Latest News

Wednesday, September 28, 2011

Beato Yohanes Paulus II berkata umat Katolik tidak boleh mengambil bagian dalam ibadat Protestan


�Umat beriman Katolik, sembari menghormati keyakinan agama dari saudara-saudari yang terpisah, pantas menghindarkan menerima komuni perayaan mereka, agar tidak timbul salah paham tentang hakikat Ekaristi, dan selanjutnya tidak menyalahi kewajiban menyaksikan kebenaran dengan jelas. Yang sebaliknya akan memperlambat kemajuan upaya menuju kesatuan nyata yang penuh. Mirip dengan itu, juga tak masuk akal menggantikan Misa hari minggu dengan perayaan sabda ekumenis atau ibadat doa bersama dengan umat kristiani dari jemaat-jemaat Gereja yang disebutkan di atas, atau bahkan dengan mengambil bagian dalam ibadat mereka. Perayaan dan ibadat seperti itu, kendati dalam keadaan tertentu pantas dipuji, sebagai persiapan bagi tujuan kesatuan yang penuh, termasuk komuni Ekaristi, namun tak pantas menggantikannya� (Paus Yohanes Paulus, Ensiklik Ecclesia de Eucharistia No. 30)

sumber: yesaya

Alasan mengapa umat Protestan tidak boleh menerima Komuni Kudus dalam Perayaan Ekaristi Gereja Katolik



Dapatkah umat Protestan menerima Komuni Kudus dalam Perayaan Ekaristi Gereja Katolik? TIDAK
Dapatkah umat Katolik menerima roti dan anggur perjamuan dalam ibadah Protestan? TIDAK
Baca penjelasannya berikut ini.
-------------------------

Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja menggambarkan Misa - �Kurban Ekaristi� - sebagai �sumber dan puncak seluruh hidup kristiani� (no. 11). Sebagai umat Katolik, kita sungguh percaya bahwa Kurban Misa, melampaui batas waktu dan ruang, secara sakramental menghadirkan kembali kurban Kristus: �Misa adalah serentak, dan tidak terpisahkan, kenangan kurban di mana kurban salib hidup terus untuk selama-lamanya perjamuan komuni kudus dengan tubuh dan darah Tuhan.� (Katekismus Gereja Katolik, No. 1382). Oleh kehendak Bapa Surgawi, dengan kuasa Roh Kudus, dan imamat Yesus Kristus, yang melalui Sakramen Imamat dipercayakan kepada imam-Nya yang bertindak atas nama-Nya, maka roti dan anggur sungguh menjadi (di-transsubstansiasi-kan menjadi) Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an Kristus.


Salah satu buah terbesar dari Komuni Kudus, sesuai Katekismus No. 1396, ialah bahwa Ekaristi Kudus membangun Gereja:
�Siapa yang menerima Ekaristi, disatukan lebih erat dengan Kristus. Olehnya Kristus menyatukan dia dengan semua umat beriman yang lain menjadi satu tubuh: Gereja. Komuni membaharui, memperkuat dan memperdalam penggabungan ke dalam Gereja, yang telah dimulai dengan Pembaptisan.�
Karenanya, dengan menyambut Komuni Kudus kita sungguh dipersatukan dalam persekutuan umat beriman Katolik yang saling berbagi iman, ajaran-ajaran, tradisi, sakramen, dan kepemimpinan yang sama. 
Berdasarkan perinsip tersebut, kita dapat menjawab pertanyaan pertama: Dapatkah umat Katolik menerima komuni dalam suatu Gereja Protestan atau sebaliknya? Konsili Vatikan II memaklumkan bahwa gereja-gereja Protestan �'terutama karena tidak memiliki Sakramen Tahbisan, sudah kehilangan hakikat misteri Ekaristi yang otentik dan sepenuhnya' (UR 22). Karena alasan ini, maka bagi Gereja Katolik tidak mungkin ada interkomuni Ekaristi dengan persekutuan-persekutuan ini.� (Katekismus, No. 1400).
 
Pernyataan ini tidak beranggapan bahwa gereja-gereja Protestan tidak mengenangkan wafat dan kebangkitan Kristus dalam pelayanan perjamuan mereka atau percaya bahwa hal tersebut melambangkan persekutuan dengan Kristus. Namun demikian, teologi Protestan berbeda dengan teologi Katolik dalam hal Ekaristi Kudus mengenai kehadiran nyata Kristus, transsubstansiasi, kurban Misa, dan hakikat imamat. Karena alasan ini, kaum Protestan, meskipun mungkin Kristen yang saleh, tidak diperkenankan menyambut Komuni Kudus dalam Perayaan Misa, demikian juga umat Katolik tidak diperkenankan menerima roti dan anggur dalam kebaktian Protestan.

Bapa Suci kita, dalam ensikliknya yang indah, �Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja� (Ecclesia de Eucharistia) mengajarkan,
�Umat beriman Katolik, sembari menghormati keyakinan agama dari saudara-saudari yang terpisah, pantas menghindarkan menerima komuni perayaan mereka, agar tidak timbul salah paham tentang hakikat Ekaristi, dan selanjutnya tidak menyalahi kewajiban menyaksikan kebenaran dengan jelas. Yang sebaliknya akan memperlambat kemajuan upaya menuju kesatuan nyata yang penuh. Mirip dengan itu, juga tak masuk akal menggantikan Misa hari minggu dengan perayaan sabda ekumenis atau ibadat doa bersama dengan umat kristiani dari jemaat-jemaat Gereja yang disebutkan di atas, atau bahkan dengan mengambil bagian dalam ibadat mereka. Perayaan dan ibadat seperti itu, kendati dalam keadaan tertentu pantas dipuji, sebagai persiapan bagi tujuan kesatuan yang penuh, termasuk komuni Ekaristi, namun tak pantas menggantikannya� (No. 30).
Secara obyektif, jika kita mengetahui dan melanggar ketentuan ini dengan menerima komuni di gereja Protestan atau lalai merayakan Misa, kita berbuat dosa berat. 

Oleh sebab itu, hingga perbedaan-perbedaan antara Katolik dan Protestan dipulihkan, �interkomuni� yang sesungguhnya tidak dapat terjadi. Di samping itu, dengan perinsip saling menghormati perbedaan dalam keyakinan masing-masing, seorang Katolik wajib menjauhkan diri dari menerima komuni dalam perayaan Protestan, demikian juga sebaliknya, seorang Protestan dalam Perayaan Misa Katolik. Saya ingat suatu ketika saya menghadiri pemakaman seorang teman di sebuah gereja Protestan, di mana diadakan perjamuan. Pendeta mengundang setiap orang untuk menerima komuni. Saya tidak ikut menerima komuni, karena saya menghormati keyakinan mereka dan keyakinan saya sendiri: saya tidak sepenuhnya menerima segala keyakinan atau praktek kebaktian mereka, demikian juga mereka tidak menerima segala keyakinan Gereja Katolik Roma. Karenanya, menerima komuni akan berarti menyatakan, �Aku ada dalam persekutuan mereka,� padahal sesungguhnya tidak. Lebih buruk lagi, jika saya menerima komuni tersebut, berarti saya menerima sesuatu yang kudus yang mengikat saya sebagai bagian dari persekutuan mereka - setidak-tidaknya begitulah menurut pandangan Katolik - padahal sesungguhnya saya tidak pernah ikut ambil bagian dalam kebaktian mereka sesudah itu. 

Kita patut ingat bahwa menyambut komuni tidak hanya menyangkut pada apa yang diyakini individu yang bersangkutan. Menyambut komuni berarti mengikat orang ke dalam suatu jemaat / gereja, mengidentifikasikan diri sebagai anggota gereja tersebut, dan mengikatnya pada ajaran-ajaran gereja tersebut. Dengan memahami peraturan-peraturan Gereja mengenai penerimaan Komuni Kudus, kita akan lebih menghargai karunia Sakramen Mahakudus, lebih menghargai keyakinan orang lain, dan berjalan menuju persatuan - inilah cinta kasih sejati. Mengabaikan peraturan-peraturan Gereja hanya akan menciptakan rasa persatuan yang semu dan mewujudkan kasih yang dangkal, yang sungguh merupakan musuh utama cinta kasih. 


Pax et Bonum

Tuesday, September 27, 2011

Keindahan Ajaran Kristus

Yesus Kristus dan St. Fransiskus Assisi


Kita dapat sampai kepada suatu keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah Penebus terjanji, apabila kita memperhatikan isi pewartaan-Nya. Kita perhatikan beberapa aspek dari ajaran-Nya itu.

1. Kebahagiaan. Kristus datang bukan  hanya untuk mengajarkan kepada kita siapa Allah dan siapa manusia. Ia juga datang untuk menyampaikan kepada kita apa yang dilakukan Allah untuk kebahagiaan kita di mana kita dapat menemukan kebahagiaan itu dan kita dapat menemukan jalan-jalan mana yang kita butuhkan untuk mencapainya. Ia datang untuk menyampaikan kepada kita bahwa masih ada jalan kembali untuk mereka yang sudah mengasingkan diri dari Allah dan bahwa kita masih dapat mengambil bagian pada kehidupan Allah dan pada hal-hal ilahi. Khotbah-Nya tidak terdiri dari perkataan semata-mata, tetapi khotbah-Nya itu mencapai puncaknya pada perbuatan, ialah kematian-Nya di kayu salib. Hanya dengan dan di dalam dan melalui Kristus, kita dapat bersatu dengan Allah.

Dengan perantaraan kematian-Nya, Kristus telah mendirikan kerajaan Allah yang sekarang ini sudah berada di tengah kita. Di dunia yang fana ini, kerajaan Allah telah berada di tengah manusia yang lemah dan berdosa. Kita belum dapat melihat kemegahan kerajaan itu oleh karena masih ditantang oleh dunia dan masih disurami oleh dosa kita. Kita masih menantikan saat yang definitif, kemenangan terakhir dan manifestasi kerajaan ini dalam kemuliaannya pada akhir zaman apabila Kristus datang kembali.


2. Hukum Kesusilaan. Sebelum dan sesudah Kristus, dapat dicatat banyak pengkhotbah kesusilaan. Juga mereka mengemukakan hal yang bagus dan indah mengenai kesusilaan. Tetapi tidak ada seorang yang dapat melebihi Kristus.

Kristus tidak hanya menyampaikan garis-garis umum mengenai cinta kasih terhadap manusia, kebaikan terhadap sesama dan persamaan untuk semua orang. Ia menuntut bahwa kita harus mencintai sesama; kalau tidak, kita tidak mungkin mencintai Allah dengan sesungguhnya. Cintakasih itu sifatnya harus sedemikian umumnya sehingga mencakup juga musuh-musuh kita. Kita harus mengampuni penghinaan, membalas yang buruk denganyang baik, dan mengikuti Bapa Surgawi dalam belaskasihan-Nya. Cintakasih harus tanpa pamrih sehingga jika perlu kita berkorban bagi sesama kita dan menanggung dengan sabar segala ketidakadilan.

Kristus sangat menekankan nilai dan keperluan doa. Doa harus dilakukan dengan hormat, penuh pengharapan dan cinta kasih. Ia menghendaki agar doa dijalin menjadi satu dengan kehidupan. Kita harus berdoa terus-menerus. Doa harus mempertahankan pergaulan yang mesra antara kita dengan Allah.

Selanjutnya Kristus minta dari para pengikut-Nya cinta akan kebenaran, kejujuran, keadilan, kekuatan dan kebesaran jiwa, kemurnian, hormat terhadap kewibawaan karena ia berasal dari Allah, ketaatan terhadap Gereja yang memiliki otoritas mengajar, penyangkalan terhadap kefanaan dan matiraga. Tetapi di atas segala-galanya terdapat cintakasih, baik terhadap Allah maupun terhadap sesama karena keduanya merupakan satu kesatuan. Kristus tidak memberikan tuntutan yang mudah atau ajaran yang melempem.

3. Universalitas. Kebahagiaan yang dibawakan oleh Penebus dan ajaran yang ia khotbahkan diperuntukkan kepada semua orang. Sifatnya universal. Pertama sekali pada tingkat horizontal; untuk semua manusia dari semua zaman, semua bangsa, sukubangsa dan tingkat kemasyarakatan, semua pekerjaan, umur dan tingkat pengetahuan. Tetapi juga pada tingkat vertikal. Gereja Kristus adalah Gereja untuk seluruh manusia; Gereja itu memperhatikan aspek rohani dan jasmani. Gereja ini mempengaruhi kekuatan spiritual, perasaan dan hati manusia. Di samping itu, Gereja ini tidak mengabaikan badan. Ia menguduskan yang jasmani dan mempergunakannya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Kristus mau mendirikan di bumi ini kerajaan Allah di dalam Gereja yang kelihatan dengan hierarki yang kelihatan juga.

Kristus telah mempergunakan lambang-lambang jasmani sebagai jalan pengudusan dan kontak dengan Allah. Ia sendiri telah menjadi manusia dan telah mengambil sosok tubuh. Dengan demikian Ia telah menguduskan yang jasmani. Ia tidak meremehkan yang jasmani, oleh karena badan juga telah ditentukan untuk kemuliaan lahiriah apabila orang-orang terpilih akan mengambil bagian dalam kemuliaan Kristus.

Disadur dari buku Aku Percaya karya Pater H. Embruiru, SVD.

Pax et Bonum

Konsili Vatikan II adalah Konsili Pastoral bukan Konsili Dogmatis


Paus Benediktus XVI (ketika sebagai Kardinal Joseph Ratzinger) dengan jelas menyatakan bahwa sifat Konsili Vatikan adalah Konsili Pastoral bukan Konsili Dogmatis karena Konsili Vatikan II tidak mendefinisikan doktrin-doktrin secara tidak dapat salah / infallible. Beliau juga berusaha mempertahankan gambaran Konsili Vatikan yang lebih rendah dari konsili-konsili sebelumnya.

Paus Benediktus XVI
Konsili Vatikan II tidak diperlakukan sebagai bagian dari seluruh Tradisi yang hidup dari Gereja., tapi sebagai akhir dari tradisi, sebuah awal dari nol. Padahal sebenarnya adalah konsili ini tidak mendefinisikan dogma apapun, dan secara sengaja memilih untuk tetap berada pada level yang sederhana, hanya sebagai konsili pastoral; namun banyak yang memperlakukannya (Vatikan II) seakan-akan [Vatikan II] sendiri membuat dirinya (Vatikan II) menjadi suatu superdogma yang menghilangkan pentingnya semua [Tradisi hidup Gereja] yang lain. -- Cardinal Joseph Ratzinger, now Pope Benedict XVI, given July 13, 1988, in Santiago, Chile

Kata-kata Kardinal Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) di atas menggemakan kembali kata-kata Paus Paulus VI yang juga menyatakan bahwa Konsili Vatikan II murni bersifat pastoral dan tidak menerapkan kuasa infallibilitas Gereja (ketidakdapatsesatan Gereja) atau kalimat-kalimat deklarasi dogma pada dokumen-dokumen Konsili Vatikan II. Paus Paulus VI sendiri adalah Paus yang memimpin dan menutup Konsili Vatikan II ketika Paus pencetus Konsili Vatikan II, Beato Paus Yohanes XXIII, telah meninggal.

(Alm) Paus Paulus VI
Dalam pandangan sifat pastoral Konsili [Vatikan II], [Konsili] ini menghindari berbagai pernyataan dogma luar biasa yang disertai dengan catatan infallibilitas, tetapi [Konsili] ini tetap menyediakan pengajarannya dengan otoritas Magisterium biasa yang harus diterima dengan kepatuhan berdasarkan pikiran Konsili mengenai sifat dan tujuan setiap dokumen [Konsili Vatikan II].  -- Pope Paul VI, General Audience, 12 January 1966

Lalu mengapa hal ini begitu penting?
Sejak Konsili Vatikan II ditutup dan penetapan bentuk baru Misa Kudus lima tahun kemudian, banyak umat Katolik menganggap bahwa Konsili Vatikan II adalah penjelasan yang definitif mengenai ajaran Iman dan Moral Katolik untuk masa kita sekarang. Banyak umat Katolik juga memperlakukan Konsili-konsilinya sebagai konsili yang tidak relevan lagi atau bahkan tidak berlaku lagi sekarang ini. Menganggap bahwa konsili-konsili sebelum Konsili Vatikan II sebagai konsili-konsili yang tidak relevan saat ini merupakan salah satu bentuk pengaruh bidaah Modernisme Faktanya, menurut Paus Paulus VI dan Paus Benediktus XVI, Konsili Vatikan II berada pada level yang lebih rendah daripada Konsili-Konsili Ekumenis yang dogmatis sebelumnya seperti Konsili Vatikan I, Konsili Trente, Konsili Florence, dll.

Konsili-konsili Ekumenis Dogmatis sebelum Konsili Vatikan II ini dengan jelas mendefinisikan dogma-dogma Gereja sementara Konsili Vatikan II semata-mata sebuah konsili pastoral yang menguraikan cara dan standar baru untuk berkarya dan berdialog dengan dunia sekarang ini tetapi tidak dengan cara menetapkan dogma baru atau mengubah dogma-dogma yang sudah ada sebelumnya. Umat Katolik perlu memahami bahwa Gereja tidak berubah oleh Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan II HARUS dipahami dan diinterpretasikan dalam konteks yang lebih luas menurut Konsili-konsili Ekumenis Dogmatis lainnya terutama Konsili Trente, Konsili Florence dan Konsili Vatikan I. Menurut Paus, semua Konsili Ekumenis Dogmatis sebelum Konsili Vatikan II menduduki tempat yang lebih tinggi daripada Konsili Vatikan II itu sendiri.


Pax et Bonum

Saturday, September 24, 2011

GEREJA KATOLIK ADALAH IBUKU YANG KEKAL

Ikon Gereja sebagai Ibu

KASIH IBU SEPANJANG MASA HIDUPKU DAN HIDUPNYA, TAPI KASIH GEREJAKU KEKAL ABADI SELAMANYA. Ibuku melahirkan tubuhku, tapi Gerejaku melahirkan jiwaku untuk mengenal Tuhan dari ibuku. Ibuku membesarkan tubuhku, tapi Gerejaku membesarkan jiwaku; Ibuku memakaikan pakaian pada tubuhku tapi Gerejaku memakaikan perlengkapan pada jiwaku; Semua cinta ibuku akan berakhir tapi cinta Gerejaku akan membawaku ke tempat di mana Kepala Gereja itu berada. Karena itu, benarlah bahwa tubuh tanpa kepala adalah mati. Mengapa? Karena Tubuh tidak dapat dipisahkan dari Kepala. Kristus sebagai Kepala Gereja tak dapat dipisahkan dari Gereja yang adalah Tubuh-Nya sendiri. Anda boleh menafsirkan dengan caramu tentang arti gereja bagimu, tapi bagiku, Gereja, yang adalah Tubuh Kristus adalah "GEREJA KATOLIK."


Kita tidak dapat membatasi karya Roh Kudus. Ini sebuah kebenaran, dan tidak ada seorangpun yang bisa menyangkalnya. Atas alasan ini pun setiap orang boleh mengatakan apa saja tentang kebenaran iman dan gerejanya. Tapi bagiku inilah yang kuimani dan kumiliki; 

"Kita tidak dapat melihat Bait Allah yang adalah Tubuh Kristus sendiri di dunia ini. Dimana Yesus sedang mengundang kita untuk melihat Tubuh-Nya? Dia sedang mengundang kita untuk datang ke Gereja-Nya, menikmati sakramen-sakramen yang diadakan-Nya di dalam Gereja sebagai rahmat pemberian-Nya. Kita memang tidak dapat melihat lagi Tubuh manusiawi-Nya, Tubuh  yang lahir dari rahim Bunda Maria dan terpaku di salib, tetapi Tubuh-Nya, Gereja-Nya, tetapi ada sepanjang masa. Teringatlah aku akan sabda-Nya; "...dan alam maut tidak akan menguasainya (Mat.16;18), dan sungguh, sabda ini benar adanya, karena sesungguhnya perpisahan kepala dari tubuh adalah kematian. Gereja tetap hidup sepanjang masa menjadi bukti jelas bahwa Kristus sebagai Kepala tidak pernah berpisah dengan Gereja sebagai Tubuh-Nya, karena bila Kristus meninggalkan Gereja sebagai Tubuh-Nya, maka itu berarti kematian untuk Gereja sebagai tubuh.

Karena itu, bersyukurlah bahwa Anda terpilih dari sekian banyak orang di dunia ini untuk mengenal dan tinggal di dalam Gereja yang didirikan oleh Yesus sendiri. Bagaimana dengan gereja/agama lain...silakan bertanya kepada mereka karena aku tidak tahu.....Aku lebih suka berbicara tentang iman dan Gerejaku daripada iman dan keyakinan saudara lain yang aku sendiri tidak tahu.....Maaf atas ketidaktahuanku.  

Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Yesus Turun Ke Tempat Penantian


1. Fakta. Yesus menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Harga tebusan sudah dibayar dan kehidupan duniawi-Nya sudah berlalu. Sekarang Ia melewati ambang pintu kematian dan masuk ke dalam suatu fase baru penuh rahasia. Apakah yang terjadi pada saat itu? Apabila seorang manusia meninggal maka badan yang tidak berjiwa itu tertinggal. Kebenaran itu berlaku juga bagi Kristus. Orang menguburkan badan itu. Tetapi di manakah jiwa-Nya? Ia sudah menyerahkan jiwa ke dalam tangan Bapa-Nya. Ia menerima apa saja sesuai dengan kehendak Bapa. Jiwa itu turun ke Tempat Penantian. Situasi apakah yang dimaksudkan dengan perkataan �Tempat Penantian� itu? Dalam Perjanjian Lama perkataan itu pada umumnya menunjukkan suatu tempat di mana jiwa orang mati tinggal: yang saleh dan yang berdosa. Lama-kelamaan orang mengadakan pembedaan: yang berdosa dihukum di tempat itu dan yang saleh mengenyam kebahagiaan. Mereka ini berada di dalam tangan Tuhan, mereka berada dalam ketenteraman, mereka berharap akan kebebasan, kebangkitan  dan kebakaan. Dalam kelompok inilah jiwa Kristus menggabungkan diri.


Tempat Penantian ini bukanlah neraka jahanam, tetapi juga diberi nama ruang depan neraka. Tempat ini bukan juga tempat kebahagiaan sempurna, tetapi suatu tempat pengharapan akan kebahagiaan kekal yang akan datang. Sebelum Kristus masuk ke dalam kebahagiaan kekal, tidak ada seorang yang dapat masuk ke dalam surga.
Khotbah Petrus pada pagi hari Pentakosta berisikan kejadian ini.
Allah telah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia: �Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak sorai, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati dan tidak membiarkan orang kudus-Mu melihat kebinasaan......� Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan bahwa Dia tidak ditinggalkan dalam dunia orang mati dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. (Kis 2:24-27,31)
Perkataan Kristus yang ditujukan kepada kaum farisi dan ahli taurat menjadi makin terang bagi kita ketika Ia berbicara tentang nabi Yunus. Seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Mat 12:40). Badan-Nya sudah dikubur di dalam bumi; jiwanya sudah turun ke tempat penantian.

2. Keadaan Kristus selama beberapa hari antara kematian dan kebangkitan merupakan rahasia besar. Di ruang depan neraka, Kristus mengalami suasana tenang tenteram; Ia hidup dalam pandangan Bapa; sakit dan duka tidak mengganggu-Nya lagi. Ia hanya merindukan kedatangan saat di mana karena kekuasaan ilahi, Ia dapat bersatu lagi dengan badan lalu bangkit dari antara orang mati dengan kodrat yang dimuliakan.

3. Arti daripada turunnya Kristus ke Tempat Penantian. Setiap perbuatan Kristus selalu berkaitan dengan keselamatan dan kebahagiaan kita. Demikian juga di sini. Walaupun ada persamaan di antara Kristus dan manusia lain, namun selalu ada suatu perbedaan besar. Jiwa Kristus datang dan tinggal di sana bukan seperti jiwa-jiwa lain. Di dalam roh itu juga, Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah (1 Petr 3:19-20). Kehadiran Kristus di tempat itu merupakan penyampaian kebahagiaan bagi jiwa yang saleh. Ia menyampaikan hasil pengorbanan-Nya kepada mereka. Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan: Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia. Bukankah �Ia telah naik� berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? (Ef 4:8-9)

Oleh Pater H. Embruiru, SVD dalam �Aku Percaya� Art. 5 No. 1

Wednesday, September 21, 2011

Tentang Suksesi Apostolik

Ananias Menumpangkan Tangan ke Paulus

Berikut ini merupakan sebuah Apology sederhana dalam membela suksesi Apostolik sesuai yang dipertahankan oleh Gereja Katolik yang dibuang oleh saudara/i aliran Kristen lainnya khususnya denomasi Protestan:

St. Irenaeus, Uskup Lyons [A.D. 189] dalam Against Heresies 4:33:8: 
�The true knowledge is the doctrine of the apostles, and the ancient organization of the Church throughout the whole world, and the manifestation of the body of Christ according to the succession of bishops, by which succession the bishops have handed down the Church which is found everywhere�
--------------
terjemahan bebas: " Pengetahuan yang benar adalah bahwa doktrin dari Para Rasul, dan Organisasi Kuno dari Gereja seluruh dunia, dan manifestasi dari Tubuh Kristus berdasarkan suksesi dari para Uskup, yang dimana Suksesi dari para Uskup telah diteruskan Gereja yang dimana ditemukan diseluruh tempat"... 
St. Irenaeus, Uskup Lyons [A.D. 189], adalah Murid St.Polykarpus yang merupakan murid langsung dari Yohanes Rasul, dari kesaksian beliaulah kita dapat menikmati hasil Kanon ke 4 Injil dalam Perjanjian Baru dalam Alkitab yang sekarang kita miliki, kesaksian tulisan beliau diatas menegaskan bagaimana Para Rasul memiliki suksesi(penerus) yang dikenal sekarang adalah Uskup, suksesi ini dibuang oleh saudara/i kita denomasi Protestan.

Contoh dari Kitab Suci:
Kis 1:15 Pada hari-hari itu berdirilah Petrus di tengah-tengah saudara-saudara yang sedang berkumpul itu, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya, lalu berkata:
Kis 1:16 "Hai saudara-saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu.
Kis 1:17 Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini."
Kis 1:18 --Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar.
Kis 1:19 Hal itu diketahui oleh semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut dalam bahasa mereka sendiri "Hakal-Dama", artinya Tanah Darah.
Kis 1:20 "Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain.
Kis 1:21 Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami,
Kis 1:22 yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya."
Kis 1:23 Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan yang juga bernama Yustus, dan Matias.
Kis 1:24 Mereka semua berdoa dan berkata: "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini,
Kis 1:25 untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya."
Kis 1:26 Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu.
bagaimana seorang penerus Para Rasul dipilih?? adalah dengan menumpangkan tangan kepada calon penerus Rasul tersebut (Rasul lainnya menumpangkan tangan kepada Para Penerus Rasul tersebut)... 

Kis 6:1 Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.
Kis 6:2 Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.
Kis 6:3 Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,
Kis 6:4 dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."
Kis 6:5 Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.
Kis 6:6 Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.
contoh lainnya adalah Rasul Paulus sendiri sebelum menjadi Rasul Kristus ditumpangkan tangan oleh seorang Rasul(Uskup/penerus Rasul)...

Kis 9:15 Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.
Kis 9:16 Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."
Kis 9:17 Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."

nah sudah jelas Gereja Katolik mempunyai suksesi Para Rasul, dan paling nyata adalah terdapat dalam Para Uskup dan Paus (penerus Rasul Petrus).
bagaimana masalah suksesi penerus Para Rasul ini dibuang oleh denominasi Protestan??
kalau tidak dibuang, bisa sebutkan siapa penerus seorang pendeta/pemimpin jemaat denominasi protestan dari penerus Rasul siapa? 

kesaksian lainnya dari Pendiri Gereja adalah kesaksian St.Ignatius Antioch :
"For what is the bishop but one who beyond all others possesses all power and authority, so far as it is possible for a man to possess it, who according to his ability has been made an imitator of the Christ off God? And what is the presbytery but a sacred assembly, the counselors and assessors of the bishop? And what are the deacons but imitators of the angelic powers, fulfilling a pure and blameless ministry unto him, as�Anencletus and Clement to Peter?" Ignatius, To the Trallians, 7 (A.D. 110).
------------------
"Untuk apa itu uskup, melainkan orang yang melampaui semua orang lain memiliki semua kekuasaan dan otoritas, sejauh mungkin bagi manusia untuk memilikinya, yang menurut kemampuannya dapat melakukan seperti Kristus dari Allah? Dan apa itu Imam melainkan kumpulan suci, seorang konselor dan penilai dari uskup? Dan apa itu diakon,melainkan peniru kekuatan malaikat, memenuhi pelayanan yang murni dan tak bercacat kepadanya, seperti ... Anecletus dan Clement kepada Petrus?"

Menarik disimak kesaksian Bapa Gereja satu ini, St.Ignatius Antioch adalah kunci kesaksian yang penting, karena beliau adalah murid Rasul Yohanes dan diangkat menjadi Uskup menggantikan Rasul Petrus di Antiokia ketika Rasul Petrus mendirikan Gereja di Roma, beliau sendiri dipastikan sering melihat Para Rasul, dalam kesaksian ini secara jelas bagaimana beliau bersaksi bahwa Anakletus adalah Imam dan Clement adalah Diakon dan Petrus adalah Uskup, tetapi di mana tepatnya jabatan ini berada(Anakletus sebagai Imam dimana?? Clement sebagai Diakon dimana?? Petrus sebagai Uskup dimana??)?? jawabannya yang pasti adalah Roma, karena penerus Uskup Roma setelah Petrus adalah Anakletus dan penerus Anakletus adalah Clement, dari kesaksian beliau ini dapat dipastikan Gereja Roma memiliki suksesi Rasul (Apostolik) sesuai Kotbah Rasul Petrus dalam Kis 1: 15-26....

"Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain."


ut habeatis fidem in Ecclessia Catholica

Sunday, September 18, 2011

Santo Pelindung dan Doa Bagi Pemadam Kebakaran

St. Florianus
St. Mikael Pelindung Pemadam Kebakaran

Bagi anda para pemadam kebakaran, blog ini menginformasikan kepada anda bahwa Malaikat Agung Santo Mikael dan bersama dengan Santo Florianus Martir adalah Santo Pelindung bagi anda yang melayani sesama sebagai seorang Pemadam Kebakaran.
Tentu anda sekalian sudah tahu mengenai Santo Mikael, tetapi mengenai St. Florianus mungkin anda belum familiar. Berikut kisah singkatnya:
St. Florianus diperingati setiap tanggal 4 Mei. Ia adalah perwira tentara Romawi di Noricum, Austria. Ia wafat sebagai martir pada masa Kaisar Diokletianus. Kisah Legendaris mengenainya bercerita bahwa ia menyerahkan diri kepada para prajurit dari Gubernur Aquilinus di Lorch ketika si gubernur mengumpulkan orang-orang Kristen.  Setelah mengakui dirinya Kristen dengan berani, ia dicambuk dua kali, setengah dikuliti, dibakar dan dilempar ke sungai dengan batu di lehernya. Tubuhnya ditemukan oleh seorang wanita saleh dan kemudian dibawa Biara St. Florianus milik Ordo Agustinian di Linz, Polandia. St. Florianus diangkat sebagai pelindung Polandia dan para pemadam kebakaran. (sumber catholic.org)

Juga, blog ini membagikan kepada anda doa bagi Para Pemadam Kebakaran:

Allah yang Maha Kuasa, pelindung segalanya; kekuatanmu, kuasamu, dan kebijaksanaanmu adalah sebuah mercusuar terang bagi semua:
Berikanlah bimbingan spesial kepada Pemadam Kebakaran supaya kami kiranya dilindungi dari bahaya ketika melaksanakan tugas kami.
Tolonglah aku dengan penuh kasih sayang ketika aku bekerja untuk menyelamatkan kehidupan dan barang milik semua orang, muda dan tua.
Berikanlah aku keberanian dan kewaspadaan untuk melindungi sesamaku dan semua orang lain di mana saya telah berjanji untuk melindungi mereka ketika mereka terjebak dalam kebakaran atau kecelakaan. (sumber:catholicsupply.com)
Semoga bermanfaat. Terimakasih kepada Para Pemadam Kebakaran atas karya pelayanan mereka bagi sesama. Pax et Bonum