Latest News

Tuesday, April 3, 2012

Katekese Tentang Penyaliban dan Kematian Yesus Kristus

Penyaliban Yesus Kristus

Penyaliban Yesus Kristus

Keputusan sudah dijatuhkan. Pelaksanaannya harus segera menyusul. Menurut kebiasaan maka yang dihukum harus memikul salibnya sendiri ke tempat hukuman. Yesus pun berbuat demikian. Sambil memikul salib-Nya, Ia pergi ke luar. Yoh 19:17. Orang mengenakan lagi pakaian-Nya. Ada juga digiring dua orang lain yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan dia. Luk 22:32. Yesus memikul sendiri salib-Nya sampai di pintu gerbang kota. Di luar pintu gerbang, mereka bertemu dengan seorang yang kebetulan berjalan lewat di situ. Ia diminta untuk memikul salib itu. Nama orang itu ialah Simon dari Kirene, ayah Alexander dan Rufus. Mungkin sekali mereka takut bahwa Yesus akan jatuh mati sebelum mencapai tempat hukuman. Nyatanya Yesus masih cukup kuat untuk melihat apa yang terjadi di sekitar-Nya dan juga untuk berbicara. Karena Ia berpaling kepada banyak wanita yang menangisi dan meratapi Dia. Luk 23:27. Yesus menghargai rasa belaskasihan yang dicurahkan oleh wanita-wanita Yerusalem itu.

Tidak lama kemudian mereka mencapai tempat hukuman, suatu tempat yang tidak seberapa tingginya di luar tembok kota. Karena bentuknya maka tempat itu dinamakan tengkorak. Di sana orang menyalibkan Dia. Para penulis Injil mencantumkan bahwa Ia minum dari apa yang disedikan untuk yang dihukum mati, yaitu anggur asam. Minuman ini dimaksudkan untuk menghilangkan rasa sakit. Yesus mencobanya tetapi tidak minum sampai habis, karena Ia mau tetap sadar dan mau tetap merasakan sakit. Dari segala pihak orang datang mengolok Dia. Hati-Nya bertambah sedih tetapi Ia berdiam diri. Ia dianiaya, tetapi Ia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulut-Nya, seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulut-Nya. Yes 52:7

Yesus masih berbicara beberapa kali. Inilah kata-kata yang sangat berharga bagi kita. Inilah kata-kata terakhir yang diucapkan dalam kehidupan ini, diucapkan pada puncak martabat imamat-Nya. Perkataan pertama ialah: �Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.� Luk 23:34. Betapapun hebatnya Ia disiksa dan dianiaya, namun Ia tidak menunjukkan rasa dendam. Ia malahan menunjukkan belaskasihan yang sangat besar terhadap manusia pendosa. Ia berdoa bagi semua mereka yang telah memperlakukan Dia sedemikian rupa. Doa itu mencakup pula kita semua, orang berdosa, karena kita semua telah menyalibkan Dia; tetapi bagi kita berlaku pula pengampunan, karena kita tidak tahu apa yang kita lakukan.

Lukas mencatat perkataan penuh belaskasihan tadi masih mewariskan kita suatu peristiwa lain. Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: �Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami.� Tetapi yang satu menegur dia, katanya: �Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.� Lalu ia berkata: �Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.� Kata Yesus kepadanya: �Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.� Luk 23:39:43

Riwayat yang mengagumkan; demikianlah seorang penjahat berbicara dan berdoa lalu mendapat belaskasihan berlimpah ruah dari Yesus. Kehidupan penuh dosa yang telah ia lewati dan nasib ngeri yang harus ia alami, tidak membuat dia berkeras hati. Ia memperoleh rahmat untuk melihat keadilan di dalam hukumannya. Di sampingnya bergantung Seorang Lain (yaitu Yesus Kristus). Segala sesuatu yang telah ia tahu dan lihat mengenai Yesus, memperkokoh lagi keyakinannya; orang yang bergantung di salib ini benar-benar Raja, Mesias; Kematian-Nya tidak berarti kesudahan-Nya. Ia akan datang lagi dan menampakkan diri. Lalu ia berkata; �Yesus,� ia tidak mengatakan Tuan atau Guru, tetapi ia memanggil nama aslinya. Dan jawabannya ialah: Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. Hidup bersama Kristus, hidup di dalam persahabatan-Nya, itulah kebahagiaan tertinggi. Kita patut merasa kagum terhadap penjahat yang berbahagia ini.

Tidak seberapa jauh dari salib berdirilah pengikut-pengikut Yesus. Di antaranya terdapat rasul Yohanes dan ibu Yesus sendiri, Maria. Rupanya mereka berhasil datang mendekati salib. Walaupun Ia tidak dapat menggerakkan diri di salib, Ia masih dapat mengetahui dengan siapa Ia berbicara. Ketika Ia melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: �Ibu, inilah anakmu.� Kemudian Ia berkata kepada murid-Nya; �Inilah ibumu.� Dan sejak saat itu, murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Luk 19:26-27. Sampai detik-detik terakhir Yesus masih menunjukkan perhatian terhadap ibu-Nya. Ia mau supaya ibu-Nya terjamin. Karena itu, Ia mempercayakan ibu-Nya kepada murid yang dikasihi-Nya. Tidak ada seorang lain mendapat kehormatan ini.

Saat-saat akhir makin mendekat. Gelap gulita meliputi seluruh wilayah. Di dalam gelap gulita itu, Yesus bergantung di salib dalam keadaan sakratul maut. Sejenak sebelum saat akhir itu tiba, Yesus membuka mulut-Nya lagi dan berkata: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?� Mat 27:46. Kata-kata Yesus ini rupanya begitu berkesan, sehingga masih dipertahankan dalam bahasa aslinya.

Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: �Lihat, Ia memanggil Elia.� Mrk 15:35. Tidak lama sesudah itu, Ia berkata: �Aku haus� Mereka yang disalib merasakan haus yang luar biasa sebagai akibat kehilangan darah, demam dan sakit. Yesus menderita semuanya itu sehingga terpenuhilah Kitab Suci: �Kerongkongan-Ku kering seperti beling, lidah-Ku melekat pada langit-langit mulut-Ku.�Mzm 22:16. Pada waktu Aku haus mereka memberi Aku minum anggur asam. Mzm 69:22. Seorang datang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum sambil berkata: �Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.� Sesudah Yesus minum anggur asam itu, berkatalah Ia: �Sudah selesai.� Yoh 19:30. Ia telah sampai pada titik akhir sengsara-Nya sesuai dengan kehendak Bapa-Nya. Sudah selesai. Penebusan sudah terlaksana.

Kematian Yesus

Yesus menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Matius dan Markus masih menambahkan bahwa Yesus berteriak dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Mat 27:50. Sedangkan Lukas mencatat kata-kata terakhir yang Ia serukan: �Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.� Luk 23:46. Demikianlah Putera Allah berpisah dari kehidupan ini. Hari itu hari Jumat, sekitar jam tiga sore.

Kematian Yesus membawa banyak misteri. Kematian-Nya tidak sama dengan kematian orang lain. Ia belum letih sama sekali dan ia wafat secara sukarela. Ia menundukkan kepala-Nya seakan-akan Ia hendak tidur dan menyerahkan jiwa-Nya. Ia berteriak dengan suara nyaring dan karena itu Ia masih mempunyai kekuatan yang cukup. Ia pernah berbicara tentang kehidupan-Nya sebagai berikut: �Tidak seorang pun mengambilnya daripada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri.� Yoh 10:18. Jadi, Ia sendiri menentukan saatnya.

Kerelaan-Nya untuk menerima kematian tidak mengurangi kesalahan manusia; mereka telah melakukan segala sesuatu sehingga kematian harus datang; mereka telah membunuh Dia dalam arti kata yang sebenarnya.

Inilah konsekuensi dari kebenaran kelahiran-Nya sebagai manusia, bahwa kita harus mengakui kematian Yesus sebagai kematian yang sungguh, sebagai kematian surgawi. Apa yang dialami oleh manusia biasa, dialami pula oleh Yesus; kesesakan, kesakitan dan ketakutan.

Tetapi juga di sini kita terbentur pada suatu misteri. Pada manusia biasa, badan yang sudah mengalami kematian itu menjadi busuk. Pada Kristus tidak demikian, disebabkan karena persatuan hipostatis antara [kodrat] kemanusiaan-Nya dan keilahian-Nya. Kematian pun tidak dapat menghilangkan persatuan ini. Kematian tidak lain daripada perpisahan antara jiwa dan badan, dan tidak lebih dari itu. Ia tidak berkuasa sedikitpun terhadap persatuan yang menghubungkan keilahian dan kemanusiaan. Walaupun jiwa dan badan sudah terpisah, namun tiap bagian tinggal bersatu dengan [kodrat] keilahian-Nya.

Badan yang mati ini adalah dengan sesungguhnya badan mati dari Putera Allah, badan yang secara hipostatis bersatu dengan keilahian, badan yang tidak dapat menjadi busuk. Tentang Dia pernah dinubuatkan, bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Kis 2:31

Pater H. Embuiru, SVD. �Aku Percaya� hlm. 94-97


Penjelasan tentang Eli, eli, Lama Sabakhtani dapat dibaca di situs katolisitas.org.

Pax et Bonum. Indonesian Papist

Monday, April 2, 2012

Yudas, Petrus dan Kerahiman Allah

Ikon Pengkhianatan Yudas

Para Penulis Injil mengemukakan dua kejadian. Pengkhianatan Yudas dihadapkan pada penyangkalan Petrus dan penyesalan Petrus dihadapkan pada kematian Yudas yang sangat tragis.

Kita ditempatkan dalam suatu keadaan yang amat prihatin: Yesus dikuasai sepenuhnya oleh musuh-musuh-Nya, dikhianati oleh seorang murid, ditinggalkan teman-teman-Nya dan disangkal secara tegas oleh seorang dari mereka. Dari pihak Petrus sendiri, keadaan ini pun sangat prihatin. Cintakasihnya, kesetiaannya, keyakinannya akan kemampuan pribadi dan keberaniannya ternyata tidak cukup. Ia ternyata tidak mampu menghadapi bahaya. Apa yang terjadi di sini tidak merupakan kejadian yang berdiri sendiri. Sampai akhir zaman, Kristus selalu akan dikhianati dan disangkal. Tidak ada sebab untuk menghina Petrus yang berdosa karena lemah. Kejadian ini harus merupakan peringatan untuk tidak jatuh dalam kesalahan yang sama karena keteledoran, karena keyakinan yang berlebihan akan kekuatan pribadi dan karena kurangnya pengharapan. 


Duccio di Buoninsegna, 13th century: Peter Denying Christ
Injil mengajarkan juga bahwa untuk setiap dosa selalu ada pengampunan. Tuhan berpaling memandang Petrus. Teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: �Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga menyangkal Aku.� Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedih. Luk 22:61-62

Peristiwa ini mungkin terjadi ketika para pengawal membawa Yesus dari ruang sidang ke ruang lain di mana Ia dihina dan didera, atau sebaliknya. Bagaimanapun juga, pandangan Kristus, pandangan mata yang tidak terlupakan itu, bertemu sebentar dengan pandangan Petrus, yang berdiri di dekat situ. Wajah-Nya penuh dengan babak belur. Pandangan Yesus menyatakan cintakasih tetapi juga teguran. Petrus menyadarkan diri lagi. Hatinya remuk redam. Cintanya kepada Yesus mencurahkan air mata penyesalan. Hubungan yang telah putus diperbaiki lagi dan sekali waktu juga Petrus akan mengikuti Yesus di jalan salib-Nya.

Nasib Yudas sangat menyedihkan. Kata-kata Yesus yang disampaikan kepadanya, tidak menghasilkan sesuatu di dalam jiwanya; semua perkataan itu kembali tidak berbekas dalam jiwa Yudas karena terbentur pada sikap Yudas yang keras. Kelegaan terhadap keberhasilan pengkhianatannya berlangsung tidak lama. Demikian juga kegembiraan atas uang yang diterimanya. Sekarang ia melihat sendiri akibat perbuatannya: Yesus dihukum mati karena dia. Ia menyesal dan mengembalikan uang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan kaum tua-tua, dan berkata: �Aku telah berdosa karena menyerahkan orang yang tidak bersalah.� Tetapi mereka menjawab: �Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri.� Lalu ia melemparkan uang itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantungkan diri. Mat 27:3-5

Ia menyesal tetapi penyesalannya tidak membawa hasil. Ia tidak mau lagi memegang kepingan uang; daya tariknya sudah hilang. Pada imam-imam besar ia tidak mendapat bantuan. Jalan ke Tuhan tidak diketemukannya lagi. Ia telah putuskan hubungan dengan Yesus dan menduga bahwa suatu perbaikan sudah tidak mungkin lagi. Ia hanya melihat satu jalan ke luar, ialah mengakhiri kehidupannya. Ia telah mengkhianati darah yang tidak bersalah dan ia tidak mengerti bahwa untuk kesalahannya itu pun masih ada kemungkinan pengampunan. Sukar bagi kita untuk mendalami misteri kejahatan ini. kita tidak boleh memisah-misahkan ketidakpercayaan Yudas dan pengkhianatannya. Pengkhianatan adalah konsekuensi dari ketidakpercayaan.

Pater H. Embuiru SVD dalam karyanya �Aku Percaya� hlm. 89-90

Tambahan dari Indonesian Papist:
Kisah Yudas dan Petrus adalah gambaran dari dua orang pendosa yang memilih dua pilihan yang berbeda. Petrus dan Yudas sama-sama menyesal akan perbuatan dosanya namun demikian keduanya berbeda dalam kepercayaan akan kerahiman Yesus Kristus. Petrus percaya akan kerahiman Kristus dan ia, sembari menyesal, menyadari bahwa hubungan dengan Allah masih bisa diperbaiki. Ia sadar dan percaya bahwa setiap dosa bisa diampuni. Saya yakin Petrus masih ingat akan ajaran Yesus Kristus bahwa hanya dosa menghujat Roh Kudus (yaitu menolak untuk bertobat) yang tidak diampuni. Yesus berkata: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal. (Mrk 3:27-28). Apa yang dialami Petrus di hari-harinya kemudian menunjukkan bahwa ia sungguh bertobat, mengambil jalan salib Kristus hingga menjadi martir di Roma pada tahun 67 setelah menjadi uskup selama 27 tahun di sana.

Berbeda dengan Petrus, Yudas meragukan kerahiman Allah. Ia merasa hubungan yang terputus antara ia dengan Allah sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Keputusannya untuk mengakhiri hidup menunjukkan penyesalannya yang tidak sempurna.

Dalam konteks pertobatan, menjadi Petrus atau Yudas adalah dua pilihan yang harus kita pilih sebagai seorang Katolik. Tentu, dalam kelemahan kita sebagai manusia, kita dapat jatuh kembali ke dalam dosa. Tetapi mereka yang percaya pada kerahiman Allah, tentu juga percaya bahwa Allah akan mengampuninya. Meragukan kerahiman Allah adalah sesuatu yang menyakiti hati Allah.

Namun, pertanyaan selanjutnya, Apakah percaya bahwa Allah maharahim adalah cukup untuk memperbaiki hubungan yang putus antara Allah dan manusia sebagai akibat dosa manusia? Ajaran Katolik selalu menolak doktrin �hanya iman� (sola fide). Iman tanpa perbuatan adalah mati. Tentang hal ini, akan saya kaitkan dengan Sakramen Tobat.

Setelah kebangkitan-Nya, Kristus menganugerahi kuasa mengampuni dosa kepada Para Rasul. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: �Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yoh 20:22-23) Melalui suksesi apostolik dan tahbisan imamat, kuasa ini diteruskan hingga sekarang kepada Para Paus, Uskup dan Imam. Pengampunan dosa oleh Allah melalui para tertahbis inilah yang kita terima dalam Sakramen Tobat atau dikenal juga dengan sebutan Sakramen Pengakuan Dosa atau Sakramen Rekonsiliasi.

Iman tanpa perbuatan adalah mati, sekalipun kita meyakini kerahiman Allah tetapi bila kita tidak datang pada-Nya dalam Sakramen Tobat, maka keyakinan kita adalah mati. Perbuatan datang kepada imam dan meminta sakramen tobat adalah perbuatan yang menghidupkan iman akan kerahiman Allah. Sakramen Tobat, di samping Sakramen Ekaristi, adalah sakramen yang menunjukkan kerahiman Allah yang begitu besar. Dalam Sakramen Tobat, kita bisa melihat bahwa Allah tidak bosan-bosannya mengampuni kita sekalipun kita sering jatuh kembali dalam dosa yang sama. Tentu hal ini tidak membuat kita bisa seenaknya berpikir �Mari kita berdosa lagi, toh Allah akan mengampuni kita dalam Sakramen Tobat.� Pemikiran seperti itu justru melecehkan Sakramen Tobat.

Bila kita meyakini Allah maharahim, mengapa enggan menemui Ia dalam Sakramen Tobat? Saat kita menolak menerima Sakramen Tobat, pada saat itu pula kita telah menolak undangan Kristus untuk bertemu dengan-Nya dan pada saat itu pula kita telah menolak menerima rahmat pengampunan dari-Nya di kamar pengakuan. Bila kita mengabaikan Sakramen Tobat, bukankah kita berarti telah mengabaikan kerahiman Allah? Jangan merasa diri tidak pantas menerima sakramen Tobat karena merasa pesimis atau karena menganggap �buat apa mengaku dosa bila nanti berdosa lagi?�. Seperti yang sudah dikatakan di atas, sikap seperti ini meragukan kerahiman Allah dan hal ini menyakiti hati Allah. Iman akan kerahiman Allah tidak akan pernah hidup tanpa perbuatan menerima Sakramen Tobat.

Pilihan ada di tangan kita. Apakah kita hendak menjadi Petrus yang berdosa lalu bertobat karena iman akan kerahiman Allah? Ataukah kita hendak menjadi Yudas yang pesimis, yang meragukan kerahiman Allah, yang menolak bertobat?

Ditulis oleh Indonesian Papist untuk menekan pentingnya Sakramen Tobat. Pax et bonum

22 Gereja Katolik Timur

Para Uskup Katolik Timur - rorate-caeli.blogspot.com
Gereja Katolik Timur adalah Gereja-gereja Timur yang bersatu dengan Katolik Latin membentuk Gereja Katolik yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik dengan Paus sebagai pemimpinnya. Gereja Katolik Timur memiliki tradisi yang berbeda dengan Katolik Latin namun mengakui dan menerima ajaran Iman dan Moral yang sama dengan Katolik Latin. Tradisi di sini berupa tradisi-tradisi liturgis, disiplin gerejani, dan warisan spiritual. Ada enam Tradisi dalam Gereja Universal dengan total 23 Gereja partikular yang otonom/sui iuris (1 Katolik Latin dan 22 Katolik Timur). Tradisi-tradisi tersebut adalah Tradisi Latin, Alexandria, Antiokia (Suriah Barat), Armenia, Bizantium, dan Kaldea (Suriah Timur).

Seluruh Gereja Katolik di Indonesia adalah Gereja Katolik Latin. Gereja Katolik Timur belum masuk ke Indonesia. Beberapa Gereja Katolik Timur dikepalai seorang Patriarkh, sedangkan yang lain dikepalai oleh seorang Uskup Agung Utama, Uskup Agung, Uskup atau bahkan tidak memiliki hierarki sama sekali.

Di banyak wilayah, Keuskupan Katolik Latin hadir bersama dengan Keuskupan-keuskupan Katolik Timur. Hal ini bisa kita jumpai di Timur Tengah, Eropa Tenggara (Balkan), Amerika Serikat, Kanada, Eropa Timur, India, Argentina dan beberapa negara lain.

Tradisi Alexandria

Ada dua Gereja Katolik Timur yang memiliki Tradisi Alexandria. Tradisi Alexandria memiliki Tradisi Apostolik yang berasal dari penginjilan oleh St. Markus, Penulis Injil.

Gereja Katolik Koptik memiliki anggota sebanyak 163.630 jiwa (dengan beberapa ribu berada di dalam penggembalaan Uskup-uskup Katolik Latin). Pada saat Konsili Kalsedon (451 M), Sebagian besar kaum tertahbis (uskup dan imam) dan awam Gereja di Mesir menolak ajaran dogmatis mengenai kodrat Kristus. Mereka ini kemudian memisahkan diri dan membentuk Gereja Ortodoks Koptik. Pada abad ke-17, Misionaris Yesuit, Kapusin, dan Misionaris Fransiskan lainnya memulai karya misi di antara umat Koptik. Pada tahun 1741, Uskup Ortodoks Koptik di Yerusalem menjadi Katolik dan Paus Benediktus XIV menunjuknya sebagai Vikar Apostolik bagi 2.000 orang Katolik Koptik di Mesir. Pada tahun 1824, Tahta Suci secara temporer mendirikan Kepatriarkhan Alexandria, dan kemudian didirikan kembali oleh Paus Leo XIII pada tahun 1895. Patriarkh Alexandria untuk Koptik sekarang adalah Patriark Ibrahim Isaac Sidrak yang berdiam di Kairo, Mesir.  Bahasa Liturgis Gereja Katolik Koptik adalah Bahasa Koptik dan Arab.

Gereja Katolik Ethiopia  memiliki umat sebanyak 229.547 orang di berbagai keuskupan di negara Ethiopia dan Eritrea. Ethiopia menerima Tradisi Apostolik dari Santo Frumentius pada abad ke-4. Gereja di Ethiopia sama seperti Gereja di Mesir, menolak Konsili Kalsedon 451 M dan membentuk Gereja Ortodoks Ethiopia. Misionaris Katolik aktif berkarya di Ethiopia pada abad ke-14. Pada awal 1500-an, Kaisar Ethiopia memohon pertolongan Portugis untuk melawan Invasi Islam dan Imam-imam Jesuit pun hadir menemani Portugis membantu Ethiopia. Pada tahun 1622, Kaisar Ethiopia menjadi Katolik dan empat tahun kemudian Gereja Ortodoks Ethiopia bersatu dengan Tahta Suci. Paus Gregorius XV menunjuk seorang Yesuit Portugis sebagai Patriarkh. Latinisasi liturgi oleh Patriark bersama dengan aturan otokrasi Kaisar mengakibatkan pecahnya persatuan pada tahun 1636 dibawah pengganti sang Kaisar. Para Imam dan Misionaris Katolik kemudian dilarang berkarya di Ethiopia. Namun, misionaris Katolik kemudian diperbolehkan kembali ke Ethiopia pada tahun 1839 dan aktivitas misionaris semakin meningkat ketika Italia mengontrol Ethiopia dari tahun 1935 sampai tahun 1941. Kepala Gereja Katolik Ethiopia adalah Uskup Agung Metropolitan Addis Ababa, Uskup Agung Berhaneyesus Demerew Souraphiel, CM.  Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Ge�ez dan Amharic.

Tradisi Antiokia

Asal-usul dan perkembangan Tradisi Antiokia, yang terdiri dari tiga Gereja Katolik Timur, terekam dalam Perjanjian Baru dan melibatkan St. Petrus dan St. Paulus (Kis 6:5, 11:19-26, 15:22-32, Gal 2:11). Liturgi Antiokia sangat dipengaruhi oleh Liturgi St. Yakobus di Yerusalem.

Gereja Katolik Syro-Malankara, dengan umat berjumlah 420.081 jiwa, yang tersebar di 8 keuskupan di India dan satu Eksarkat Apostolik di Amerika Serikat. Gereja Katolik Syro-Malankara menerima Injil dari St. Thomas Rasul. Umat Kristen di India dulu berada dalam persekutuan dengan Gereja Timur Assiria yang memisahkan diri dari Tahta Suci setelah Konsili Efesus (431). Kolonisasi Portugis membawa latinisasi kepada Gereja ini, yang tentunya ditolak oleh sebagian besar Umat Kristen St. Thomas ini. Akibatnya, Gereja Ortodoks Syro-Malankara yang menolak otoritas Paus terbentuk. Pada abad berikutnya, empat usaha untuk menyatukan kembali Gereja ini dengan Tahta Suci gagal. Pada tahun 1930, dua Uskup, seorang Imam, seorang diakon, dan seorang awam dari Gereja ini (Ortodoks Syro-Malankara) diterima dalam Gereja Katolik dan Gereja Katolik Syro-Malankara kemudian terbentuk. Pada tahun 1950, keanggotaan Gereja ini tumbuh hingga mencapai lebih dari 65.000 jiwa. Ada 17 komunitas Katolik Syro-Malankara di Amerika Serikat, Kanada dan Jerman. Kepala Gereja Katolik Syro-Malankara sekarang adalah Uskup Agung Metropolitan Trivandrum di Negara Bagian Kerala, India yang bernama Uskup Agung Utama Baselios Cleemis Thottunkal. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Malayalam.

Gereja Katolik Maronit, dengan jumlah umat 3,290,539 jiwa, memiliki sejumlah keuskupan yang tersebar di Libanon (terbanyak), Suriah, Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brazil, Canada, Siprus, Mesir,  dan Meksiko serta Eksarkat (setingkat di bawah keuskupan) di Yerusalem dan Yordania. Silahkan klik link Gereja Katolik Maronit untuk membaca penjelasan yang lebih detail.

Gereja Katolik Suriah, dengan jumlah umat 158.818 jiwa, memiliki sejumlah keuskupan di Suriah, Irak, Mesir, Libanon, Amerika Serikat, serta eksarkat patriarkal di Yordania dan Turki dan juga satu eksarkat apostolik di Venezuela. Setelah banyak umat Kristen di Suriah menolak Konsili Kalsedon (451), Gereja Ortodoks Suriah berkembang.  Pada tahun 1626, misionaris Yesuit dan Kapusin berkarya di antara umat Ortodoks Suriah.  Karena begitu banyak yang menjadi Katolik, Katolik Suriah memiliki Patriarkh sejak tahun 1662-1702. Selama tahun 1700-an, Pemerintah Turki Ottoman menganiaya  umat Katolik Suriah dengan kejam dan Gereja ini terpaksa menjadi Gereja bawah tanah. Pada tahun 1783, Patriarkh Ortodoks Suriah yang baru terpilih menjadi Katolik dan melarikan diri ke Libanon. Kepala Gereja Katolik Suriah sekarang adalah Patriark Antiokia untuk umat Suriah, Patriark Ignace Youssif III Younan yang bertempat tinggal di Beirut. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Suriah, Aram, dan Arab.

Tradisi Armenia

Hanya ada satu Gereja Katolik Timur dengan Tradisi Armenia yaitu Katolik Armenia. Tradisi ini berasal dari aktivitas misioner St. Gregorius Sang Pencerah, Rasul Armenia. Gereja Katolik Armenia, yang memiliki umat berjumlah 593,459 jiwa, mempunyai keuskupan di Suriah, Argentina, Mesir, Prancis, Iran, Irak, Libanon, Turki dan Ukraina serta Eksarkat Apostolik di Amerika Serikat dan Ordinariat di Eropa Timur (Armenia), Yunani dan Rumania. Pada tahun 506, Uskup-uskup Armenia secara resmi menolak Konsili Kalsedon (451) dan dengan demikian lahirlah Gereja Apostolik Armenia. Orang-orang Armenia bersatu kembali dengan Tahta Suci dari tahun 1198-1375 dan seluruh Gereja bersatu kembali dengan Tahta Suci dalam waktu yang singkat pada tahun 1439. Aktivitas misionaris Katolik berikutnya berhasil, dan peningkatan jumlah umat Katolik membuat Paus Benediktus XIV pada tahun 1742 menunjuk mantan Uskup Gereja Armenia Apostolik sebagai Patriark. Pada saat genosida Turki terhadap negara mereka (1915-1916), Sejumlah besar umat Katolik Armenia kehilangan nyawa mereka. Kepala Gereja Katolik Armenia sekarang adalah Patriark Nerses Bedros XIX Tamouni yang tinggal di Beirut, Libanon. Bahasa Liturgi Gereja ini adalah Bahasa Armenia Klasik. Silahkan klik link Gereja Katolik Armenia untuk membaca penjelasan yang lebih detail. 

Para Uskup Katolik Timur dari 14 negara di Eropa bertemu di Uzhorod, Ukraina (wilayah yurisdiksi Keuskupan Mukacheve) - rorate-caeli.blogspot.com
Tradisi Bizantium
Ada empat belas Gereja yang memiliki tradisi Bizantium ini. Tradisi ini mulai terbedakan dari Tradisi-tradisi lain sejak pengangkatan Konstantinopel (Bizantium, sekarang Istanbul) sebagai ibukota kedua Kekaisaran Romawi pada tahun 330.

Gereja Katolik Albania, dengan jumlah umat 3.845 jiwa memiliki satu Administratur Apostolik di Albania yang bernama Administratur Apostolik Southern Albania. Administratur Apostolik ini berada di wilayah gerejawi Keuskupan Agung Latin Tirana-Durres. Pada abad ke-4, tentara dan pedagang romawi membawa kabar gembira ke Albania. Skisma besar tahun 1054 mengakibatkan berdirinya Gereja Ortodoks Albania. Pada tahun 1628 dan 1900, sekelompok kecil umat Ortodoks Albania menjadi Katolik. Kepala Gereja Katolik Albania adalah Uskup Hil Kabashi, OFM, Administrator Apostolik Southern Albania. Gereja ini memiliki 9 paroki di Albania yang digembalakan 12 imam. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Bahasa Albania.

Gereja Katolik Belarusia tidak memiliki hierarki sendiri. Belarusia masa modern adalah bagian dari �Kyivan-Rus�, yang menerima iman Katolik ketika St. Vladimir dari Kyiv, Ukraina, dibabtis pada tahun 988. Skisma Besar 1054 membawa pemisahan Ortodoks di Belarusia dari Tahta Suci. Sebagian besar umat Kristen Ortodoks di Belarusia menjadi Katolik sebagai hasil dari Persatuan Brest (1595-1596). Seperti Gereja Katolik Ukraina, Gereja Katolik Belarusia kemudian diberangus oleh pemerintah Rusia pada abad ke-19. Setelah Perang Dunia Pertama, sebuah komunitas sekitar 30.000 Katolik Yunani hadir di daerah yang telah dianeksasi oleh Negara Polandia. Seorang Visitator Apostolik ditunjuk bagi mereka pada tahun 1931 dan seorang Eksark kemudian diangkat pada tahun 1940. Setelah Perang Dunia Kedua, ketika daerah tersebut direbut oleh Uni Sovyet, Gereja ini sekali lagi diberangus kali ini oleh Pemerintahan Komunis dan digabungkan secara paksa ke dalam Gereja Ortodoks Rusia. Umat Katolik Belarusia sungguh dianiaya secara brutal dibawah pemerintahan Komuni Sovyet. Semenjak kejatuhan Uni Sovyet dan deklarasi kemerdekaan Belarusia pada tahun 1991, umat Katolik Belarusia mulai muncul kembali. Pada awal 1992, tiga imam dan dua diakon merayakan liturgi di dalam ritus Belarusian. Pada tahun 1992, Survey Universitas Negara Belarusia memberikan angka 100.000 orang Belarusia mengakui diri sebagai Katolik Belarusia dan ada 5.000 Katolik Belarusia berada di diaspora. Pada tahun 1993, Arkimandrit Sergiusz Gajek, MIC, ditunjuk sebagai Visitator Apostolik untuk umat Katolik Belarusia. Pada awal tahun 2005, terdapat 20 Paroki Gereja Katolik Belarusia, 13 di antaranya terdaftar dengan otoritas. Ada sekitar 3.000 umat beribadah di paroki-paroki ini dengan dilayani oleh 10 imam. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Belarusia.

Gereja Katolik Bulgaria, dengan jumlah umat sekitar 10.000 jiwa, memiliki satu eksarkat apostolik di Sofia, Bulgaria. Meski sebuah sinode para uskup pernah berlangsung pada tahun 343 di tempat yang sekarang adalah wilayah Bulgaria, permulaan evangelisasi Bulgaria sering dinyatakan terjadi pada pembabtisan Raja Boris I oleh Uskup Bizantium pada tahun 865. Skisma Besar tahun 1054 membuat Gereja Ortodoks Bulgaria muncul dan berkembang. Pada tahun 1861, ketika sekelompok Ortodoks Bulgaria datang ke Paus Pius IX untuk menjadi Katolik, Paus menunjuk seorang dari mereka sebagai seorang Uskup Agung. Kepala Gereja Katolik Bulgaria sekarang adalah Uskup Christo Proykov, Eksark Apostolik Sofia yang bermukim di Sofia. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Bahasa Slavonik Kuno.

Gereja Katolik Kroasia, memiliki umat berjumlah 21.509 di Keuskupan Kri�evci dan 22.369 di Eksarkat Apostolik Serbia and Montenegro. Paus St. Martinus I mengirim St. Yohanes dari Ravenna untuk mengevangelisasi orang-orang Kroasia pada pertengahan abad ke-7 dan evangelisasi terhadap orang-orang Serbia juga berlangsung pada periode ini. Pada tahun 1219, Gereja di Serbia memisahkan diri dari Tahta Suci dan kemudian membentuk Gereja Ortodoks Serbia. Pada awal abad ke-17, beberapa orang Serbia mencari persatuan dengan Tahta Suci, dan pada tahun 1611 mereka diberi seorang uskup. Kepala Gereja Katolik Kroasia sekarang adalah Uskup Nicola Kekic, Uskup Kri�evci yang bermukim di Zagreb, Kroasia. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Bahasa Kroasia dan Slavonik Kuno.

Gereja Katolik Yunani memiliki umat sebanyak 2.525 jiwa dengan rincian 2.500 umat di Eksarkat Apostolik Yunani dan 25 umat di Eksarkat Apostolik Istanbul/Konstantinopel. Gereja Ortodoks Yunani muncul dan berkembang sejak Skisma Besar 1054. Pada tahun 1829, Sultan Ottoman Turki menghapus pengekangan terhadap pembentukan komunitas Katolik Timur di Yunani. Aktivitas misionaris Katolik dimulai pada tahun 1856 dan Paus St. Pius X menunjuk seorang uskup untuk Gereja Katolik Yunani pada tahun 1911. Kepala Gereja Katolik Yunani sekarang adalah Uskup Dimitrios Salachas yang tinggal di Athena. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Bahasa Yunani.

Gereja Katolik Hungaria, memiliki umat sebanyak 290.000 jiwa yang tersebar di Keuskupan Hajd�dorog dan Eksarkat Apostolik Miskolc. St. Adelbertus datang ke Hungaria pada tahun 985 untuk mewartakan Injil dan St. Stefanus, yang meninggal sebagai Katolik Latin, menjadi raja pada tahun 997. Invasi Turki ke Eropa mengakibatkan banyak orang Carpatho-Russian dan umat Ortodoks Rumania ke Hungaria, dan sebagian besar dari mereka menjadi Katolik pada tahun 1600-an. Pada tahun 1924, umat Katolik ini, yang sebelumnya berada di bawah penggembalaan Uskup Katolik Timur non-Hungaria, diarahkan ke dalam Gereja Katolik Hungaria. Kepala Gereja Katolik Hungaria sekarang Uskup Peter F�l�p Kocsis yang berdiam di Nyiregyh�za, Hungaria. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Bahasa Hungaria.

Gereja  Katolik Italo-Albania memiliki umat 61.487 jiwa yang tersebar di dua keuskupan (Lungro dan Piana degli Abanesi) dan satu Biara Territorial Santa Maria di Grottaferrata.  Illyricum (sekarang Albania), Yunani, Sisilia, dan Italia pada mulanya memiliki populasi penduduk berbahasa Yunani dalam jumlah besar. Meskipun wilayahnya berada dalam Kepatriarkhan Latin, Gereja Italo-Albania (biasa disebut juga Italo-Yunani) mengikuti dan memelihara Tradisi Bizantium hingga saat ini. Berbagai usaha Latinisasi akhirnya dihentikan oleh Paus Benediktus XIV dengan Bulla berjudul Etsi Pastoralis pada tahun 1742. Paus Leo XIII dalam Orientalium Dignitas tahun 1894 mengakui kesetaraan dan martabat Gereja Italo-Albania. Gereja Katolik  Italo-Albania, sama seperti Maronit, selalu tetap setia berada dalam persatuan penuh dengan Roma dan tidak memiliki counterpart di Persekutuan Gereja Ortodoks baik Ortodoks Timur maupun Ortodoks Oriental. Gereja ini bersama Gereja Katolik Albania dan Gereja Ortodoks Albania mengalami penganiayaan di bawah pemerintahan rezim komunis Albania sehingga memiliki jumlah umat yang sedikit. Kedua keuskupan Katolik Italo-Albania setara sehingga tidak ada satu kepala.

Gereja Katolik Melkit, memiliki umat berjumlah 1.597.304 jiwa. Asal-usul Melkit dapat ditemui pada permulaan Kekristenan. Orang-orang Melkit adalah keturunan dari umat Kristen Perdana di Antiokia (Kis 11:26). Seperti Roma yang merupakan kota paling berkuasa di Barat dan menyebarkan tradisi-tradisi ke wilayah sekitarnya, begitu juga dengan Konstantinopel di Timur menyebarkan tradisi-tradisi mereka ke negara-negara terdekat. Oleh karena itu, Gereja ini menggunakan Liturgi Bizantium St. Yohanes Krisostomus. Sekarang, istilah Melkit merujuk pada umat Katolik yang leluhurnya adalah orang-orang Timur Tengah dan mengikuti Tradisi  Bizantium dalam liturgi, teologi dan spiritualitas. Istilah Melkit berasal dari bahasa Semit untuk �Raja�, �melko atau �melek�. Raja di sini adalah Kaisar Bizantium yang mendukung ajaran Konsili Kalsedon (451). Para penentang konsili ini, sebagian besar dari mereka berada di Timur Tengah, memanggil para pendukung kaisar dengan sebutan mereka The Royalist (Malikiyeen). Jadi, nama yang sekarang merujuk kepada umat Katolik Bizantium Timur Tengah, sebenarnya adalah sebuah sindiran bagi semua umat Kristen, baik Timur maupun Barat, yang mendukung Konsili Kalsedon. Setelah Skisma Besar 1054, Kepatriarkhan Ortodoks Antiokia berkembang. Pada pertengahan 1600an Ordo-ordo Katolik seperti Kapusin, Karmelit, dan Yesuit memulai aktivitas misioner di antara Ortodoks Antiokia. Pada tahun 1724, dua orang dipilih menjadi Patriarkh Ortodoks Antiokia dan satu dari mereka menjadi Katolik. Kepala Gereja Katolik Melkit sekarang adalah Patriark Gregorios III Laham yang bermukim di Damaskus. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Yunani dan Arab.

Gereja Katolik Rumania memiliki umat sebanyak 776,529. Gereja ini berakar dari Rumania. Dalam usaha untuk memahami Gereja ini, seseorang harus mengetahui sejarah wilayah ini. Selama hampir 19 abad, telah bertempat tinggal di bagian tenggara Eropa � di tanah yang secara historis dikenal sebagai �Dacia Felix� � sekelompok penduduk yang berasal dari Roma. Negara ini adalah dan tetap adalah sebuah pulau yang dikelilingi oleh Laut Slavia. Negara Rumania muncul dari perpaduan Kolonis dan Legioner Roma, yang dibawa ke Dacia oleh Kaisar Trajan pada tahun 101, dengan unsur pribumi Dacia. Periode perkembangan negara Rumania berlangsung selama beberapa abad. Selama masa tersebut, ada gangguan secara konstan yang disebabkan oleh invasi suku-suku dari Timur, yang menyapu bersih wilayah yang didiami oleh orang-orang Daco-Roman. Para misionaris dari Roma mengkristenkan populasi ini. Pada abad ke-11, Orang-orang Bulgaria memaksakan Yurisdiksi dan ritus Bizantium kepada orang-orang Rumania.  Bagaimanapun juga, keinginan untuk bersatu kembali dengan Tahta Roma selalu terpelihara dalam hati orang-orang Rumania meskipun mengalami kekerasan politik dan tekanan religius. Pada tahun 1700, orang-orang Rumania yang tinggal di Transylvania telah bersatu kembali dengan Tahta Roma, dan memasuki kembali Gereja Universal. Gereja inilah yang memberikan kebudayaan dan kesadaran nasional kepada Bangsa Rumania; memuncak dengan cepat pada tahun 1918 dalam reintegrasi politik dari semua Provinsi orang-orang Rumania menjadi satu negara Rumania. Pada 1 Desember 1948, rezim berkuasa Soviet menindas Gereja Katolik Rumania. Kebanyakan hierarki, klerus dan umat Katolik Bizantium  dimasukkan ke dalam penjara atau dikirim ke kamp pekerja karena menolak untuk meninggalkan iman Katolik mereka. Semua uskup dan banyak klerus meninggal di penjara. Pada tahun 1989, setelah revolusi anti-komunis, dekrit pertama dari rezim yang baru adalah reinstalasi Gereja Katolik Yunani-Rumania. Kepala Gereja Katolik Rumania sekarang adalah Uskup Agung Utama Fagaras si Alba Iulia bernama Uskup Agung Lucian Kardinal Muresan yang tinggal di Blaj, Rumania. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Bahasa Rumania.

Gereja Katolik Rusia memiliki umat sebanyak 3.500 orang di diaspora dan saat ini tidak memiliki hierarki. Evangelisasi Rusia berawal dari Pembabtisan St. Olga (905) dan St. Vladimir (988). Skisma Besar 1054 menyebabkan Gereja Ortodoks Rusia berkembang. Gereja Katolik Timur adalah ilegal di Rusia sampai tahun 1905. Setelah Edict dari Tsar Nikolas II pada tahun itu, beberapa komunitas kecil Katolik Timur terbentuk. Eksarkat Apostolik kemudian didirikan di Rusia (1917) dan China (1928) untuk Imigran Rusia. Kedua eksarkat ini sekarang berada pada kondisi sedevacante (tahta kosong) karena hingga sekarang tidak ada satu pun uskup yang ditunjuk sebagai eksark bagi kedua eksarkat ini. Di samping itu, sekarang ada dua Paroki Katolik Rusia di Amerika Serikat, satu di Australia dan satu di Kanada.

Uskup Milan Sasik
Uskup William Charles Skurla
Gereja Katolik Ruthenia memiliki umat sebanyak 646,569 jiwa. Tanah air Gereja ini adalah Transcarpathia, yang terletak di wilayah yang sekarang menjadi bagian barat Ukraina. Orang-orang Karpatia (Rusin) yang tinggal di sana dievangelisasi oleh St. Sirillus dan St. Metodius pada tahun 860an. Setelah Skisma Besar 1054, umat Kristen di wilayah ini menjadi Ortodoks dan tidak lagi berada dalam persekutuan dengan Tahta Suci. Gereja Katolik Ruthenia bersatu dengan Tahta Suci melalui Persatuan Uzhorod tahun 1646, ketika 63 Imam Ortodoks diterima dalam Gereja Katolik. Kepala Gereja Katolik Ruthenia sekarang adalah yang tinggal di Uzhorod, Ukraina, yaitu Uskup Mukacheve bernama Uskup Milan ��ik, C.M. Di Amerika Serikat, Keuskupan Agung Metropolitan Pittsburgh adalah otonom dan memilik struktur hierarki sendiri. Tahta Keuskupan ini diduduki oleh Uskup Agung William Charles Skurla. Bahasa yang digunakan adalah Slavonik Kuno dan Inggris.


Gereja Katolik Slovakia memiliki umat sebanyak 246,060 jiwa. St. Sirillus dan St. Metodius mengevangelisasi orang-orang Moravia pada tahun 863-867. Sama seperti Katolik Ruthenia, Gereja Katolik Slovakia bersatu dengan Tahta Suci melalui Persatuan Uzhorod pada tahun 1646. Kepala Gereja Katolik Slovakia sekarang adalah Uskup Agung Presov bernama Uskup Agung J�n Babjak, S.J. Bahasa yang digunakan dalam liturgi adalah Slavonik Kuno dan Slovakia.




Gereja Katolik Makedonia memiliki umat sebanyak 15,037 orang yang berada di satu Eksarkat Apostolik yaitu Eksarkat Apostolik Makedonia. Eksark pertama adalah Uskup Lazzaro Mladenov, CM pada sejak 12 Juni 1883 hingga 4 Maret 1918 di mana Eksarkat Apostolik Makedonia menjadi bagian dari Gereja Katolik Bulgaria. Pasca Perang Dunia I yang diikuti dengan pendirian negara Yugoslavia membuat eksarkat ini digabungkan ke dalam Eparki (Keuskupan) Kri�evci yang merupakan tahta utama Gereja Katolik Kroasia. Pada 11 Januari 2001, Eksarkat Apostolik Makedonia didirikan kembali dengan alm. Uskup Joachim Herbut (Uskup Latin Skopje) sebagai eksarknya. Pada masa sekarang, Eksarkat Apostolik Makedonia adalah Uskup Kiro Stojanov. Sama seperti alm. Uskup Joachim Herbut, Uskup Kiro Stojanov juga adalah Uskup Latin Skopje. Dengan demikian, mereka berdua menjadi kepala dari dua tahta apostolik sekaligus, tahta Keuskupan Latin Skopje dan Eksarkat Apostolik Makedonia. Dapat dikatakan pula bahwa mereka adalah uskup bi-ritus (dua ritus), yaitu ritus Latin dan ritus Bizantium Makedonia. Gereja Katolik Makedonia menggunakan bahasa Makedonia sebagai bahasa liturginya.

Gereja Katolik Yunani-Ukraina memiliki umat sebanyak 4,284,082 jiwa. Kyivan-Rus menerima Iman Katolik ketika St, Vladimir, Grand Duke of Kyiv dibabtis pada tahun 988. Skisma Besar tahun 1054 membawa pemisahan Ortodoks di Ukraina dari Tahta Suci. Gereja Katolik Yunani-Ukraina terbentuk pada tahun 1595-1596, ketika uskup-uskup ortodoks Provinsi Keuskupan Agung Kyiv bersatu kembali dengan Tahta Suci pada Persatuan Brest. Kepala Gereja Katolik Yunani-Ukraina sekarang adalah Uskup Agung Utama Sviatoslav Shevchuk. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Slavonik Kuno dan Ukraina. Silahkan klik link Gereja Katolik Yunani-Ukraina untuk membaca penjelasan yang lebih detail.

Tradisi Kaldea (Suriah Timur)

Ada dua Gereja yang memiliki tradisi Kaldea (Suriah Timur) yaitu Gereja Katolik Kaldea dan Gereja Katolik Syro-Malabar. Tradisi ini berakar pada evangelisasi Mesopotamia pada pertengahan abad kedua.

Gereja Katolik Kaldea memiliki umat sebanyak 452,488 jiwa. Gereja di Persia menolak Konsili Efesus (431) dan dengan demikian Gereja Timur Assiria tebentuk. Usaha resmi pertama dari Gereja Timur di Mesopotamia untuk bersatu kembali dengan Katolik Latin terjadi ketika Patriarkh terpilih, John Sulaka pergi ke Roma dan membuat pengakuannya akan Iman Katolik di hadapan Paus Julius III pada tahun 1553. Gereja Katolik Kaldea pun memiliki hierarki. Tahun 1592, bagaimanapun juga, sebagian besar umat Katolik di Mesopotamia memisahkan diri lagi dari Roma. Secara periodik, berbagai kelompok mereka kembali bersatu dengan Roma dan kemudian berpisah lagi setelah beberapa tahun. Pada abad ke-19, jumlah umat Katolik yang bersatu melebihi jumlah mereka yang menolak bersatu. Kepala Gereja Katolik Kaldea adalah Patriark Louis Rafael I Sako yang bermukim di Baghdad, Irak. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Suriah dan Arab. Silahkan klik link Gereja Katolik Kaldea untuk membaca penjelasan yang lebih detail.

Gereja Katolik Syro-Malabar memiliki umat sebanyak 3,947,396 jiwa. Gereja Syro-Malabar menyebut diri mereka sebagai Kristen St. Thomas, karena iman mereka  berasal pewartaan Rasul Thomas. Mereka dulu berada dalam persekutuan Gereja Assiria Persia dan sekarang tetap mengikuti Ritus Suriah Timur (Kaldea). Portugis yang menjajah Goa melatinisasikan Gereja Syro-Malabar dengan mendudukan Uskup-uskup Portugis dan Ritus Latin di tahta-tahta Keuskupan Syro-Malabar pada abad ke-16, yang membawa pada pemberontakan pada tahun 1653. Persekutuan dengan Roma tertunda sampai pada tahun 1923 ketika Paus Pius IX mendirikan Hierarki Gereja katolik Syro-Malabar. Restorasi ritus Oriental ini telah membuat progres yang layak dipertimbangkan sejak Vatikan II. Paus Yohanes Paulus II menaikkan status Gereja Katolik Syro-Malabar menjadi Keuskupan Agung Mayor (Major Archepiscopal) pada tanggal 16 Desember 1992. Kepala Gereja Katolik Syro-Malabar sekarang adalah Uskup Agung Utama Ernakulam�Angamaly, Uskup Agung Utama George Kardinal Alencherry. Bahasa Liturgi yang digunakan adalah Malayalam.


Berbagai tradisi liturgis, disiplin dan struktur pemerintahan Gereja Katolik Timur mengekspresikan diversitas (keanekaragaman) Gereja Katolik. Setiap Gereja Katolik Timur adalah Gereja Katolik sehingga setiap umat Katolik Latin dapat menerima Komuni Kudus di setiap Gereja Katolik Timur begitu juga setiap umat Katolik Timur dapat menerima Komuni Kudus di Gereja Katolik Latin dan Gereja Katolik Timur lainnya.

Referensi:
1. Faith Facts: The Answers You Need. 2003. Eastern Catholic Churches. Catholics  United for the Faith (cuf.org). (main source)
4. Giga Catholic.

Pax et Bonum. 
update pertama 1 April 2012, update kedua 3 Agustus 2013.
Creative Commons License
22 Gereja Katolik Timur by Robby Kristian Sitohang is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License.
Based on a work at indonesian-papist.blogspot.com.

Thursday, March 29, 2012

Kutipan Para Paus dan Uskup - 2

His Holiness Benedict XVI, Vicar of Christ and Roman Pontiff
Berikut ini kembali Indonesian Papist hadirkan 12 kutipan Katolik dari Para Suksesor St. Petrus dan Para Rasul Kristus, yaitu Para Paus dan Uskup. Kutipan-kutipan ini berasal dari Suksesor Para Rasul baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup, baik yang sudah menjadi Orang Kudus maupun yang masih berjuang mengusahakan kekudusannya. Angka 12 dipilih karena jumlah Para Rasul sendiri sebanyak 12 orang, begitu juga dengan jumlah suku Israel ada 12 suku. Semoga kutipan-kutipan ini berguna dan meneguhkan.

--------------

Demikian juga dengan jiwa; bagi saya sendiri: jika saya tidak pernah mengaku dosa, maka jiwa saya terabaikan dan pada akhirnya saya selalu puas dengan diri saya sendiri dan tidak lagi mengerti bahwa saya harus senantiasa bekerja keras agar lebih baik, bahwa saya harus lebih maju. Dan pembersihan jiwa yang Yesus berikan kepada kita melalui Sakramen Pengakuan Dosa membantu kita agar suara hati kita lebih siaga, lebih terbuka dan dengan demikian, juga membantu kita untuk menjadi dewasa secara rohani dan juga sebagai manusia. Sebab itu, dua hal: pengakuan dosa hanya perlu jika kita melakukan suatu dosa berat, tetapi adalah sungguh bermanfaat mengakukan dosa secara teratur guna memelihara kebersihan dan keindahan jiwa dan agar dari hari ke hari kita menjadi dewasa dalam hidup. � Benediktus XVI, Paus dan Uskup Roma, Katekese Bapa Suci Benediktus XVI Mengenai Komuni Kudus kepada Anak-Anak Komuni Pertama St Peter's Square, 15 Oktober 2005

Ketika kita berpikir mengenai naratif dari [peristiwa] Transfigurasi, kata-kata seperti �Kemuliaan�, �kecerahan�, dan �keindahan� muncul dalam pikiran. Kata-kata ini adalah istilah yang dapat diterapkan secara langsung kepada liturgi. Seperti [yang] Paus Benediktus ingatkan [kepada] kita, terdapat hubungan intrinsik antara liturgi dan keindahan. Memang, "Keindahan yang paling benar adalah kasih Allah, yang secara definitif menyatakan diri kepada kita dalam misteri Paskah."  Ekspresi �Misteri Paskah� mensintesis inti esensial dari seluruh proses Penebusan; yang adalah puncak dari karya Kristus. Liturgi pada gilirannya mengandung,�karya� Kristus ini, karena melalui liturgi karya Sang Penebus kita diaktualisasikan. Inilah mengapa liturgi, sebagai bagian dari Misteri Paskah, adalah �ungkapan yang luhur dari Kemuliaan Allah dan, dalam arti tertentu, sekilas surga di bumi. Pengenangan akan kurban penebusan Kristus  mengandung sesuatu keindahan yang Petrus, Yakobus, dan Yohanes lihat ketika Sang Guru, dalam perjalanannya ke Yerusalem, berubah rupa (transfigurasi) di hadapan mata mereka (bdk. Mrk 9:2). Keindahan, oleh karena itu, bukanlah dekorasi semata melainkan merupakan elemen penting dari tindakan liturgis, karena keindahan merupakan sebuah atribut Allah sendiri dan wahyu-Nya. Pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya membuat kita menyadari kepedulian diperlukan bila tindakan liturgi adalah untuk merefleksikan (mencerminkan) kemegahan yang dibawanya.  Itulah yang dikatakan: Liturgi  ... akan menjadi indah ketika liturgi itu benar dan otentik, ketika kemegahan yang dibawanya benar-benar tercerminkan. � Antonio Cardinal Ca�izares Llovera, Kardinal, Uskup Agung Toledo (Spanyol) dan Kepala Kongregasi Penyembahan Ilahi dan Disiplin Sakramen, dalam Paper for the presentation of the book by Msgr. Guillaume Derville.

Proses inkarnasi (Sabda yang menjadi manusia) perlu diwartakan dan diwujudkan terus-menerus. Terjun ke tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan terang dan sahabat menuju kepada suatu kehidupan yangdamai dan sejahtera merupakan sebuah langkah yang perlu diambil. Siapa pun yang hendak melayani masyarakat, perlu mengambil langkah terjun langsung (masuk dan terlibat serta bekerja ) dalam suka duka kehidupan mereka yang hendak dibantu.  Mereka yang hendak menolong siap menjadi �roti� yang dipecah-pecah dan dibagi-bagikan untuk menjadi �makanan� demi kehidupan mereka. Artinya, pengorbanan, kerja berat, mencari jalan keluar dan mengambil langkah awal dan mengolah semuanya itu, merupakan sebuah keharusan yang muncul dari kedalaman diri, bukan karena paksaan dari pihak lain. Peristiwa inkarnasi dan pemecahan roti merupakan kebutuhan nyata masyarakat pada jaman ini, dan hal ini dapat menjadi kekuatan dan sumber kemajuan di banyak bidang kehidupan. - Nicholaus Adi Seputra, MSC., Uskup Agung Merauke, dalam artikel Membumikan Sabda Tuhan

Dalam kerangka perintah cintakasih sesama inilah kita telah berikrar bahwa tahun 2012 adalah Tahun Persaudaraan Sejati dan Kerukun�an �U�mat Beragama. Pantaslah kita memeriksa apakah kita, dalam hal i�ni, mem���punyai le�bih banyak ke�kurangan atau keutamaan. Perbuatan-perbuatan cintakasih adalah tujuan dari puasa dan ulah-ta�pa. Kita pantas lebih memperhatikan saudara-saudari kita yang lebih ber�kebutuhan. Masih banyak dari sesama kita yang menderita kurang ma�kan, kurang pakaian, kurang biaya kesehatan. Inilah masanya ki�ta meng�a�mal�kan sabda Tuhan: Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku ma��kan; ke�tika A��ku haus, kamu memberi aku minum ...; ketika Aku te�lan���jang, kamu mem�beri Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat A��ku (Mt 25:35-36). Untuk menunaikan perintah Tuhan ini, terutama pada masa puasa-prapaska, pantaslah kita melakukan perbuatan-perbu�atan amal seperti i�tu. Hal itu kita lakukan secara perorangan dan langsung bagi mereka yang �kurang beruntung. - Anicetus B. Sinaga, OFM. Cap., Uskup Agung Medan, dalam Surat Gembala Prapaska Keuskupan Agung Medan 2012

Saya tidak mengambil kesenangan akan makanan yang dapat rusak atau kesenangan hidup. Saya ingin roti dari Allah yaitu Daging Kristus (Flesh of Christ)  yang adalah keturunan Daud dan untuk minuman, saya ingin Darah-Nya yang adalah cinta yang tak dapat rusak. � St. Ignasius dari Antiokia, Uskup Antiokia dan Murid St. Yohanes Rasul Penulis Injil, dalam Suratnya kepada Gereja di Roma.

Keakraban atau ikatan cintakasih dengan Tuhan memberi dampak besar dalam iman. Hal ini hanya akan terjadi apabila Yesus diutamakan di dalam hidup. Apabila Dia berada di tempat utama, segala godaan dapat ditangkis. Biarpun godaan itu hanya kecil tetapi tanpa kesatuan erat dengan Dia, ia (godaan itu, red) pasti menjatuhkan kita dengan mudah. - Cornelius Piong, Uskup Keningau (Malaysia)

Selama delapan puluh enam tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah mengkhianatiku. Bagaimana mungkin aku akan mengutuki Raja dan Juruselamatku? - St. Polikarpus dari Smirna, Uskup Smirna dan Murid St. Yohanes Rasul Penulis Injil, Pernyataannya pada saat akan dimartir.

Kita sering mendekati Maria di dalam doa karena kedekatannya dengan Tuhan kita dan kita tahu bahwa Maria berada di samping kita saat kita membuka hati kita kepada Allah. Maria menjawab permintaan-permintaan doa kita kepadanya sebagai seorang ibu dan kita mengakui ia sebagai Bunda Gereja. Sebagai Bunda Kristus, Maria juga adalah guru pertama dan adalah dari ia, Dia (Yesus Kristus) dalam kodrat manusia-Nya belajar apa artinya dicintai tanpa syarat. Maria mengajarkan anak-Nya, Sabda yang telah menjadi daging, bagaimana berdoa dan seperti guru-guru terbaik, Maria mulai belajar pula dari Putera-Nya. Dalam cara ini kita melihat bagaimana Maria menjadi murid pertama Tuhan yang dekat dengan-Nya selama tahun-tahun hidupnya yang tersembunyi namun berbuah, mencatat dan merenungkan sebagai ibu bagaimana cara Dia bersikap dengan orang lain dan hal-hal yang Dia lakukan dan katakan. � Bernard Longley, Uskup Agung Birmingham (Inggris), Homili pada Malam Vigili Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, 7 Desember 2009

Kemuliaan Allah adalah manusia yang sungguh-sungguh hidup, terlebih lagi kehidupan manusia menjadi penampakan Allah. � St. Ireneus dari Lyon, Uskup Lyon dan Murid St. Ignatius dari Antiokia dan St. Polikarpus dari Smirna.

Kehidupan yang benar dan sejati ialah: Bapa, melalui Putra, dan dalam Roh Kudus, mencurahkan anugerah-anugerah surgawi-Nya kepada segala sesuatu tanpa kecuali. Melalui kerahiman-Nya, kita manusia juga menerima janji hidup ilahi yang tak dapat diragukan lagi. � St. Sirillus dari Yerusalem, Uskup Yerusalem dan Doktor Gereja Universal.

Kehidupan batin seorang imam Katolik ditentukan oleh janji-janjinya, yang dimotivasi oleh iman dan cinta kasih, untuk hidup murni sebagai seorang selibat dan menaati uskup. Melanggar janji-janji tersebut menghancurkan panggilannya dan melukai Gereja. � Francis Cardinal George, OMI., Kardinal dan Uskup Agung Chicago, dalam suratnya yang berisi informasi penonaktifan terhadap seorang imam Katolik yang mengajarkan ajaran yang menyimpang.

Sangat mungkinlah berdoa bahkan di tengah-tengah pasar atau sementara berjalan sendirian. Mungkin pula di tengah-tengah transaksi bisnis, sementara membeli atau menjual, atau bahkan sewaktu memasak. � St. Yohanes Krisostomus, Uskup Konstantinopel dan Doktor Gereja Universal.

Pax et Bonum