas. Tidak ada ruang di sini untuk anonimitas. Masing-masing menemukan dirinya berhadapan dengan Tuhan, dan mereka dapat memutuskan untuk hidup sebagai teman Tuhan atau sebagai musuh-Nya. 
Ini adalah awal dari jalur perjuangan batin yang merupakan tanggung jawab seumur hidup karena, selama kita berada di bumi ini, kita tidak akan pernah mencapai kebebasan penuh. (Friends of God, 35-36) 

St. Josemaria Escriva: "Keselamatan di dalam Gereja"


Kita tidak bisa melupakan bahwa Gereja bukan hanya sekedar jalan keselamatan, melainkan dialah satu-satunya jalan. Ini bukan pendapat manusia, tetapi kehendak yang diungkapkan Kristus: Dia yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. [23]

Itulah sebabnya kami menegaskan bahwa Gereja merupakan sarana yang diperlukan untuk [menuju] keselamatan. Sekitar abad kedua, Origenes menulis: Jika ada yang ingin diselamatkan, biarkan dia datang ke rumah ini sehingga ia dapat memperoleh keselamatan. . . Janganlah biarkan seorangpun menyesatkan dirinya sendiri: di luar rumah ini, yakni di luar Gereja, tidak akan ada yang diselamatkan. [24] Mengenai air bah tersebut, Santo Siprianus mengatakan: Jika seseorang selamat dengan berada di luar bahtera Nuh maka kita akan bisa mengakui bahwa orang yang meninggalkan Gereja bisa menghindarkan diri dari petaka. [25]


Extra ecclesiam, nulla salus. [Kalimat] ini adalah peringatan terus-menerus dari para Bapa Gereja.
Di luar Gereja Katolik Anda dapat menemukan semuanya kecuali keselamatan, demikian kata Santo Agustinus. Anda dapat memiliki kehormatan dan sakramen: Anda bisa menyanyi "Haleluya" dan menjawab "Amin" Anda dapat mengabarkan Injil, mengimani Bapa, Putera, dan Roh Kudus, dan memberitakan bahwa iman Tapi tidak pernah, kecuali dalam Gereja Katolik, Anda bisa menemukan keselamatan. [26]

Meskipun demikian, seperti disesalkan oleh Paus Pius XII sekitar dua puluh tahun lalu, beberapa [orang] mereduksi  ke kata-kata kosong mengenai perlunya untuk terhubung dengan Gereja yang sejati untuk mendapatkan keselamatan kekal. [27]

Dogma iman ini adalah akar karya co-redemptive Gereja (partisipasi unik Gereja dalam karya penebusan Kristus, terj). Dogma ini memerintahkan tanggung jawab apostolik yang berat bagi setiap orang Kristen. Di antara perintah-perintah Kristus, terungkap salah satunya perintah untuk menggabungkan diri dalam Tubuh Mistik-Nya melalui Pembaptisan.  
Dan Juruselamat kita tidak hanya memerintahkan supaya setiap orang masuk Gereja, tetapi juga menetapkan bahwa Gereja menjadi sarana keselamatan, yang tanpanya tidak ada yang dapat mencapai kerajaan surgawi yang mulia. [28]

Adalah masalah iman bahwa siapapun yang tidak di dalam Gereja tidak akan diselamatkan, dan siapa yang tidak dibaptis tidak masuk Gereja. Pembenaran (Justification) tidak dapat dilakukan setelah berlakunya Injil, tanpa adanya Baptisan atau keinginan untuk itu, demikian diputuskan oleh Konsili Trente. [29]

Ini merupakan permintaan terus-menerus dari Gereja yang di satu sisi merangsang kita kepada semangat kerasulan yang lebih besar, dan di sisi lain mewujudkan dengan jelas belas kasihan Allah yang tak terbatas kepada ciptaan-Nya. 

Beginilah penjelasan Santo Thomas [Aquinas]:
Sakramen Pembaptisan mungkin kurang / tidak lengkap (wanting) pada seseorang dengan dua cara.
Pertama, [kurang] dalam kenyataan dan keinginan, seperti halnya orang-orang yang tidak dibaptis atau tidak ingin dibaptis: yang jelas menunjukkan penghinaan terhadap sakramen bagi mereka yang sudah bisa menggunakan akal.
Akibatnya mereka yang  kekurangan Baptisan demikian adalah tidak dapat memperoleh keselamatan: karena baik secara sakramen maupun spiritual mereka tidak tergabung ke dalam Kristus, yang hanya melalui Dia keselamatan dapat diperoleh.
Kedua, sakramen Baptisan mungkin kurang lengkap pada seseorang pada kenyataannya, tetapi tidak dalam keinginan: misalnya, ketika seseorang ingin dibaptis, tetapi karena kurang beruntung dia dihentikan oleh kematian sebelum menerima Baptisan. Orang seperti itu dapat memperoleh keselamatan tanpa benar-benar dibaptis, karena [memiliki] keinginan untuk Baptisan, keinginan yang merupakan hasil dari "iman yang bekerja oleh kasih" dimana Allah, yang kekuasaan-Nya tidak terbatas dengan sakramen yang terlihat, menguduskan dalam hati manusia. [30]

Tuhan Allah kita tidak menghalangi seseorang untuk kebahagiaan supranatural dan abadi, meskipun ini adalah hadiah gratis, tidak ada seorang pun yang berhak, terutama setelah [terjadinya] dosa. Kemurahan-Nya tak terbatas.
Ini adalah masalah pengetahuan umum bahwa mereka yang menderita ketidaktahuan tak teratasi (invincible ignorance) terhadap agama kita yang paling suci, tapi dengan hati-hati menjalani semua ajaran Hukum Alam yang dipatrikan oleh Allah dalam hati semua orang, dan ingin mematuhi Allah dan menjalani kehidupan yang lurus, dapat memperoleh hidup kekal melalui karya berkhasiat cahaya ilahi dan rahmat. [31]

Hanya Tuhan yang tahu apa yang terjadi di dalam hati setiap orang, dan ia tidak berurusan dengan jiwa secara massal, tapi satu demi satu. Tak seorang pun di bumi ini bisa membuat penilaian tentang keselamatan kekal atau penghukuman dari setiap individu.

Janganlah kita lupa bahwa hati nurani bisa salah dan makin  keras hati akibat dosa, menolak tindakan Allah yang menyelamatkan. Itulah mengapa perlu untuk menyebarkan ajaran Kristus, kebenaran iman dan norma-norma moralitas Kristen. Itulah juga mengapa kita perlu sakramen-sakramen, yang semuanya diberikan oleh Yesus Kristus sebagai sumber kasih karunia-Nya [32] dan obat untuk kelemahan yang timbul dari sifat alami kita yang [gampang] jatuh. [33] Akhirnya, itu sebabnya kita perlu sering menerima sakramen Tobat dan Ekaristi.

Tanggung jawab yang mengagumkan dari semua anggota Gereja dan terutama gembala diperjelas dalam nasihat Santo Paulus:
"Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya: Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. [34]


=================
Catatan kaki:
23 Mark 16:16
24 Origen, In Iesu nave homilia, 5, 3; PG 12, 841
25 St Cyprian, De catholicae Ecclesiae unitate, 6; PL 4, 503
26 St Augustine, Sermo ad Cassariensis ecclesiae plebem, 6, PL 43, 456
27 Pius XII, Encyclical, Humani generis, AAS 42, p 570
28 Pius XII, Letter from the Holy Office to the Archbishop of Boston, Dz-Sch 3868
29 Council of Trent, De iustificatione, ch 4, Dz-Sch 1524
30 St Thomas, S. Th. III, q68 a2
31 Pius IX, Encyclical, Quanto conficiamur moerore, 10 August 1863, Dz-Sch 1677 (2866)
32 cf St Thomas, S. Th. III, q62 a1
33 cf ibid, q61 a2
34 2 Tim 4:1-4


sumber artikel terjemahan: Page Katolik Indonesia

Sunday, August 7, 2011

Saya Mengaku ... -Tentang Sakramen Tobat-



Sebagai umat Katolik kita mengimani bahwa Tuhan Yesus telah mendelegasikan kuasa pengampunan kepada imam. Harus diingat, bahwa ketika datang untuk mengaku dosa, kita datang  mengaku pada Tuhan Yesus bukan pada pribadi imam. Sebagaimana yang terjadi ketika Ekaristi pada saat konsekrasi, Tuhan Yesus  juga�meminjam pita suara� imam pada saat Sakramen Tobat, sehingga kata-kata  absolusi atau pengampunan yang diucapkan oleh imam, sebenarnya merupakan ucapan Yesus sendiri.

Sakramen Tobat harus dirayakan dengan penuh hormat dengan terlebih dahulu memeriksa batin kita. Jangan pernah menyiapkan Sakramen Tobat dengan asal-asalan, tanpa memeriksa batin.Sakramen Tobat hendaknya dipandang bukan sebagai sarana untuk mencuci jiwa kita dari dosa melainkan sebagai bentuk sesal kita apabila kita telah melukai Tuhan. Jadi, pengakuan dosa mengandaikan adanya RELASI PRIBADI DENGAN TUHAN. Bagaimana kita tahu kalau kita melukai hati Tuhan?


Berkat Sakramen Baptis, maka Roh Kudus berdiam di hati kita. Ia akan membimbing kita kepada seluruh kebenaran. Tidak mungkin Roh Kudus menolak untuk memberitahu dosa-dosa kita, jikalau kita memang berniat mengakuinya dengan tulus. Dalam pemeriksaan batin, kita menyerahkan hati nurani pada Roh Kudus karena "Di lubuk hati nuraninya manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri, tetapi harus ditaatinya. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan untuk menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jauhkanlah ini, elakkanlah itu. Sebab dalam hatinya manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu,... Hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam batinnya" (GS 16). KGK 1776

Sesuatu yang indah dalam Gereja Katolik adalah bahwa keseluruhan keberadaan kita sebagai manusia, yaitu jiwa dan raga kita, dapat terlibat dalam karya penyelamatan Allah lewat Sakramen.  Manusia adalah makhluk jasmani sekaligus rohani. Kita mendengar bisikan Roh Kudus yg lembut dan menyadarkan kita akan dosa lewat telinga hati kita, kemudian kita mendengar suaraNya kembali dengan suara yg jelas lewat telinga jasmani kita, yaitu melalui suaraNya dalam Pribadi yang lain, melalui Pribadi Putra, yang mengampuni kita dengan perantaraan imam.

Seturut Katekismus Gereja Katolik (KGK 1454) yang berkata, �Sangat dianjurkan, agar orang mempersiapkan diri untuk penerimaan Sakramen Pengampunan, melalui pemeriksaan batin dalam terang Sabda Allah. Teks-teks yang paling cocok untuk itu terdapat di dalam nasihat-nasihat moral dari Injil-Injil dan surat-surat para Rasul: dalam khotbah di bukit dan nasihat para Rasul Bdk. misalnya Rm 12-15; 1 Kor 12-13; Gal 5; Ef 4-6.. �maka panduan-panduan yang digunakan untuk memeriksa batin dapat berdasar pada Sepuluh Perintah Allah, Lima Perintah Gereja, Tujuh Dosa Pokok, Empat Dosa yang Teriakannya Sampai ke Surga, Enam Dosa melawan Roh Kudus, Sembilan Cara Membuat Orang Lain Berdosa.

Berapa Kali Aku Melakukannya dalam 1 Bulan/Minggu/Hari Sejak Terakhir Kali Aku Mengaku Dosa?

Sepuluh Perintah Allah

Perintah Pertama
1.            Menyangkal atau meragukan iman?
2.            Menggerutu pada Allah?
3.            Putus asa dalam belas kasihanNya?
4.            Melewatkan doa harian pribadi?
5.            Pergi beribadah di tempat lain?
6.            Berbicara menentang imam, Gereja, atau iman Katolik?
7.            Pergi ke peramal?
8.            Terlibat dengan okultisme (kuasa gelap)?
9.            Terlibat praktik takhyul?
10.          Terlibat materialisme?
11.          Memilih secara bebas untuk berbuat jahat?
12.          Membaca buku yg bertentangan dengan iman?


Perintah kedua
1.            Mengutuk dengan menggunakan nama Tuhan/Yesus?
2.            Mengatakan pada orang lain: allah mengutukmu?
3.            Mengutuk anak/istri/suami?
4.            Mengutuk di depan anak kecil (sehingga memberi teladan buruk)?
5.            Bersumpah dengan terburu-buru?
6.            Memprovokasi orang lain untuk mengutuk?
7.            Tidak mencegah diriku sedapat mungkin untuk mengutuk?
8.            Berbicara menentang orang kudus, praktik-praktik kesalehan?

Perintah Ketiga
1.            Melewatkan Misa dan Hari Raya Wajib karena kesalahanku sendiri?
2.            Melewatkan Hari Mainggu dan Hari Raya Wajib dengan aktivitas dosa?
3.            Terlambat mengikuti Misa karena kesalahan sendiri?
4.            Tidak berkonsentrasi ketika Misa?
5.            Bekerja di hari Minggu / Hari Raya Wajib, walaupun sebenarnya tidak perlu?

Perintah Keempat
Untuk Anak
1.            Tidak menaati mereka?
2.            Membuat mereka marah?
3.            Menggunakan kata-kata kasar yang menghina?
4.            Menyia-nyiakan gaji yang kuperoleh yang seharusnya bisa kuberikan pada mereka?
5.            Tidak mendukung (atau menopang kehidupan) mereka?
6.            Memprovokasi saudara/i untuk melawan mereka?
7.            Mengabaikan untuk mengabari mereka (jika terpisah jauh)? Tidak mengirim bantuan?
8.            Mengabaikan mereka dalam sakit dan pada waktu mati?

Untuk Suami/Ayah
1.            Mendukakan atau menganiaya istri?
2.            Menuduh istri?
3.            Lalai menghidupi keluarga?
4.            Memberi contoh buruk pada anakku?
5.            Lalai mengkoreksi kesalahan anakku?
6.            Lalai mengajarkan agama?
7.            Ikut campur (tidak mendukung) terhadap panggilan religius yang mereka rasakan?

Untuk Istri
1.            Tidak menaati suamiku?
2.            Menyebabkan anakku tidak menghormati ayah mereka?
3.            Membicarakan kesalahan suamiku pada anak dan tetangga dengan tujuan tidak baik?
4.            Lalai mengkoreksi kesalahan anakku?
5.            Memberi contoh buruk pada anakku?
6.            Lalai mengajarkan agama?
7.            Ikut campur (tidak mendukung) terhadap panggilan religius yang mereka rasakan?


Perintah Kelima
1.            Aku marah?
2.            Aku menyebabkan orang lain marah?
3.            Bertengkar atau beradu mulut (tidak dengan tujuan baik)?
4.            Menginginkan kematian orang lain
5.            Menyebarkan kebencian pada orang lain?
6.            Menyetujui atau menggunakan alat kontrasepsi?
7.            Menolak untuk berdamai dengan orang lain?
8.            Lalai sehingga menyebabkan orang lain meninggal?
9.            Membuat malu  keluarga, sekolah, komunitas,atau Gereja?
10.          Menyebarkan kabar bohong tentang orang lain?
11.          Membuat orang lain berdosa dengan perkataan atau contoh hidup?
12.          Menggunakan narkoba?


Perintah Keenam dan Kesembilan
1.            Melakukan seks pranikah,termasuk oral seks?
2.            Menikmati pikiran kotor?
3.            Memiliki keinginan kotor?
4.            Berbicara yang tidak senonoh?
5.            Mengumbar dosa ketidakmurnian?
6.            Menyanyikan atau mendengarkan lagu yang tidak senonoh?
7.            Membaca buku atau tulisan yang tidak senonoh?
8.            Berpenampilan tidak senonoh?
9              Menyimpan, mempertunjukan, atau melihat pornografi?
10.          Pergi ke tempat yang menawarkan hiburan tidak senonoh?
11.          Melakukan tindakan tidakan senonoh?
12.          Melakukan seks sesama jenis?
13.          Melakukan tindakan senonoh seorang diri (melakukan masturbasi)?

Perintah Ketujuh dan Kesepuluh
1.            Mencuri barang?Senilai?
2.            Menimbulkan kerusakan barang, menipu perusahaan asuransi?
3.            Mengambil uang dari pegawaiku?
4.            Mencuri uang sekian namun hanya mengembalikan sekian, walau aku mampu?
5.            Aku membuang-buang waktu dalam pekerjaan?
6.            Mencelakakan orang lain dalam pekerjaan mereka?
7.            Dengan sengaja melalaikan pembayaran rekening atau utang?
8.            Memalsukan ukuran kuantitas?
9.            Menipu mereka yang saya pekerjakan?
10.          Tidak mendistribusikan upah pegawai dengan adil?
11.          Menginginkan milik sesama secara tidak adil?


Perintah Kedelapan
1.            Berkata bohong?
2.            Pembunuhan karakter dengan menyebar fitnah?
3.            Menimbulkan masalah dalam pergaulan?
4.            Dengan sengaja berbohong untuk menyakiti sesama?
5.            Membocorkan kesalahan orang lain, walaupun sebenarnya tidak perlu?
6.            Dengan sengaja melanggar janji?
7.            Memfitnah orang lain?
8.            Mendorong orang yang melakukan fitnah?
9.            Gagal memperbaiki dosa perkataan?

Lima Perintah Gereja
1.            Melalaikan pengakuan dosa minimal setahun sekali dan komuni pada Masa Paskah?
2.            Melakukan pernikahan yang berlawanan dengan hukum Gereja?
3.            Tidak mendukung Gereja, padahal mampu?
4.            Tidak berpantang dan berpuasa pada hari yang ditentukan?
5.            Menyebabkan orang lain tidak berpantang atau berpuasa?

Tujuh Dosa Pokok
1.            Apa aku rakus?
2.            Memiliki kebiasaan mabuk-mabukan?
3.            Menyebabkan orang lain mabuk-mabukan?
4.            Malas-malasan dalam latihan rohani?
5.            Apa aku malas?
6.            Apa aku iri?
7.            Apakah aku ingin menikmati kesenangan-kesenangan yang melanggar kemurnian?
8.            Apa aku terobsesi pada materi?
9.            Apa aku terobsesi untuk balas dendam?
10.          Apakah aku kurang rendah hati?

Empat Dosa yang Teriakannya Sampai ke Surga
1.            Apa aku melakukan pembunuhan terncana (termasuk aborsi)?
2.            Apa aku melakukan dosa sodom (hubungan sex yang tidak wajar)?
3.            Apa aku menekan orang miskin?
4.            Apa aku menahan upah pegawai/buruh?

Enam Dosa melawan Roh Kudus
1.            Melakukan dosa dengan anggapan bahwa Allah pasti mengampuni?
2.            Begitu putus asa sampai tidak percaya kerahiman Allah?
3.            Menyerang atau mempertanyakan kebenaran yang sudah diketahui?
4.            Iri hati akan keutamaan orang lain?
5.            Enggan untuk menolak sesuatu (padahal diriku sudah tahu kalau itu dosa)?
6.            Menolak rahmat Roh Kudus pada waktu mendekati ajal?

Sembilan Cara Membuat Orang Lain Berdosa
1.            Menasihati orang untuk berbuat dosa?
2.            Memerintahkan orang untuk berdosa?
3.            menyetujui orang berbuat dosa?
4.            Memprovokasi orang agar berdosa?
5.            Memuji orang yang berbuat dosa?
6.            Menutup mulut demi menyembunyikan dosa orang?
7.            Terlibat aktif dalam dosa orang?
8.            Diam saja apabila ada orang berbuat dosa?
9.            Mencoba untuk merasionalisasi dosa yang akan dilakukan atau dilakukan orang?

Bagaimana Sebaiknya Kita Mengaku Dosa?
Pengakuan dosa yang baik, yaitu melalui pemeriksaan batin, membuat kita mampu MENGHITUNG JUMLAH DOSA kita. Jangan menyembunyikan dosa atau membuat imam menjadi salah paham akan dosa kita ssehingga tidak tepat menilai keadaan jiwa kita. Berikut merupakan contoh pengakuan dosa yang tidak baik, yang kemungkinan besar tidak diawali dengan pemeriksaan batin yang sungguh.

Imam    : Kapan Anda terakhir kali mengaku dosa?
Peniten : Sudah lama
I     : Berapa lama?
P    : Beberapa tahun yang lalu.
I     : Tolong katakan dengan jelas
P     : Yaah,sekitar lima tahun yg lalu
>> Peniten seharusnya langsung berkata bahwa pengakuannya yang terakhir adalah lima tahun yg lalu. Yang penting kita berusaha mengingat semampu kita dalam pemeriksaan batin.

Imam    : Dosa apa saja yang Anda buat sejak itu?
Peniten : Banyak, Romo.
I      : Apa kau pernah mengutuk?
P     : Ya.
I      : Seberapa sering? Dan apa yang kau katakan?
P     : Ah, tidak terlalu sering.
I      : Berapa kali Anda mengucapkan nama Yesus dengan sembarangan?
P      : Sering dalam beberapa hari dan tidak sama sekali dalam beberapa hari lainnya.
I      : Tolong diperjelas berapa kali?
P     : Saya mengutuk, berkata bohong, tidak pergi ke misa, berpikiran buruk, dan marah   beberapa kali.Itu saja.

Pengakuan seperti ini salah, karena terlalu umum.  Bagaimana bisa seorang Imam menilai kondisi jiwa peniten? Peniten berkata telah mengutuk, namun tidak jelas mengatakan berapa kali. Peniten berkata bahwa ia tidak menghadiri Misa, namun berapa kali ia melakukannya dan dalam kondisi yang bagaimana ia menjadi lalai, tidak ia katakan. Hal semacam ini sebaiknya dihindari. Kita harus mengaku dosa secara JELAS walaupun tidak sampai harus dengan RINCI (misal:tidak perlu menyebut nama orang lain dalam pengakuan).Hindari kata-kata kadang-kadang, lumayan sering, sangat sering. Jika masih tidak bisa mengingat katakanlah dalam PERKIRAAN JUMLAH (misal:kira-kira lima kali).

Pengakuan dosa dapat dilakukan untuk dosa macam apa saja, berat (mortal)atau ringan (venial). Mengaku dosa ringan, dapat membantu seorang Katolik untuk bertahan di jalan kekudusan. Tidak ada ketentuan frekuensi mengaku dosa. Namun ada baiknya pengakuan dosa dilakukan secara rutin. Entah sebulan sekali, dua minggu sekali, tergantung bagaimana relasi Anda dengan Allah. Mendiang Beata Ibu Teresa dan mendiang Paus Yohanes Paulus II mengaku dosa seminggu sekali, bahkan St. Thomas Aquinas mengaku dosa setiap hari.

Semoga informasi ini bermanfaat.
Dari berbagai sumber. In Obsequio Jesu Christi
Dari page Gereja Katolik

Thursday, July 28, 2011

Mendasarkan Iman

diadaptasi dari Heinriz L.

Lesson I have learned lately :

Jangan pernah mendasarkan iman pada PERBUATAN-PERBUATAN Paus, Uskup, Imam, atau apologet-apologet Katolik. Selama orang mendasarkan imannya pada perbuatan-perbuatan mereka, maka selama itulah imannya rapuh dan berpotensi untuk meninggalkan Gereja.

Dasarkanlah iman pada SABDA ALLAH yaitu yang mendirikan dan menjamin AJARAN GEREJA, tidak akan bisa salah (Mat 16:18-20, 1 Tim 3:15).

Bukankah Petrus sendiri bersikap munafik? Tapi Paulus pun yang menentang perbuatan Petrus tidak pernah mendirikan Gereja baru dan tetap tunduk pada otoritas Petrus, karena dia melandaskan imannya kepada Allah, bukan pada perbuatan-perbuatan Petrus.

Karena itu, jangan dasarkan iman pada perbuatan Apologet, Romo, Uskup, Paus, karena mereka bisa saja berbuat salah seperti: Pedophilia, korupsi, memerintahkan pembunuhan, malas, dsb.


Wednesday, July 27, 2011

Apa saja cara terbaik untuk menanggapi anti-Katolik di Internet?



Santo Petrus berpesan demikian kepada kita dalam 1 Petrus 3:15-16:
Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. 


Untuk itu, di sini ada beberapa tips/cara bagi kita untuk menanggapi serangan-serangan iman dari mereka yang anti-Katolik. Semoga bermanfaat.

Be Informed: Kita harus membekali diri kita sendiri. Bacalah Katekismus Gereja Katolik. Bacalah Kitab Suci. Temukanlah beberapa situs Katolik yang bagus untuk membela iman Katolik. Kita tidak perlu menjadi seorang yang jenius, tetapi kita setidaknya memiliki beberapa sumber-sumber artikel iman di tangan kita. Kita tidak dapat menjawab argumen-argumen anti-Katolik jika kita sendiri tidak mengetahui apa yang Gereja Katolik ajarkan dan mengapa Gereja Katolik mengajarkan demikian. Dalam artikel "Situs dan Link Katolik" saya mengarsipkan beberapa situs dan link yang kerap saya akses.

Be Prudent: Satu hal yang perlu kita pahami adalah bahwa pada saat berdiskusi, kita tidak bisa serta merta membantah seluruh argumen anti-Katolik yang muncul dengan cara kita sendiri. Kita pun jangan terjebak dalam pandangan "Gereja bergantung pada saya sehingga saya harus membantah semua serangan yang ada." Terkadang kita harus membiarkan atau mengabaikan serangan tersebut dan memilih untuk melakukan hal-hal lain yang lebih berguna bagi sesama Katolik. Jangan mereduksi waktu berdoa anda untuk terus-menerus menanggapi mereka. Jangan khawatir mereka mencap kita kalah. Ingatlah, sesuatu adalah benar bukan karena kita mampu mempertahankannya tetapi karena pada hakikatnya sesuatu tersebut adalah benar. Dan sebenarnya "tidak ada serangan yang baru". Gereja sudah menerima serangan tersebut jauh sebelum kita lahir dan syukur kita memiliki tiga pilar iman yang kuat; Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium. 

Stay Calm: Banyak orang cenderung menjadi emosional ketika menghadapi anti-Katolik. Hal ini sama sekali tidak menguntungkan kita. Ketika kita mulai memanggil orang anti-Katolik tersebut �fanatik� dan �pembenci� dan berkata sesuatu seperti �beraninya kamu...� dan �kamu pikir kamu siapa...?�, maka sebenarnya kita sudah menggunakan emosi ketimbang logika atau akal budi. Dengan menanggapi secara emosional, kita telah menunjukkan ke lawan diskusi kita bahwa ia berhasil menyulitkan kita. Banyak juga orang yang anti-Katolik hanya ingin membuat kita marah dan kehilangan kontrol. Jangan membuat diri kita menjadi target yang mudah. Plus, jika kita berdiskusi dengan tenang, cool, elegan, dan terarah, orang yang melihat diskusi tersebut akan menilai siapa yang berdiskusi dengan baik dan mana yang tidak.

Stay on topic: Hal ini adalah kesalahan nomor satu yang sering dibuat ketika mereka terlibat dalam diskusi dengan mereka yang anti-Katolik. Kita harus tetap fokus pada topik. Keras kepalalah untuk tetap fokus pada topik. Kita harus menolak untuk mendiskusikan apapun yang tidak sesuai dengan topik. Banyak anti-Katolik ketika menyadari ia salah dan kalah, ia kerap berusaha mengalihkan topik sehingga ia tidak terkesan kalah. Jika kita tetap fokus, diskusi biasanya akan berakhir dengan baik.

Pray Hard: Yang terakhir, kita harus membuat doa sebagai bagian sentral dari usaha kita untuk menanggapi orang-orang yang berusaha mendiskreditkan dan menolak ajaran Gereja. Kita terlibat dalam pertempuran rohani dan oleh karena itu kita perlu meminta Roh Kudus untuk membimbing kita. Berdoa kepada-Nya akan memberikan kita kesabaran, kebijaksanaan dan terutama kasih yang berguna untuk kita dalam menanggapi orang-orang ini.

Pax et Bonum

Diadaptasi dari tulisan Nicholas Hardesty, pemilik blog phatcatholic.blogspot.com